Di dalam mobil.Callista memandang gedung pabrik yang makin jauh dalam pandangannya, kemudian memandang ke arah Jason yang juga berada di kursi belakang."Kita ... tidak menunggu Rudy?"Jason memegang sebatang rokok dan menyalakan api. Ketika mendengar hal ini, Jason meliriknya dan berkata, "Kamu telah menusuk orang, jangan berpura-pura bodoh." Callista berhenti berbicara.Jason tertawa, ketika melihat raut wajah Callista yang menyedihkan itu."Orang-orang itu telah banyak berbuat dosa. Kalau diperhitungkan, ditembak pun belum bisa menguranginya. Kamu kelihatannya sangat mengkhawatirkan mereka daripada diriku." Callista tiba-tiba menjadi gugup dan bertanya, "Apakah kamu terluka?"Jason melihat Callista yang tampak seperti kucing gelisah dan masih mengkhawatirkannya.Jason merasa hal ini sangat menarik. Dia sambil meletakkan rokok di antara giginya dan menepuk kakinya, lalu berkata, "Duduklah, akan kutunjukkan." Ketika mendengar hal ini, Peter yang sedang membawa mobil duduk di jok d
Hari ini, Jason sangat mampu dalam bercinta.Ketika ruangan menjadi tenang, Callista berbaring di sana, jiwanya sudah melayang, bahkan pupil matanya melebar.Jason menghabiskan sebatang rokok, lalu membalas tatapan Callista, sambil tertawa dan menggoda, "Tadi, apakah kamu sudah melihat dengan jelas? Aku ada terluka atau tidak?"Callista terlalu malas untuk memperhatikannya. Dia masih terluka dan tak mampu berkata apa-apa hanya bertepuk tangan saja. Callista memelototinya, lebih baik diam daripada berbicara.Hanya saja, mata Callista yang begitu indah itu, tidak hanya memiliki aura pembunuh, tetapi juga membangkitkan gejolak nafsu mematikan dalam diri Jason.Jason menggerakkan jakunnya saat melihat Callista, dia memeluknya dengan ekspresi yang ragu dan bertanya, "Bisa, 'kah?"Callista menggelengkan kepalanya menggunakan seluruh kekuatannya untuk menolak.Namun Jason belum patah semangat dan tangannya bersandar ke selimut, sambil berujar, "Benar-benar tidak bisa?"Callista dengan enggan
Beberapa hari berikutnya, Callista tidak pernah bertemu dengan Jason lagi.Namun, berbeda dengan beberapa hari sebelumnya, Jason tidak lagi acuh tak acuh. Dia akan mengirim beberapa pesan sms dari waktu ke waktu atau meneleponnya pada larut malam, hanya untuk mengobrol dan bersenda gurau sejenak.Callista bisa menebak Jason sedang sibuk atau terlalu sibuk untuk mencarinya.Hanya saja, setiap kali Callista ingin menanyakan sesuatu, Jason selalu dapat membawa kembali ke topik semula.Penundaan ini, sampai pada pesta ulang tahun Tuan Besar Eko.Callista, sebagai menantu dari Keluarga Davis, dia pergi ke Keluarga Davis lebih awal untuk membantu.Ulang tahun Tuan Besar Eko akan dimulai dengan bersembahyang leluhur di pagi hari terlebih dulu.Meskipun, jumlah pelayan Keluarga Davis lebih dari cukup untuk melakukan hal-hal ini, sebagai menantu tetap harus pergi untuk membantu dan memberi hormat.Dari jam enam pagi sampai jam delapan, altar persembahan leluhur akhirnya ditata.Saat ini, ada ba
Melihat bayangan punggung Jason saat pergi, Callista hampir pingsan dibuatnya.Awalnya, Callista masih berpikir untuk menyenangkannya dengan baik dan membuat hatinya senang, agar bisa bebas hari ini.Sekarang ini, apa Callista membuat kesalahan?Saat memikirkannya, Callista terdorong ke belakang oleh seseorang dan menjadi terhuyung-huyung sebelum berdiri kembali.Edbert memelototi Callista, sambil mengerutkan keningnya."Apa yang kamu lakukan? Tidak cukupkah kamu membuat malu?" kata Edbert dengan marah.Callista membersihkan ujung roknya dan berkata, "Kalau kamu merasa tunanganmu yang terjatuh ini lebih memberi muka untukmu , kamu sebaiknya mendorongnya lebih keras." "Kamu!"Volume yang tidak terkendali menarik perhatian orang-orang di sekitarnya, dan membuat Edbert harus tutup mulut.Terhadap beberapa tatapan penonton yang menyelidiki dan tertuju pada mereka, Callista dengan santai, meraih lengan Edbert dan berjalan keluar.Tidak peduli apa yang terjadi tadi, bagaimanapun muka tetap
