Sore hari di pemakaman nampak beberapa orang pelayat masih memilih tinggal di sisi makam ibu Rayna. Mereka merasa sangat kehilangan atas kepergian seorang wanita yang berhati sangat baik pada siapapun. Suasana sepi, yang terdengar hanya suara dedaunan yang saling bergesek dan akhirnya daun yang kering pun terjatuh. Suara isak tangis tak luput menghiasi ruang dengar para pelayat yang masih menatap sedih pada nisan berwarna putih.
Rayna duduk bersimpuh di samping makam ibunya, didampingi Sofi dan Reno yang tetap setia menemaninya. Ibu Rayna meninggal pada usia 52 tahun. Usia yang masih tergolong muda untuk orang sebaik beliau. Rayna semakin terisak saat mengingat penyakit yang diderita sang ibu. Selama ini, dia sama sekali tidak tahu kalau sang ibu begitu menderita, berjuang melawan penyakitnya seorang diri. Anaknya pun tidak tahu perihal penyakit itu.
“Maafkan Rayna, Bu. Rayna bukan anak baik yang berbakti pada ibu. Rayna bahkan tidak tahu dan tidak peka pada penderit
Ada sedikit perombakan di bab sebelumnya dan menjadi bagian dari bab ini
Cuaca siang ini begitu panas, udara terasa pengap dan keringat mengucur deras. Semakin membuat Clara tersulut emosi dan mengumpat sembarangan. Ia berjalan dengan langkah cepat dan mulut yang terus bergumam, mengeluarkan umpatan untuk Reno dan mengatakan pembalasan darinya akan lebih kejam dari sikap Reno barusan.Alex menghentikan langkahny secara tiba-tiba saat mereka berdua berada di ujung koridor lantai satu menuju lobi kantor Reygold Corp. Ia menarik lengan kanan adiknya dengan tangan kanan hingga membuat Clara berhenti mendadak dan langsung membalikkan badannya, menghadap sang kakak yang menunjukkan ekspresi menyeramkan. Tatapan kedua mata kakaknya nampak seperti mata elang yang melihat mangsanya dari dekat.“Ada apa?” tanya Clara ingin tahu alasan sang kakak menarik lengannya.“Bisakah kau bersikap lebih baik dari ini? Aku tahu kalau sikap Reno memang keterlaluan. Tapi sikapmu jauh lebih tidak sopan.”Clara mengernyitkan keni
Suasana tegang dan membuat bulu kuduk Clara berdiri. Tegang bagi Clara, bukan untuk Presdir dan Alex. Ya, itu karena Clara mengira bahwa dirinya akan disidang oleh sang calon ayah mertua di depan kakak kandung yang sudah lama tidak bertemu dengannya. Presdir Subrata menyunggingkan senyumnya. Ia menatap lekat pada gadis yang akan menjadi istri putra tunggalnya itu. “Aku benar-benar dibuat bingung oleh sikap adikmu ini, Alex.” Alex yang mendengar kata-kata itu langsung mengangkat kedua alisnya. “Maksud Anda bagaimana?” “Tanyakan sendiri padanya. Aku tidak akan mengatakan apapun tentang perilakunya akhir-akhir ini, di perusahaanku. Sejujurnya aku sangat senang ketika dia datang ke tempat ini dan selalu menengok Reno di ruangannya. Mungkin itu hal positif yang dia lakukan. Akan tetapi, rupanya sudah banyak hal buruk yang dilakukan oleh adikmu di perusahaan ini dan di luar sana.” Alex semakin bingung. Presdir Subrata memberikan penjelasan atau teka-teki pa
Mentari pagi menyapa Rayna yang sedari tadi sibuk membersihkan halaman. Sudah sejam, gadis itu membersihkan rumput liar yang tumbuh di halaman rumahnya beberapa terakhir ini. Hangatnya sinar mentari membelai lembut wajah cantik tanpa rias itu. Dengan semangat, Rayna membersihkan semua sampah dan rumput yang berserakan, menata kembali pot-pot bunga agar terlihat lebih rapi, menyiram semua tanaman hias warisan almarhumah ibunya. Rayna tidak ingin menyia-nyiakan tanaman-tanaman itu apalagi membiarkannya layu dan mati. Tanaman itu ditanam sendiri oleh almarhumah ibunya, jadi dia harus menjaga semua peninggalan ibunya dengan sangat baik.“Na, mandi dulu sana! Sarapan sudah siap!” teriak Sofi dari dalam rumah dengan sebuah celemek menutup bajunya bagian depan.Rayna menoleh ke arah Sofi meskipun terhalang oleh silaunya cahaya matahari pagi itu. “Sebentar, Sof. Kurang sedikit, tanggung ini. Aku bereskan semuanya dulu,” seru Rayna membalas sang sahabat.
