Pukul lima pagi, sebuah mobil sedan berwarna merah terparkir di depan rumah Rayna. Mobil mewah yang tak lain adalah milik Clara itu membuat beberapanorang yang lewat di jalan harus menoleh. Tak sedikit orang yang bertanya-tanya kenapa seseorang datang bertamu di rumah Rayna sepagi itu?
Dari dalam rumah, Sofi yang tengah membuka jendela melihat pemandangan itu tanpa sengaja. Ia mengerutkan keningnya, berpikir kilat menebak siapa kiranya yang memarkir mobil di depan rumahnya. Jika orang lain, kenapa harus parkir tepat di pinggir jalan raya depan rumah Rayna?
“Ada apa, Sof?” tanya Rayna yang sukses membuat Sofi terlonjak kaget.
Rayna pun melihat apa yang kini tengah dilihat oleh sahabatnya. Dia hafal betul mobil-mobil yang dimiliki Reno. Mobil itu bukanlah milik Reno. Lalu siapa yang parkir di sana?
“Kamu tahu?” tanya Sofi pada Rayna yang sama-sama memikirkan siapa pemilik mobil itu.
Rayna menggeleng. Dia bahkan baru pertama kali ini melihat mobi
Pukul 10 malam, Reno telah menginjakkan kakinya di dalam ruang tamu rumah keluarganya. Ia sengaja langsung pulang ke rumah karena badan terasa pegal dan pikiran sedang sangat kacau. Tanpa mempedulikan siapapun yang menyapanya, entah itu sang asisten rumah tangga ataupun ibunya. Langkah kakinya tak terhenti menuju kamar pribadimya yang terletak di lantai dua. Begitu masuk ke dalam kamar, Reno langsung merebahkan tubuh atletisnya dan memejamkan kedua mata untuk menenangkan pikirannya. Dalam hati, ia bertanya kenapa Allah memberikan cobaan yang berat padanya? Di saat masalah perusahaan sedang bertumpuk, ada satu lagi masalah yang disebabkan oleh Clara. Kata-kata Clara tentang keinginannya tidur seranjang dengannya, membuat Reno muak dan semakin jijik pada tunangannya itu. “Sebenarnya apa yang dilihat ayah dan ibu dari sosok Clara? Sama sekali tidak ada kebaikan di dalamnya. Dia hanya anak orang kaya, bukan dia sendiri yang kaya. Dia bahkan tidak bisa melakukan tugas seb
Malam semakin larut. Suasana di sekitar tempat tinggal Rayna pun telah sepi karena mayoritas penduduj telah berlahuh di lautan mimpi. Setelah dua jam lamanya bertamu di rumah Rayna, Alex pun berpamitan dan meminta ijin untuk datang lagi lain waktu. Tentu saja Rayna dengan senang hati mengijinkannya. Setelah Alex beranjak dari rumahnya, Rayna pun masuk ke dalam rumah. Mengunci semua pintu dan jendela kemudian berbaring di atas ranjang miliknya yang tentu saja tidak semahal dan semewah milik Clara. Bisa menikmati hidup seperti sekarang saja Rayna sudah sangat bersyukur. Meskipun takdir telah memisahkan dirinya dengan semua anggota keluarganya. Ia masih bersyukur karena Allah memberikan hidup yang berkecukupan padanya dan mengirimkan orang-orang baik di sekelilingnya. Menjelang tidur, Rayna teringat pada sosok laki-laki yang ia cintai. Perasaan pada Reno tidak bisa dilupakan dengan mudah. Tapi demi kebaikan banyak orang, dia akan melakukan apapun termasuk mengorbankan p
