(WazzApp Notification – Bagas)
"Alana, ada yang mau aku omongin sama kamu." -Bagas
Bagas, kekasih Alana, mengirimkan pesan singkat ketika Alana sedang sibuk-sibuknya mengerjakan pekerjaan di kantornya.
"Ngomong apa, Bagas?" -Alana
"Aku bakalan kasi tau pas kita ketemu." -Bagas
"Habis aku kerja kita ketemu, ya, sayang. Aku gak enak baru masuk kerja dua minggu udah izin." -Alana
"Oke, aku tunggu di restaurant deket kantor kamu, ya." -Bagas
Dua jam kemudian...
"Tasya, gue balik duluan ya. Gue ada janji sama Bagas." Jari Tasya terhenti menari di atas keyboard dan melihat Alana merapikan mejanya yang seakan dikejar oleh deadline.
"Hmm iye bucin!" Tasya menggelengkan kepalanya dan melanjutkan pekerjaannya yang masih belum selesai sehingga dia tak menghiraukan Alana yang terlihat buru-buru keluar dari ruangan kerja mereka.
Braakk!!
Alana tidak sengaja menabrak seorang pria yang berada di depannya karena terburu-buru untuk bertemu Bagas. Alana langsung mengambil berkas-berkas milik pria tersebut dengan menunjukkan raut wajah panik.
Pria itu membungkukkan badannya dan membantu Alana membereskan berkas-berkas yang sudah berserakan di atas lantai "Astaga! Pak maaf saya gak sengaja. Saya buru-buru. Saya minta maaf, Pak." Tatap Alana panik kepada pria yang ada di hadapannya.
Pria itu tidak menghiraukan permintaan maaf dari Alana, dia hanya melemparkan senyuman manis kepada wanita cantik yang ada di hadapannya itu "Oh, iya gapapa. Mbak kerja disini, kan?"
"I-iya. Ada apa, Pak?" Jawab Alana tergesa-gesa, kemudian memberikan berkas pria tersebut kepadanya dan mereka pun beranjak berdiri
"Ruangan Pak Harsono, Manager perusahaan ini, dimana, Mbak? Saya Alan Manager PT. Industri Jaya yang akan bekerja sama de---"
Alana memotong pembicaraan Alan, pria yang baru saja ditabrak olehnya "Oh, bapak lurus aja, ntar ruangan Pak Harsono ada di sebelah kanan. Terima kasih pak saya buru-buru." Ucap Alana dan langsung meninggalkan pria yang bernama Alan itu.
"Alan--" Terdengar suara Harsono memanggil
"Aduh apalagi, sih??" Alana menggerutu saat mendengar namanya dipanggil oleh Harsono. Dengan terpaksa Alana pun menoleh ke belakang "Iya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?" Jawab Alana dengan memberikan senyuman yang terpaksa.
"Saya manggil Pak Alan. Bukan kamu, Alana." Harsono menunjuk ke arah Alan, pria yang di tabraknya tadi.
Alana menghela napas lega. Ternyata bukan dia yang dimaksud oleh Harsono "Oh oke kalau begitu. Saya permisi, Pak." Jawab Alana dan langsung meninggalkan Harsono dan Alan dengan berlari kecil.
"Hadeh... Ada-ada saja ulah karyawan baru." Ujar Harsono sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Oh... Dia baru disini, Pak?" Tanya Alan memastikan.
"Iya, Pak Alan. Jadi mohon dimaklumi, ya."
Alan tak menghiraukan Alana, karyawan baru Harsono, Alan pun langsung membahas kerjasama antara kedua perusahaan mereka "Jadi bagaimana kelanjutan kerjasama perusahaan kita, Pak Harsono?"
***
Alana menghampiri Bagas yang sudah menunggunya beberapa menit di salah satu restaurant yang berada di jalan MH. Thamrin. Terlihat Alana tampak ngos-ngosan sembari memegang high heels yang sudah di lepasnya.