Malam hari, gerimis menyapa kota Jakarta yang masih mendung dan nampak lebih sepi dari malam biasanya. Tak berbeda dengan kompleks perumahan elite yang menjadi tempat kesukaan Reno untuk sekedar melepas keinginannya berlari pagi setiap harinya. Beberapa kendaraan berlalu lalang di kompleks perumahan yang telah dibasahi oleh gerimis malam itu.Jarum jam mungkin masih menujukkan pukul tujuh malam. Malam belum terlalu pekat namun suasana lumayan sepi karena guyuran gerimis yang syahdu. Di depan sebuah pintu gerbang terbuat dari besi, nampak seorang gadis berdiri seorang diri dengan sebuah dress warna putih melekat pada tubuh rampingnya.Rayna telah sampai di depan rumah mewah milik keluarga Subrata. Ia masih bertahan berdiri tegak di depan pintu gerbang karena dalam hatinya masih ragu untuk melangkah masuk ke halaman yang dihiasi berbagai macam bunga itu.“Mbak, ada apa? Kenapa berdiri saja di sana?” tanya seorang security yang bertugas menjaga keamanan
Pukul lima pagi, sebuah mobil sedan berwarna merah terparkir di depan rumah Rayna. Mobil mewah yang tak lain adalah milik Clara itu membuat beberapanorang yang lewat di jalan harus menoleh. Tak sedikit orang yang bertanya-tanya kenapa seseorang datang bertamu di rumah Rayna sepagi itu? Dari dalam rumah, Sofi yang tengah membuka jendela melihat pemandangan itu tanpa sengaja. Ia mengerutkan keningnya, berpikir kilat menebak siapa kiranya yang memarkir mobil di depan rumahnya. Jika orang lain, kenapa harus parkir tepat di pinggir jalan raya depan rumah Rayna? “Ada apa, Sof?” tanya Rayna yang sukses membuat Sofi terlonjak kaget. Rayna pun melihat apa yang kini tengah dilihat oleh sahabatnya. Dia hafal betul mobil-mobil yang dimiliki Reno. Mobil itu bukanlah milik Reno. Lalu siapa yang parkir di sana? “Kamu tahu?” tanya Sofi pada Rayna yang sama-sama memikirkan siapa pemilik mobil itu. Rayna menggeleng. Dia bahkan baru pertama kali ini melihat mobi
Pukul 10 malam, Reno telah menginjakkan kakinya di dalam ruang tamu rumah keluarganya. Ia sengaja langsung pulang ke rumah karena badan terasa pegal dan pikiran sedang sangat kacau. Tanpa mempedulikan siapapun yang menyapanya, entah itu sang asisten rumah tangga ataupun ibunya. Langkah kakinya tak terhenti menuju kamar pribadimya yang terletak di lantai dua. Begitu masuk ke dalam kamar, Reno langsung merebahkan tubuh atletisnya dan memejamkan kedua mata untuk menenangkan pikirannya. Dalam hati, ia bertanya kenapa Allah memberikan cobaan yang berat padanya? Di saat masalah perusahaan sedang bertumpuk, ada satu lagi masalah yang disebabkan oleh Clara. Kata-kata Clara tentang keinginannya tidur seranjang dengannya, membuat Reno muak dan semakin jijik pada tunangannya itu. “Sebenarnya apa yang dilihat ayah dan ibu dari sosok Clara? Sama sekali tidak ada kebaikan di dalamnya. Dia hanya anak orang kaya, bukan dia sendiri yang kaya. Dia bahkan tidak bisa melakukan tugas seb