Siang ini panas sangat menyengat dan menyebabkan keringat mengucur dengan leluasa. Tak terkecuali Rayna dan Reno yang baru saja menyelesaikan ritual makan siangnya di kantin kantor Anant Jewel yang terletak di lantai tiga gedung mewah itu. Meskipun ruangannya ber-AC, keringat masih sempet mengucur dari dahi mereka. Rayna belum terbiasa makan di kantin itu apalagi bersama Reno yang membuatnya selalu merasa deg-degan. Rayna tengah asyik duduk dengan tangan kanan mengaduk-aduk jus jeruk dingin yang masih tersisa setengah gelas. Sedangkan piring di depannya sudah kosong, ludes masuk ke dalam lambungnya untuk diproses. “Apakah tidak masalah jika kita makan seperti ini?” tanya Rayna yang tiba-tiba merasa tidak enak jika ada yang melihat mereka makan berdua. Reno tersenyum tipis. Pertanyaan Rayna itu konyol. “Kenapa tidak?” tanya Reno balik. “Tidak ada yang mengetahui privasiku di tempat ini. Mungkin kalau mereka tahu, pasti tidak akan mengatakan kepada siapapun. Te
Suasana tengah malam di kompleks perumahan elite tempat tinggal keluarga Clara sunggu sepi. Hanya ada suara bising kendaraan nan jauh yang kadang terdengar. Di pinggir kolam renang, Clara menunggu kakaknya menyelesaikan ritual hubungan badan dengan sang pembantu yang baru bekerja di rumah mereka selama dua bulan. Clara sangat terkejut melihat aksi kakaknya yang menurutnya tak senonoh dilakukan terhadap seorang pembantu. “Kenapa? Ada apa lagi?” Alex datang dengan ekspresi datar seakan tak menyadari telah melakukan sesuatu yang menjijikkan. Clara melirik Alex melalui kedua sudut matanya. Bagaimana bisa dia bersikap santai seperti itu? Tidakkah dia berpikir aku bisa mengadukan kejadian tadi pada mamah? Pertanyaan itu muncul dalam benak Clara. “Bisa seperti itu, ya? Ternyata penyakit lamamu belum sembuh.” Alex tertawa mendengar kata-kata Clara yang menurutnya sangat lucu. “Sebenarnya aku sudah tidak seperti yang dulu. Tadi dia yang menggodaku. Bai
Hiruk pikuk terdengar dari sebuah rumah mewah di salah satu kompleks perumahan elite di Jakarta. Pukul 10 malam baru lah mencapai puncak acara yang ditunggu-tunggu tamu undangan sang empunya pesta. Pasalnya, pada jam 10 inilah Clara akan meniup lilin ulang tahunnya yang ke-23. Suasana pesta masih sangat ramai.Sebelum meniup lilin yang dinanti-nantinya, Clara mencari sosok Reno yang sedari tadi menemaninya. Namun kini keberadaan tunangannya itu tak diketahui oleh siapapun selain Alex. Clara mencari ke sana kemari, bertanya pada teman-temannya yang mungkin saja melihat Reno di sekitar mereka. Tetap saja hasilnya nihil. Tidak ada satu pun dari mereka yang melihat Reno. Clara mencari Reno hingga ke dalam rumah. Siapa tahu dia ada di dalam rumah demi menenangkan pikirannya atau menjauh dari keramaian. 10 menit mencari di dalam rumah, nihil juga.Clara semakin kesal saat tidak dapat menemukan keberadaan Reno. Tak lama kemudian, ia berhambur ke depan rumah, melihat di area p
Sinar matahari menyeruak masuk menembus kain gorden berwarna putih di jendela apartemen Reno, menerpa wajah cantik Rayna yang tengah tertidur pulas. Keduanya memang masih tidur di ranjang milik Reno yang berukuran cukup beaar untuk ditiduri oleh dua orang.Cahaya pagi yang menyilaukan mata membuat Rayna terpaksa bangun kedua kalinya. Sebelumnya, dia telah bangun sekitar jam empat untuk melaksanakan ritual Subuh sebagai seorang muslim, begitu juga dengan Reno. Keduanya merasa telah berdosa besar karena melakukan hal yang dilarang agama.Hidup memang makin mudah di zaman modern seperti saat ini. Namun bagi keduanya, bukan berarti mudah melakukan dosa juga karena hidup tidak hanya di dunia.Rayna duduk dan berusaha membuka matanya yang masih terasa sangat lengket sehingga sulit dibuka. Kantuk yang luar biasa membuatnya kesulitan membuka mata pagi itu. Sedangkan Reno, masih menikmati tidurnya tepat di samping Rayna.“Bagaimana aku bisa berjalan?”