"Hey, sayang. Maaf banget ya aku telat. Kamu tau gak sih aku hampir jatoh makanya aku lepasin high heels aku. Tadi tuh di kantor a--"
"Alana, aku mau ngomong sama kamu." Bagas memotong pembicaraan Alana dan tampaknya arah pembicaraan Bagas kali ini sangat serius.
Alana sedikit terkejut dengan sikap Bagas. Tidak biasanya Bagas memotong pembicaraannya selama ini "Oh--- Ngomong apa, Sayang?"
Bagas menghela napas sembari menggenggam kedua tangan dan menundukkan kepalanya "Aku gak bisa ngelanjutin hubungan kita, Al."
"Maksud kamu?" Tanya Alana bingung dengan mengerutkan dahinya.
"I-iyaa. Aku mau kita putus, Al!" Ucap Bagas dengan sangat tegas.
"Putus? Tapi kenapa? Kita udah ngejalanin hubungan ini selama dua tahun. Kita masih baik-baik aja dan gak ada masalah apa-apa, Bagas." Ucap Alana terkejut sekaligus tak bisa menerima keputusan Bagas yang tiba-tiba memutuskan hubungan mereka.
"Iya aku tau. Tapi aku gak bisa lanjutin lagi, Al." Bagas meninggikan suaranya sembari menatap wajah Alana seakan keputusannya tidak bisa lagi diubah oleh siapa pun termasuk Alana.
"Alasannya? Kita gak punya masalah apa-apa, loh. Kamu udah ada yang lain? Kamu selingkuh?" Alana terus-terusan menginterogasi Bagas dengan pertanyaan yang beruntun. Mata Alana pun tampak mulai memerah.
Bagas menghela napas dalam dan menggenggam kedua tangan Alana, mencoba untuk menenangkan wanita yang di hadapannya itu "Bukan--- Aku gak selingkuh. Gini, Al. aku ngerasa hubungan kita gak ada perkembangannya. Aku mau menjalani hubungan yang dewasa. Hubungan yang udah memikirkan masa depan."
Alana melepas dengan kasar kedua tangannya dari genggaman Bagas "Jadi hubungan kita gak dewasa maksud kamu?" Alana bertanya sinis dengan menaikkan alis kirinya.
"I-i-iyaaa." Jawab Bagas gugup dengan susah payah menelan ludahnya.
Bagas melanjutkan pernyataannya atau lebih tepatnya alasan agar dia bisa mengakhiri hubungannya dengan Alana "Hubungan kita tuh masih gak memikirkan masa depan dan mentingin main-main aja, Al. Aku mau punya hubungan yang bisa buat aku berkembang." Bagas terus terang mengatakan bahwa hubungan yang dijalinnya dengan Alana tidak dewasa sama sekali
"Selama ini aku gak buat kamu berkembang ternyata. Mulai dari support karir kamu sampai kamu bisa kayak sekarang. Ternyata itu bukan support tapi cuma main-main." Alana tertawa sinis sembari melipat kedua tangannya.
Sementara Bagas seakan ditampar dengan kalimat Alana yang padat dan jelas. Membuat pria itu terdiam selama beberapa detik.
"Gak gitu, Al. Aku makasi banget kamu udah ada di hidup aku selama ini, ta--"
Alana memotong pembicaraan Bagas saat raut wajahnya terlihat sedang susah payah menahan tangis "It's okay, Bagas. Kamu gak perlu ngomong apa-apa lagi. Harusnya aku gak nanyain alasan kamu untuk ninggalin aku. Kalo kamu emang mau pergi, kamu memang menginginkan itu dan gak ada alasan apa pun lagi. Thanks Bagas udah ngejalanin hari-hari kamu selama hampir dua tahun sama aku. Semoga kamu memang dapetin wanita dewasa yang cocok buat mendampingi kamu. Bukan aku, wanita baru lulus sarjana dan masih jadi karyawan baru. Aku baru inget aku gak setara sama kamu yang udah dapetin promosi jabatan di kantor kamu." Ucap Alana tegas
"Al, aku minta maaf." Ucap Bagas dengan nada frustrasi sembari meraih tangan Alana.