Malam semakin larut. Suasana di sekitar tempat tinggal Rayna pun telah sepi karena mayoritas penduduj telah berlahuh di lautan mimpi. Setelah dua jam lamanya bertamu di rumah Rayna, Alex pun berpamitan dan meminta ijin untuk datang lagi lain waktu. Tentu saja Rayna dengan senang hati mengijinkannya. Setelah Alex beranjak dari rumahnya, Rayna pun masuk ke dalam rumah. Mengunci semua pintu dan jendela kemudian berbaring di atas ranjang miliknya yang tentu saja tidak semahal dan semewah milik Clara. Bisa menikmati hidup seperti sekarang saja Rayna sudah sangat bersyukur. Meskipun takdir telah memisahkan dirinya dengan semua anggota keluarganya. Ia masih bersyukur karena Allah memberikan hidup yang berkecukupan padanya dan mengirimkan orang-orang baik di sekelilingnya. Menjelang tidur, Rayna teringat pada sosok laki-laki yang ia cintai. Perasaan pada Reno tidak bisa dilupakan dengan mudah. Tapi demi kebaikan banyak orang, dia akan melakukan apapun termasuk mengorbankan p
Siang ini panas sangat menyengat dan menyebabkan keringat mengucur dengan leluasa. Tak terkecuali Rayna dan Reno yang baru saja menyelesaikan ritual makan siangnya di kantin kantor Anant Jewel yang terletak di lantai tiga gedung mewah itu. Meskipun ruangannya ber-AC, keringat masih sempet mengucur dari dahi mereka. Rayna belum terbiasa makan di kantin itu apalagi bersama Reno yang membuatnya selalu merasa deg-degan. Rayna tengah asyik duduk dengan tangan kanan mengaduk-aduk jus jeruk dingin yang masih tersisa setengah gelas. Sedangkan piring di depannya sudah kosong, ludes masuk ke dalam lambungnya untuk diproses. “Apakah tidak masalah jika kita makan seperti ini?” tanya Rayna yang tiba-tiba merasa tidak enak jika ada yang melihat mereka makan berdua. Reno tersenyum tipis. Pertanyaan Rayna itu konyol. “Kenapa tidak?” tanya Reno balik. “Tidak ada yang mengetahui privasiku di tempat ini. Mungkin kalau mereka tahu, pasti tidak akan mengatakan kepada siapapun. Te
Rayna menyiapkan sarapan sepiring nasi goreng dan telur dadar di atasnya, satu piring untuknya dan satu piring lagi untuk Sofi. Setelah meletakkan piring mereka, Rayna melihat ke arah Sofi yang terduduk dengan tatapan kosong.Mungkinkah Sofi masih memikirkan tentang kembalinya Ryan? Tanya Rayna dalam hati.“Sof,” panggil Rayna lembut sembari meletakkan tubuhnya, duduk berhadapan dengan Sofi yang masih termenung. “Sof!” panggil Rayna kedua kalinya dengan memegang tangan Sofi yang sontak membuat gadis berwajah oriental itu tersentak kaget.Sofi mendadak kaget, mendongakkan kepalanya untuk bisa menatap Rayna yang memandang iba padanya.“Masih memikirkan Ryan?” tanya Rayna pelan. Dia tidak ingin membuat sahabatnya sedih dengan pertanyaan konyolnya.Sofi mengangguk pelan. “Kau tahu, Na? Kejadian itu terekam dengan sangat baik di ingatanku.”Rayna menghela nafas berat, menatap sendu sahabatnya yang harus bertemu lagi dengan orang yang sudah merenggut kesuciannya. “Kamu pasti kuat, Sof.”Sof
Sofi meneguk kopi latte miliknya yang sudah tinggal separuh cangkir. Ia menarik nafas dalam sembari menyusun kalimat-kalimat dalam otaknya. “Aku sudah memiliki seorang pengganti diriku saat resign nanti. Surat pengunduran diri juga sudah ku berikan pada Pak Reno. Namun dia menolaknya. Kau tahu, Rayna? Dia mengatakan kalau aku tidak harus keluar dari perusahannya. Yang akan terjadi adalah....” Sofi tidak melanjutkan kalimatnya.Rayna mengerutkan keningnya. Penasaran. “Apa?” tanyanya pada Sofi yang masih memperhatikan kopi latte-nya.Sofi tersenyum kecil. Membiarkan rasa penasaran menguasai sahabatnya itu. “Ayolah, Sof. Ini bukan lelucon,” timpal Rayna yang tidak sabar mendengar cerita dari Sofi.“Aku memang tidak diizinkan untuk meninggalkan Reygold Corp. Hal itu diperkuat oleh Clara yang mengangkat jabatanku menjadi sekretarisnya.”Rayna terbelalak, sesuatu terasa tengah menghalangi jalannya udara masuk ke rongga hidung hingga membuatnya sedikit kesuli