“Kita nikah sirri.” Deg! Rayna sontak membulatkan kedua matanya, menatap Reno dengan seksama, dan sejenak jantungnya seakan tengah berhenti berdetak. Menikah bukanlah suatu kata yang bisa diucapkan dengan mudah tanpa pemikiran yang matang. Apalagi jika seorang laki-laki telah mengucapkan kata itu pada seorang wanita. Tentu saja tanggung jawab yanh besar sedang menanti. Bagi Rayna, tidak semudah itu mengucap kata menikah. Apalagi benar-benar melakukannya dengan Reno yang notabennya adalah keturunan keluarga kaya. “Tidak mungkin bisa,” kata Rayna lirih. Ia terpaksa mengatakan hal itu karena memang mustahil kalau mereka bisa bersatu. Ternyata kata-kata itu telah sukses menjatuhkan harapan Reno untuk menikah dengannya. Reno terdiam menundukkan kepalanya. Ia berpikir bahwa Rayna memang benar. Mereka tidak mungkin menikah meskipun dengan cara sirri. Lalu apa yang harus mereka lakukan? “Meskipun tidak mungkin, aku akan menikahimu jika kamu ha
Gagal membuat kejutan untuk Sofi, akhirnya Rayna duduk bersama Sofi di sebuah sofa depan TV dan membicarakan mual yang terjadi pada Rayna pagi ini. Tidak seperti biasa, pagi ini Rayna merasakan mual yang luar biasa. Ketika dia melihat wastafel, mualnya semakin menjadi-jadi. “Na, sebaiknya kamu beli alat tes kehamilan di apotik. Supaya jelas kalau kamu hamil atau tidak. Yang aku khawatirkan bukannya kamu hamil tapi malah takut kalau ada penyakit di tubuhmu.” Sofi menyarankan Rayna untuk membeli alat testpack yang digunakan untuk mengetahui positif kehamilan. Jika hasilnya negatif malah lebih mengkhawatirkan bagi Sofi. Rayna mengangguk setuju dengan saran Sofi. “Baiklah, aku pergi sekarang saja.” ..... Pagi ini menjadi saksi bisu kesedihan Rayna yang harus menghadapi kenyataan pahit dalam hidupnya. Setelah Sofi menyarankannya untuk melakukan tes kehamilan pagi itu, Rayna pun melakukannya dengan segera. Pukul enam pagi, ia membeli alat tes kehamilan di a
Rayna menyiapkan sarapan sepiring nasi goreng dan telur dadar di atasnya, satu piring untuknya dan satu piring lagi untuk Sofi. Setelah meletakkan piring mereka, Rayna melihat ke arah Sofi yang terduduk dengan tatapan kosong.Mungkinkah Sofi masih memikirkan tentang kembalinya Ryan? Tanya Rayna dalam hati.“Sof,” panggil Rayna lembut sembari meletakkan tubuhnya, duduk berhadapan dengan Sofi yang masih termenung. “Sof!” panggil Rayna kedua kalinya dengan memegang tangan Sofi yang sontak membuat gadis berwajah oriental itu tersentak kaget.Sofi mendadak kaget, mendongakkan kepalanya untuk bisa menatap Rayna yang memandang iba padanya.“Masih memikirkan Ryan?” tanya Rayna pelan. Dia tidak ingin membuat sahabatnya sedih dengan pertanyaan konyolnya.Sofi mengangguk pelan. “Kau tahu, Na? Kejadian itu terekam dengan sangat baik di ingatanku.”Rayna menghela nafas berat, menatap sendu sahabatnya yang harus bertemu lagi dengan orang yang sudah merenggut kesuciannya. “Kamu pasti kuat, Sof.”Sof