Alana menghempaskan tangan Bagas dengan kasar dan berdiri dari kursinya "Goodbye, Bagas." Ucap Alana dan langsung meninggalkan Bagas sembari memegang higheels yang sudah tidak dipakai lagi olehnya.
***
Setelah bertemu dengan Harsono, Alan langsung kembali ke apartemennya dengan wajahnya yang terlihat sangat lelah. Alan berdiri di sudut balkon bersama dengan Fina, kekasihnya, yang sudah menunggunya selama beberapa jam di dalam apartemen Alan. Keduanya tampak berbincang dengan ekspresi wajah serius satu sama lain.
"Fina, aku mohon jangan tinggalin aku. Aku minta maaf kalo aku pernah salah." Ucap Alan frustrasi.
Fina mendekat ke hadapan Alan dan menangkupkan wajah Alan dengan kedua tangannya "Alan, jangan paksa aku untuk jadi pacar kamu lagi."
"Tapi kenapa?" Alan menatap Fina dengan air matanya yang mulai menggenang di pelupuk mata.
"Intinya aku mau putus." Fina langsung meninggalkan apartemen
Alan tanpa memberikan satu alasan pun kepada Alan.Alan berdiri dengan tatapan kosong dan melihat Fina meninggalkannya begitu saja. Seakan ingin mengejar Fina namun kakinya begitu berat untuk melangkah.
Alan merasa frustrasi karena telah kehilangan Fina yang selama ini sudah menemaninya. Dia hanya ingin Fina berada disisinya saat ini. Dengan keputusan Fina yang tak beralasan, Alan pun bergegas menyusul ke apartemen Fina yang jaraknya tak begitu jauh dari apartemen Alan.
tok... tok... tok...
Fina membuka pintu apartemennya dan terlihat Alan sudah berada di hadapannya dengan tatapan frustrasi.
"Hey, Fin." Sapa Alan tak berdaya
"Ngapain kamu kesini, Alan?" Tanya Fina terkejut.
"Aku gak mau putus." Jawab Alan memohon
"Aku mau tunangan." Jawab Fina sembari bergegas menutup pintu apartemennya.
Alan menahan pintu apartemen Fina sembari terkekeh mendengar pernyataan konyol yang di lontarkan Fina kepadanya "Hahahaha. Banyak banget alasan kamu."
"Telpon Papa aku dan tanya kapan aku bakal tunangan." Jawab Fina dengan ekspresi wajah yang sangat meyakinkan.
"Kamu serius?" Alan membulatkan matanya kearah Fina "Kamu dijodohin?" Tanya Alan lagi.
Fina menghela napas, mencoba memberanikan diri untuk menjelaskan kepada Alan "Aku serius dan aku gak dijodohin." Ucap Fina sembari masuk ke dalam apartemennya dan diikuti oleh Alan.
"Tapi kenapa tiba-tiba gini?" Tanya Alan bingung.
"Oke aku akan jelasin."
Alan dan Fina duduk berhadapan di ruang tamu dengan tata ruangan yang menyuguhkan suasana minimalis. Mereka hanya di berikan jarak oleh meja kecil di hadapan mereka.
Alan menunggu penjelasan Fina dengan menatap wajah wanita itu sembari melipat kedua tangannya. Sementara Fina sudah beberapa menit masih diam terpaku, tak tahu harus memulai perbincangan darimana.