Reno dan Clara telah tiba di sebuah restoran elite di kawasan Jakarta Timur. Mereka berdua bergegas masuk ke dalam restoran yang bernuansa Eropa modern itu. Clara dengan sengaja bergelanyut mesra pada Reno yang berjalan santai saat kaki mereka menginjak lantai restoran berwarna hitam.“Apa, sih?” Reno berusaha menepis tangan Clara yang masih menggandeng tangannya, bahkan dengan sangat erat seakan Reno adalah tawanan yang tidak boleh kabur.Clara bersikeras menggandeng tangan Reno agar mereka terlihat mesra.“Tidak ada yang menyuruhmu melakukan ini. Lepaskan!” bisik Reno makin risih dengan sikap Clara. “Jangan berlebihan!”Clara berusaha untuk berpura-pura tidak mendengar kata-kata Reno. Ia tetap menggandeng tangan Reno kemudian mengajaknya mendekati bangku yang sudah ditempati oleh dua orang. Rupanya dua orang itu adalah Alex dan Rayna yang sudah lebih dulu berada di restoran itu. “Halo,” ucap Clara yang sukses membuat Rayna dan Alex menoleh ke arahnya. Kedua mata Rayna terbelalak m
Jika Alex menikahi Rayna, artinya Rayna akan menjadi kakak iparnya. Clara bergidik membayangkan hal itu benar-benar terjadi.“Tidak mungkin, kan?” Clara khawatir jika Rayna kelak tetap merebut Reno darinya meskipun telah menikah dengan Alex.“Kenapa tidak mungkin? Bukannya malah bagus jika Rayna menjadi kakak iparmu?”Masalahnya bukan siapa yang akan menjadi suami Rayna, melainkan kebencian Clara terhadap Rayna sudah mendarah daging sehingga sulit untuk dihilangkan. Ia tidak sanggup jika harus melihat Rayna di dalam rumahnya setiap hari.“Aku tidak ingin melihatnya di rumah ini,” sahut Clara dengan nada tegas.Alex mengerutkan keningnya. “Sejak kapan aku harus menurutimu? Kamu hanya adikku, bukan ibuku, kan?”Clara melirik Alex dengan lirikan elang yang siap menerkan mangsanya. “Lalu apa yang akan kamu lakukan? Membuat drama baru?”Alex tidak menjawab pertanyaan Clara. &lsquo
Reno menatap kosong pada alat tes kehamilan milik Rayna. Dalam hstinya bertanya-tanya, benarkah itu milik Rayna? Lalu...“Tidak mungkin!” Reno langsung bangkit dari duduknya. Kursi empuk itu kini bergeser sedikit ke belakang akibat dorongan tubuh Reno yang berdiri secara tiba-tiba. “Dia hamil?” Pertanyaan itu mestinya ditujukan pada Rayna.Dengan tergesa-gesa, Reno mengambil kunci mobil yang ada di atas mejanya. Meraih jas warna hitam yang ia pajang di kursi dan berhambur keluar dari ruangan.“Pak Reno, hendak pergi ke mana?” tanya sang sekretaris yang bingung melihat tingkah aneh sang bos yang tiba-tiba keluar ruangan tanpa sepatah kata.Reno tak memberikan jawaban atas pertanyaan sekretarisnya. Menurutnya, tak ada yang lebih penting dari Rayna. Dia harus bertemu dengan Rayna saat itu juga.Sofi yang tengah berjalan menuju ruangan Clara, tanpa sengaja melihat sekelebat sosok Reno yang berlari membawa hasil testp