Jason tersenyum senang dan berkata, "Terima kasih atas pengertian, Kakek. Tapi, aku ingin berada di sini hari ini." Tuan Besar Eko hampir tidak bisa bernapas gara-gara terlalu marah dan berteriak, "Dasar anak bangsat!""Kakek!" seru Suzy segera.Melihat hawa yang mencekam, Suzy dengan cepat mencairkan suasananya."Kakek, hari ini adalah pesta ulang tahunmu, jadi jangan marah.""Ya, Kakek," ujar Vincent. Vincent dengan tersenyum berkata, "Aku punya kabar baik untukmu." Tuan Besar Eko yang tidak benar-benar ingin mengusir Jason, jadi dia kembali menenangkan diri dan bertanya, "Kabar baik apa?" "Ada berita tentang Paman dan Bibi kedua."Saat mendengar perkataan itu, pandangan mata Jason menjadi dingin dalam sekejap.Orang tua Jason meninggal dalam kerusuhan saat berada di luar negeri dan jasad mereka hilang di negara itu.Keluarga Davis mengirim orang untuk mencarinya berkali-kali, tetapi hasilnya tetap nihil, jadi mereka hanya bisa mendirikan batu nisan kosong."Sudah lama, aku terus
Callista tentu saja tidak bisa membiarkan Edbert melihat isi sms, dia meletakkan tangannya di belakang punggungnya agar tidak terambil olehnya."Ini privasi aku! Kamu tidak boleh melihatnya!" ujar Callista"Sialan! Kamu telah tidur dengan pria bajingan itu! Privasi apa kamu perlukan? berikan padaku!"Edbert telah bertekad bagaimanapun tetap ingin melihatnya dan menarik lengan Callista."Lepaskan!" tukas Edbert."Kamu menyakitiku!"Begitu Jason memasuki Paviliun Gandaria, dia mendengar kalimat seperti itu.Jason mengangkat alisnya dan menatap Julia, "Edbert sangat menarik." Julia tampak malu, tetapi di dalam hatinya, dia mengecam Callista yang sulit diatur dan memarahinya."Hehe! Kamu duduk dulu, aku akan meminta seseorang untuk membersihkan kamar tamu," ucap Julia dengan senyum di wajahnya dan hati yang menahan amarah.Aku tidak tahu penyakit apa yang menghinggapi Jason, dia tiba-tiba datang dan berkata akan tinggal di Paviliun Gandaria hari ini.Julia tidak bisa menolak, jadi dia han
Dalam kegelapan, Callista memegang kenop pintu.Sebelum berbalik, Callista melirik ke belakang seperti seorang pencuri.Callista menahan napas, sambil mendengar dengkuran Edbert.Callista mengambil napas dalam-dalam dan memutar kenop pintu ke bawah.Itu tidak ditekan sampai akhir seperti biasa, tetapi inci demi inci, karena takut mengeluarkan sedikit suara.Sedikit suara "klik" sangat keras di malam hari.Dengkuran di tempat tidur tiba-tiba berhenti.Detak jantung Callista juga berhenti dan seluruh orang menegang, tidak ada yang berani bergerak.Edbert berbalik, menggumamkan mimpi, kemudian napasnya menjadi stabil kembali.Baru setelah dengkuran terdengar lagi, Callista membuka pintu dengan percaya diri.Cahaya dari koridor masuk melalui celah di pintu. Callista dengan cepat menghindar. Saat menutup pintu, lapisan tipis keringat muncul di punggungnya dan jantungnya berdetak seperti guntur.Kamar Jason secara diagonal berlawanan dengan lantai ini, yang berarti Callista harus berkeliling
Callista berdiri diam sejenak dan menatap Jason dengan panik.Mungkinkah Edbert tahu dan mendatanginya?Saat Callista mempertimbangkan apakah akan melompat dari jendela, sebuah suara keras terdengar di luar."Tuan Jason, apakah Anda sudah tidur?"Ini adalah …. Jessica?Untuk apa dia di sini.Callista terkejut dan bingung, setengah membuka mulutnya dan sangat tercengang.Jason mengaitkan bibirnya dan mencondongkan tubuh lebih dekat, "Malam ini cukup menarik. Menurutmu, apa reaksi dia melihatmu di kamarku?"Callista ketakutan setengah mati oleh kata-katanya dan memegang tangannya dengan kedua tangan, "Jangan! Biarkan dia pergi."Jason mengangkat alisnya, "Oh?"Jari yang digigit Callista tadi mengayun di depan wajahnya."Aku pikir dia akan lebih patuh daripada kamu," ucap Jason. Callista tersedak, setengah mati di dalam hatinya. Bagaimana dia bisa lupa kalau Jason tidak akan pernah mengalah.Kalau tahu bahwa ada hal seperti ini, mana mungkin Callista berani menggigitnya.Saat pintu diket
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s