Fina menghirup napas dan menghembuskannya untuk melawan rasa takut dan berani menjelaskan keputusan yang baru saja diambilnya "Aku udah tunangan dengan pria yang bernama Reza. Reza teman kecil aku, Alan. Aku deket banget sama Reza sampai kami berdua lulus SMA. Setelah itu, Reza lanjut kuliah ke US dan aku kehilangan dia. Pas dia balik ke Indonesia tiba-tiba dia datang ke rumah dan mau aku jadi tunangannya. A--"
"Dan kamu langsung nerima?" Alan memotong pembicaraan Fina.
"Maaf, Alan. Selama kita pacaran, rasanya aku bener-bener kehilangan sosok Reza. Aku mencoba menggantikan sosok Reza dengan kamu, tapi ternyata sampai sekarang aku masih merasa lebih nyaman dengan Reza daripada kamu." Ucap Fina tanpa merasa bersalah atas apa yang baru saja dia katakan.
Alan menatap Fina sinis sembari menggeleng-gelengkan kepala "You're so cruel."
"I know. I'm sorry." Hanya itu yang bisa di ucapkan Fina kepada Alan.
Ternyata Fina mendampingi Alan selama ini karena dirinya kesepian dan ingin menggantikan sosok Reza. Namun, kenyamanan yang diberikan oleh Reza selama ini kepada Fina membuat hal itu tak tergantikan oleh siapa pun termasuk Alan yang sudah menemani Fina sejak kuliah sampai mereka berdua bekerja.
Fina meraih tangan Alan dan menggenggamnya "Alan, aku harap kamu bisa dapetin wanita yang jauh lebih baik dari aku dan mengerti kamu s--"
"Basi." Komentar Alan tidak terima sembari menghempaskan tangan Fina dengan kasar. Alan pun bergegas keluar dari apartemen
Fina dengan membanting pintunya.Suaralivemusicyang sangat keras terdengar di salah satucoffee shoptempat Alana menghabiskan waktu bersama dengan Lily dan Tasya, sahabat Alana. Alana tampak berdiri di dekat meja bar, seperti biasa, memesancaramelfrappucinokesukaannya sembari mewarnai bibirnya denganlipstickberwarnanudedan memasukkannya kembali ke dalam tas. "Sorry." Tegur Alan yang berada di belakang Alana. Alana pun menoleh ke belakang "Ya?"Tanya Alana menatap Alan sembari mengernyitkan dahi. "Ini punya kamu, bukan?" Tanya Alan sembari menunjukkan sebuahlipstickkepada Alana "Tadi aku lihat kamu mau masukin ke tas tapi malah jatuh.” Sambungnya "Oh ya ampun iya itu punya aku. Terima kasih, ya." Jawab Alana panik. "It's Okay. Kayanya kita pernah ketemu, tapi dimana ya--" Alan tampak memejamkan
Awal perbincangan antara Alana dan Reza memang terlihat masih dibaluti dengan basa-basi seperti orang-orang pada umumnya. Hal itu terlihat dari perbincangan mereka yang tampaknya belum mengupas seluk beluk kepribadian satu sama lain. Hal itu pula yang membuat Alana belum bisa melupakan masa lalunya. Namun, setelah dua minggu Alana dan Reza berbincang melalui aplikasi TinTan, entah mengapa Alana bisa dengan mudahnya merasakan kenyamanan terhadap Reza. Kenyamanan yang di berikan oleh Reza tampak terlihat dari ekspresi Alana yang terkadang senyum-senyum sendiri saat menerima pesan dari Reza. Alana pun seringkali tertangkap basah menunggu balasan pesan dari pria asing itu. Dua minggu merasakan kenyamanan dengan Reza sepertinya mampu membuat Alana melupakan Bagas. Namun rasanya sangat konyol jika Alana benar-benar sudah nyaman. Masalahnya, mereka berdua belum pernah bertemu. Bagaimana mungkin Alana bisa merasakan kenyamanan dengan orang asing begitu mudah?