“Ya, aku tidur dengan Clara waktu itu.”Deg!Rayna dan Alex tidak menyangka jika Reno akan mengakuinya secepat itu. Meskipun Rayna sudah mengetahui tentang hal itu, ia berpikir bahwa Reno akan menutupinya untuk saat ini. Namun di luar dugaan, rupanya Reno mengakui bahwa benar dirinya telah meniduri Clara.“Tidak, aku tidak menidurinya. Kami melakukan hubungan intim itu di kantor,” ralat Reno yang membuat Rayna sangat terkejut.Alex tersenyum sinis. “Seperti itu kah kelakuan bejatmu, Reno? Masih pantaskah kamu mendapatkan cinta Rayna?”Jika harus bicara jujur, Rayna sangat kecewa dengan Reno. Ia melakukan perbuatan itu di kantor?“Aku mohon, Rayna. Jangan berpikir yang macam-macam. Aku masih tetap mencintaimu. Bukan Clara.” Reno menatap lekat pada Rayna yang juga sedang menatapnya. Ia meraih tangan Rayna yang dingin.‘Aku tidak bisa berpikir tentang apapun sekarang. Seandainya dia h
“Ada yang bisa saya bantu, Pak?”tanya seorang resepsionis di perusahaan Anant Jewel yang memiliki paras manis dan terlihat ramah dengan senyum yang selalu ia tunjukkan pada semua orang yang dilayani.“Saya ingin bertemu dengan Ibu Rayna,” jawab Reno dengan cepat karena ia sedang terburu-buru ingin bertemu dengan Rayna di pagi itu.“Bu Rayna sudah datang, Pak. Beliau ada di ruangannya sekarang. Lantai dua, ruangan kedua dari utara.”“Baik, terimakasih,” ucap Reno yang langsung bergegas melangkah ke lift yang terletak di sebelah kanan tempat resepsionis. Tanpa berlama-lama, Reno masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka dua......Tok tok!Rayna sedikit tersentak kaget saat Mira, sekretarisnya mengetuk pintu ruangannya secara tiba-tiba.“Iya, Mir. Ada apa?” seru Rayna dari dalam ruangan.“Ada tamu, Bu Rayna. Pak Reno dari Reygold Corp datang menemui Anda,”
“Aku ada di panti asuhan Kasih Bunda. Mungkin akan pulang nanti sore. Memangnya ada apa, Alex?”Suara Rayna terdengar merdu di telinga Alex hingga dirinya lupa dengan tujuannya menelepon Rayna. Jantungnya pun berdetak lebih kencang.“Ah, iya. Anu... Tidak jadi. Lain kali saja aku telepon lagi. Tidak enak kalau mengganggu acaramu. Lagipula nanti sore pasti kamu butuh istirahat,” kata Alex yang mengurungkan niatnya bertanya tentang sesuatu kepada Rayna.“Oh, begitu. Baiklah, terserah kamu.” Tak lama kemudian, Rayna memutus sambungan telepon dari Alex.Acara yang ditunggu-tunggu segera dimulai. Para pejabat dan semua tamu undangan pun sudah banyak yang hadir dan duduk manis di tempat yang telah disediakan panitia dari panti asuhan.Sebagai salah seorang kerabat dekat panti, Rayna ikut duduk di deretan para donatur tetap di belakang para pejabat daerah. Rayna dan Sofi duduk bersebelahan, menyaksikan beberapa acara hi
Hai, salam kenal dari Selay Rahmi pada kalian yang sudah bersedia membaca novel ini. Kalian klik novel ini aja udah bikin seneng kok. Alhamdulillah... Trimakasih untuk yang sudah membaca. Double makasi untuk yang sudah vote gem atau buka gembok ya. Semoga Allah balas dengan yang lebih baik. Aamiin... Tolong berikan feedback, entah vote rate, vote gems atau komentar dikit aja supaya bisa kasih semangat buatku.... Dukungan kalian sangat berarti buatku. Tanpa kalian, aku gak bisa disebut sebagai penulis. Novel ini masih separuh perjalanan. Jadi, aku butuh banget support dari readers. Tolong berikan saran juga ya, bagian mana yang harus dibenahi, apa yang harus ditambah, dll.