Sofi meneguk kopi latte miliknya yang sudah tinggal separuh cangkir. Ia menarik nafas dalam sembari menyusun kalimat-kalimat dalam otaknya. “Aku sudah memiliki seorang pengganti diriku saat resign nanti. Surat pengunduran diri juga sudah ku berikan pada Pak Reno. Namun dia menolaknya. Kau tahu, Rayna? Dia mengatakan kalau aku tidak harus keluar dari perusahannya. Yang akan terjadi adalah....” Sofi tidak melanjutkan kalimatnya.Rayna mengerutkan keningnya. Penasaran. “Apa?” tanyanya pada Sofi yang masih memperhatikan kopi latte-nya.Sofi tersenyum kecil. Membiarkan rasa penasaran menguasai sahabatnya itu. “Ayolah, Sof. Ini bukan lelucon,” timpal Rayna yang tidak sabar mendengar cerita dari Sofi.“Aku memang tidak diizinkan untuk meninggalkan Reygold Corp. Hal itu diperkuat oleh Clara yang mengangkat jabatanku menjadi sekretarisnya.”Rayna terbelalak, sesuatu terasa tengah menghalangi jalannya udara masuk ke rongga hidung hingga membuatnya sedikit kesuli
Reno dan Clara telah tiba di sebuah restoran elite di kawasan Jakarta Timur. Mereka berdua bergegas masuk ke dalam restoran yang bernuansa Eropa modern itu. Clara dengan sengaja bergelanyut mesra pada Reno yang berjalan santai saat kaki mereka menginjak lantai restoran berwarna hitam.“Apa, sih?” Reno berusaha menepis tangan Clara yang masih menggandeng tangannya, bahkan dengan sangat erat seakan Reno adalah tawanan yang tidak boleh kabur.Clara bersikeras menggandeng tangan Reno agar mereka terlihat mesra.“Tidak ada yang menyuruhmu melakukan ini. Lepaskan!” bisik Reno makin risih dengan sikap Clara. “Jangan berlebihan!”Clara berusaha untuk berpura-pura tidak mendengar kata-kata Reno. Ia tetap menggandeng tangan Reno kemudian mengajaknya mendekati bangku yang sudah ditempati oleh dua orang. Rupanya dua orang itu adalah Alex dan Rayna yang sudah lebih dulu berada di restoran itu. “Halo,” ucap Clara yang sukses membuat Rayna dan Alex menoleh ke arahnya. Kedua mata Rayna terbelalak m
Jika Alex menikahi Rayna, artinya Rayna akan menjadi kakak iparnya. Clara bergidik membayangkan hal itu benar-benar terjadi.“Tidak mungkin, kan?” Clara khawatir jika Rayna kelak tetap merebut Reno darinya meskipun telah menikah dengan Alex.“Kenapa tidak mungkin? Bukannya malah bagus jika Rayna menjadi kakak iparmu?”Masalahnya bukan siapa yang akan menjadi suami Rayna, melainkan kebencian Clara terhadap Rayna sudah mendarah daging sehingga sulit untuk dihilangkan. Ia tidak sanggup jika harus melihat Rayna di dalam rumahnya setiap hari.“Aku tidak ingin melihatnya di rumah ini,” sahut Clara dengan nada tegas.Alex mengerutkan keningnya. “Sejak kapan aku harus menurutimu? Kamu hanya adikku, bukan ibuku, kan?”Clara melirik Alex dengan lirikan elang yang siap menerkan mangsanya. “Lalu apa yang akan kamu lakukan? Membuat drama baru?”Alex tidak menjawab pertanyaan Clara. &lsquo
Reno menatap kosong pada alat tes kehamilan milik Rayna. Dalam hstinya bertanya-tanya, benarkah itu milik Rayna? Lalu...“Tidak mungkin!” Reno langsung bangkit dari duduknya. Kursi empuk itu kini bergeser sedikit ke belakang akibat dorongan tubuh Reno yang berdiri secara tiba-tiba. “Dia hamil?” Pertanyaan itu mestinya ditujukan pada Rayna.Dengan tergesa-gesa, Reno mengambil kunci mobil yang ada di atas mejanya. Meraih jas warna hitam yang ia pajang di kursi dan berhambur keluar dari ruangan.“Pak Reno, hendak pergi ke mana?” tanya sang sekretaris yang bingung melihat tingkah aneh sang bos yang tiba-tiba keluar ruangan tanpa sepatah kata.Reno tak memberikan jawaban atas pertanyaan sekretarisnya. Menurutnya, tak ada yang lebih penting dari Rayna. Dia harus bertemu dengan Rayna saat itu juga.Sofi yang tengah berjalan menuju ruangan Clara, tanpa sengaja melihat sekelebat sosok Reno yang berlari membawa hasil testp