Alana memarkirkan mobilnya di depan salah satucoffee shopyang berada di Jakarta Pusat,tempat bertemuyang di janjikannya bersama Reza. Alana mematikan mesin mobilnya dan melamun sejenak, memikirkan apakah dia harus bertemu dengan Reza atau kembali pulang ke apartemennya. Alana sangat bingung sampai menundukkan kepalanya di kemudi mobil sembari memejamkan mata. (WazzApp Notification) PemberitahuanWazzAppmengejutkan Alana dan dia pun membuka layar ponselnya. "Aku udah sampe, Al. Kamu dimana?" -Reza "Shit!"Ucap Alana dengan memegang kepalanya. Walaupun Alana berniat untuk membatalkan pertemuannya dengan Reza, Alana tetap tidak tega harus meninggalkan Reza begitu saja. Apalagi Alana paling tidak suka dengan orang yang membatalkan janji. "Aku di parkiran. Bentar, ya." -Alana Alana pun bergegas menghampiri Reza. Apa pun ya
Alana sedari tadi masih tenggelam dengan percakapan yang terjadi dicoffee shop beberapa hari yang lalu bersama Alan. "Woi, melamun mulu. Kenapa lu?" Tasya mengejutkan Alana yang tengah melamun dan tidak menyentuh makanannya sedikit pun. "Gue kayaknya udah ngerusak pertemuan gue yang kedua kalinya dengan Alan deh." Ucap Alana murung. "Hahaha kenapa lagi lu? Salah kostum?" Lily terkekeh. "Nggak." Alana menceritakan perbincangan yang dia lakukan bersama Alan kepada teman-temannya dan pembahasan konyol yang membuat Alan menunjukkan ekspresi terkejut saat mendengar pertanyaan Alana. "Lu kenapa sih? Kemaren pertama kali ketemu lo kusut banget. Terus yang kedua kalinya malah ngebahas zodiak. Hey sayang, cowo itu kebanyakan gak suka sama hal yang berbau zodiak. Eh malah lu bahas." Ucap Lily kesal. "Iya gue tau. Gue tuh kehabisan pembahasan. Gue bingung mau nanya apa, jadi yaudah gue bahas zodiak aja. Soalnya tuh gue pernah deket
Menjelang dua bulan, Alana dan Alan sudah mulai membuka diri satu sama lain walaupun masing-masing dari mereka belum ada yang mengungkapkan akan membawa hubungan mereka ke arah yang lebih serius. Disisi lain, Alana masih memahami Alan yang masih mencintai masa lalunya. Akan tetapi Alana membayangkan suatu hari nanti Alan pasti akan melupakan masa lalunya sama seperti Alana yang sudah melupakan Bagas semenjak bertemu dengan Alan. "Al, aku mau kita tinggal bareng." Ucap Alan spontan yang saat ini tengah menghampiri Alana di ruang kerjanya. Alana yang tengah sibuk mengerjakan pekerjaannya terkejut melihat Alan yang sudah berada di hadapannya. Baru kali ini Alan nekat menghampiri Alana sampai ke ruang kerjanya. "Kamu bercanda? Kita gak ada ikatan, Alan." Alana berbisik agar tak terdengar oleh karyawan-karyawan yang sedang bekerja di ruangan yang sama dengannya. "Kita harus dekat dulu, Al." Alan menatap Alana sangat dalam dan menggengga
"Alan,showerkita kok gak nyala?" Teriak Alana yang tengah berada di kamar mandi. Alan pun terlihat menghampiri dan mendekat ke pintu kamar mandi "Tadi aku mandi masih bisa, Al. Coba buka dulu pintunya biar aku lihat." Alana pun bergegas memakai handuknya dan membuka pintu kamar mandi. Sedangkan Alan tampak langsung memperbaikishowerdenganAlana yang berdiri di sampingnya. "Udah bisa nih." Ucap Alan sembari mendongakkan wajahnya ke Alana. "Dih aneh! Masa aku tadi pencet itu gak bisa." Alana mengomel kecil dengan ekspresi wajah yang kesal. "Yaudah kamu lanjut lagi mandinya. Ntar lama-lama aku disini handuk kamu aku buka paksa." Bisik Alan di telinga Alana dengan menggoda. "Eh i-i-iyaaa. Yaudah kamu keluar." Ucap Alana panik sembari mendorong Alan keluar dari kamar mandi. Setelah Alana selesai mandi, tubuhnya merasa lelah karena sudah beraktivitas seharian. Alana pun memutuskan untuk
Alana dan Alan tampak tengah menikmati waktu mereka berdua dengan memasak bersama.Ketika Alana tengah memotong sayur-sayuran, Alan pun memeluk Alana dari belakang "Nih pake tepung dulu biar makin cantik Mbak-nya." Alan mengusap wajah Alana dengan tangannya yang menggenggam tepung. "Kayak gini ya ternyata kelakuanmanagerPT. Industri Jaya?" Alana mengucapkannya dengan sangat kesal "Hahaha, ih gak profesional ih bawa-bawa profesi." Ucap Alan dengan tertawa geli. Alana memberikan senyuman yang terlihat menyimpan dendam kepada Alan "Ya udah kamu duduk aja gih. Jangan ngeganggu." "Yee marah." Ucap Alan terkekeh lalu berjalan menuju meja makan, Alana tiba-tiba mengikutinya dari belakang dengan menggenggam tepung di tangannya. Karena Alana hanya setinggi dada Alan, Alana harus menjinjit untuk mengusap tepung di wajah Alan. Namun, Alana ketahuan dan Alan menggendong tubuh Alana kemudian meletakkan tubuhnya di atas meja makan
Alana memegang pelipisnya yang sedari tadi sangat lelah mengerjakan pekerjaan di kantor yang tak kunjung usai. Sesekali, di liriknya ponsel, menantikan pesan dari Alan yang tengah berada di apartemen karena tidak enak badan. Rasa khawatirnya kepada Alan melebihi rasa khawatirnya kepada dirinya sendiri. Terkadang dia berselisih paham dengan pikirannya yang mengharuskannya untuk memikirkan dirinya terlebih dahulu daripada Alan. Namun dia tetap saja bisa mengalahkan pikirannya itu dan bergegas kembali ke apartemen dengan membawa seluruh pekerjaannya untuk di kerjakan di rumah. tok... tok... tok... Alan membuka pintu dengan wajahnya yang terlihat pucat "Al, ini baru jam dua siang, kamu kenapa cepet banget balik dari kantor?" Alan terkejut melihat Alana di depan pintu yang membawa beberapa berkas danpaper bag. "Kamu gapapa? Udah makan? Udah minum obat?" Alana tak menjawab pertanyaan Alan dan malah berbalik menanyakan
Enam tahun kemudian..."Aileen... Banguuuun." Alana membangunkan Aileen, anak pertamanya, dengan memakai daster dan roll di rambutnya.Alana kemudian bergegas menghampiri Alan yang masih tertidur pulas di kamar "Sayang, bangun.""Sebentar sayang." Ucap Alan dengan matanya yang masih tertutup. Alan pun seketika meraih Alana dan menenggelamkannya di tubuhnya yang kekar."Iiihh jangan di peluk. Nanti rambut aku rusak." Ucap Alana kesal."Oh gitu?" Tatap Alan sinis"Ng-gak." Alana tahu sekali jika dia mengomentari Alan, Alan akan membuatnya tambah kesal"Tadi ngomong apa sayang? Ngomong apa?""Ih jangan kaya gitu. Rambut aku udah di catok." Ucap Alana murung dan memanyunkan bibirnyaAlan meraih bibir bawahnya dan melumatkannya dengan pelan "Udah jangan cemberut." Alan pun mengacak rambut Alana dan membuat rambutnya menjadi berantakan"Maaasssss!! Kan aku udah bilang jangan di rusakin rambutnya." Ucapnya