“Ya, aku tidur dengan Clara waktu itu.”Deg!Rayna dan Alex tidak menyangka jika Reno akan mengakuinya secepat itu. Meskipun Rayna sudah mengetahui tentang hal itu, ia berpikir bahwa Reno akan menutupinya untuk saat ini. Namun di luar dugaan, rupanya Reno mengakui bahwa benar dirinya telah meniduri Clara.“Tidak, aku tidak menidurinya. Kami melakukan hubungan intim itu di kantor,” ralat Reno yang membuat Rayna sangat terkejut.Alex tersenyum sinis. “Seperti itu kah kelakuan bejatmu, Reno? Masih pantaskah kamu mendapatkan cinta Rayna?”Jika harus bicara jujur, Rayna sangat kecewa dengan Reno. Ia melakukan perbuatan itu di kantor?“Aku mohon, Rayna. Jangan berpikir yang macam-macam. Aku masih tetap mencintaimu. Bukan Clara.” Reno menatap lekat pada Rayna yang juga sedang menatapnya. Ia meraih tangan Rayna yang dingin.‘Aku tidak bisa berpikir tentang apapun sekarang. Seandainya dia h
“Ada yang bisa saya bantu, Pak?”tanya seorang resepsionis di perusahaan Anant Jewel yang memiliki paras manis dan terlihat ramah dengan senyum yang selalu ia tunjukkan pada semua orang yang dilayani.“Saya ingin bertemu dengan Ibu Rayna,” jawab Reno dengan cepat karena ia sedang terburu-buru ingin bertemu dengan Rayna di pagi itu.“Bu Rayna sudah datang, Pak. Beliau ada di ruangannya sekarang. Lantai dua, ruangan kedua dari utara.”“Baik, terimakasih,” ucap Reno yang langsung bergegas melangkah ke lift yang terletak di sebelah kanan tempat resepsionis. Tanpa berlama-lama, Reno masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka dua......Tok tok!Rayna sedikit tersentak kaget saat Mira, sekretarisnya mengetuk pintu ruangannya secara tiba-tiba.“Iya, Mir. Ada apa?” seru Rayna dari dalam ruangan.“Ada tamu, Bu Rayna. Pak Reno dari Reygold Corp datang menemui Anda,”
“Aku ada di panti asuhan Kasih Bunda. Mungkin akan pulang nanti sore. Memangnya ada apa, Alex?”Suara Rayna terdengar merdu di telinga Alex hingga dirinya lupa dengan tujuannya menelepon Rayna. Jantungnya pun berdetak lebih kencang.“Ah, iya. Anu... Tidak jadi. Lain kali saja aku telepon lagi. Tidak enak kalau mengganggu acaramu. Lagipula nanti sore pasti kamu butuh istirahat,” kata Alex yang mengurungkan niatnya bertanya tentang sesuatu kepada Rayna.“Oh, begitu. Baiklah, terserah kamu.” Tak lama kemudian, Rayna memutus sambungan telepon dari Alex.Acara yang ditunggu-tunggu segera dimulai. Para pejabat dan semua tamu undangan pun sudah banyak yang hadir dan duduk manis di tempat yang telah disediakan panitia dari panti asuhan.Sebagai salah seorang kerabat dekat panti, Rayna ikut duduk di deretan para donatur tetap di belakang para pejabat daerah. Rayna dan Sofi duduk bersebelahan, menyaksikan beberapa acara hi
Hai, salam kenal dari Selay Rahmi pada kalian yang sudah bersedia membaca novel ini. Kalian klik novel ini aja udah bikin seneng kok. Alhamdulillah... Trimakasih untuk yang sudah membaca. Double makasi untuk yang sudah vote gem atau buka gembok ya. Semoga Allah balas dengan yang lebih baik. Aamiin... Tolong berikan feedback, entah vote rate, vote gems atau komentar dikit aja supaya bisa kasih semangat buatku.... Dukungan kalian sangat berarti buatku. Tanpa kalian, aku gak bisa disebut sebagai penulis. Novel ini masih separuh perjalanan. Jadi, aku butuh banget support dari readers. Tolong berikan saran juga ya, bagian mana yang harus dibenahi, apa yang harus ditambah, dll.