Dua pasangan yang awalnya berbagi luka pada akhirnya bersatu kembali. Alana tak pernah menyangka pertemuannya dengan Alan di aplikasi kencanonlinewaktu itu ternyata malah membawa mereka sampai ke jenjang pernikahan. Apa pun yang di lakukan Alana, tak peduli dia merubah penampilannya, pendidikan dan bahkan kehidupannya sekali pun. Kenangan yang dia ciptakan bersama Alan selalu menemaninya kemana pun dia pergi. Begitu juga dengan Alan. Tak peduli dua tahun Alana meninggalkannya dan pernah membencinya, dia tak akan pernah menyerah memperjuangkan cintanya bersama Alana, wanita yang dia butuhkan. Hari ini, mereka sedang menikmati momenhoneymoondi Bali. Ya, keluarga Alan dan Alana sudah mempersiapkanhoneymoonsejak mereka menggelarkan acara pernikahan. Orangtua mereka memesanprivate villadi daerah Badung dengan fasilitas yang sangat mewah. Masing-masingprivate villa&nb
Aldo terlihat menghampiri Alana di dapur saat Alana tengah sibuknya memotong beberapa sayur-sayuran seorang diri. “Cieee… Ada yang mau honeymoon nih bentar lagi.” Ucap Aldo kepada Alana memberikan candaan sembari mengambil satu buah apel yang berada di hadapan adiknya itu. “Iya dong! Iri ya?” Sindir Alana saat dia tengah asik memotong sayur-sayuran. “SORRY! NO TIME FOR LOVE!” Ucap Aldo sombong “Ouchh!!!” “Mas Aldo… Aku mau nanya deh. Boleh?” “Hahahahahaha. Baru juga nikah udah berubah aja nih adek gue. Ya kalo mau nanya mah nanya aja. Biasanya juga kamu gak minta izin dulu.” Ucap Aldo keheranan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. “I-i-iya, sih.” Ucap Alana kikuk “Aku mau nanya hubungan Mas Aldo sama Mbak Paula sih.” Jawab Alana sembari menggigit bibir bawahnya. Seakan merasa tidak enak bertanya akan hal ini. “Hmm--- Aku cuma bingung aja. Kalian kan pacaran udah lama banget, Mas. Bahkan se
Acara pernikahan di gelar di salah satu hotel yang berada di Jakarta. Alana memakai gaun berwarna cream dan Alan pun memakai Jas dan celana dengan warna yang sesuai dengan dress Alana.Pernikahan yang digelar oleh Alan dan Alana benar-benar terlihat mewah.Semua sudut ruangan di beri dekorasi yang benar-benar memadu padankan barang-barang mewah namun terkesan elegan.Semua rekan kerja Alan maupun Alana tampak menghadiri acara pernikahan mereka seperti Ezra, Farhan, Lita dan Sanjaya."Alanaaaa!!" Teriak Tasya yang ikut menghadiri pernikahan Alan dan Alana dengan seorang bayi yang sedang berada digendongannya dan juga suami Tasya yang berada di sampingnya."Hei, Sya. Thanks ya udah dateng." Ucap Alana sembari memeluk Tasya"Tasya, Alana." Lily pun terlihat menghampiri mereka di tempat pelaminan."Wah darimana aja lo? Suami lo mana?" Tanya Tasya ke Lily"Suami gue gak bisa dateng, dia keluar negeri urusin bis
Satu bulan kemudian… Beberapa minggu lagi Alan dan Alana akan sah menjadi sepasang suami istri dimata hukum, negara, dan agama. Ya, Farhan sudah memberikan tahu pihak keluarga Alan dan Alana bahwa Alan sudah mulai bisa menghadapi kejadian trauma dan mengontrol pikiran-pikirannya ketika kejadian trauma itu kembali lagi dalam kehidupannya. Artinya pria itu sudah dinyatakan pulih oleh Farhan. Dengan hasilnya yang dinyatakan pulih, Alan pun bergegas untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Alana seperti yang sudah di janjikan sebelumnya. Saat ini pun mereka tengah sibuk mempersiapkan acara pernikahan dimulai dari design baju pengantin, diskusi bersama wedding organizer, bimbingan pranikah bersama Farhan, serta foto pre-wedding untuk mengabadikan momen indah Alan dan Alana. “Alan… Kalau dress model ini bagus, gak?” Tanya Alana yang tengah memakai gaun berwarna cream untuk pesta pernikahannya. Ya, saat ini
Tok… tok… tok… Alana terbangun saat mendengar pintu apartemennya diketuk dari luar. Seketika dia pun berjalan dengan melas untuk membuka pintu dengan matanya yang masih menyipit. Cklek! Seketika Alana melihat bouquet bunga bertuliskan ‘Selamat datang di Jakarta, calon istriku yang cantik’ di depan pintu dengan Alan yang memegangnya. “Loh… udah kelar meeting-nya?” Tanya Alana dengan masih menyipitkan mata, kemudian dia pun kembali masuk ke dalam apartemen di ikuti oleh Alan dari belakang. “Sayang, ini udah jam tujuh malam.” “Ha? Serius?” Seketika Alana menoleh dan membelalakkan matanya kepada Alan. Alan pun hanya mengangguk sembari meletakkan bouqet bunga-nya di atas meja. “Wah tadi nyampe jam setengah dua siang langsung tidur gak bangun-bangun sampe sekarang.” Gumam Alana yang tengah membaringkan dirinya di atas sofa. Seketika Alana pun terduduk dan memegang perutnya “Sayang aku belu
Setelah Alan dan Alana menikmati sarapannya di atas perahu sampan sembari memandangi indahnya pemandangan Danau Laut Tawar, mereka pun diajak oleh Gifari dan Bella untuk mencoba wisata Arung Jeram yang letaknya berada di Jembatan Lukup Badak. Alan, Alana, Gifari, dan Bella pun saat ini tengah memakai peralatan lengkap untuk mencoba wahana arung jeram sembari pemandu memberikan instruksi untuk melakukan gerakan dan mendayung di atas perahu karet yang berwarna orange itu. Alan dan Alana terlihat sangat menikmati tantangan yang ada di sungai pesangan dengan arusnya yang deras. Selain itu mereka juga benar-benar terpukau dengan pemandangan berbeda-beda yang disuguhkan dari sekeliling sungai seperti persawahan dan kebun kopi. “Haaaa!!! Ada arus deraaass!!!” Teriak Alana panik akan tetapi dia tetap menikmatinya. “It’s okay, Al. Nanti kalo jatoh mah aman. Ada pelampung.” Teriak Bella bersemangat. “Kota Takengon keren banget, ya! Sun
Alan, Alana, Gifari, Bella serta beberapa teman Gifari memutuskan untuk barbeque-an di villa dari hasil tangkapan nelayan tadi. Ya, nelayan yang dilihat Alana di coffee shop. Saat mereka mendekat, Gifari pun meneriaki nelayan itu untuk membeli ikan-ikan yang mereka tangkap. Masih dengan suasana danau di malam hari dengan suhunya yang sangat dingin dua kali lipat dari sebelumnya. Gifari pun menghidupkan api unggun sembari Alan, Alana, dan Bella mempersiapkan makan malam. “It’s time for dinner, everyone!!!” Ucap Alana sembari menghidangkan makanan di sekeliling api unggun dengan tikar yang sudah di gelar disana. “By the way, yang ungu ini apaan, deh?” Tanya Alan penasaran saat Bella menghidangkan sejenis sambal akan tetapi warnanya berwarna ungu. “Oh itu… Kalo disini namanya ‘cecah terong anggur’. Bahannya dari terong belanda, dikasi sedikit cabe, garam, dan terasi. Habis itu di ulek deh. Nah makannya di bare
Beberapa minggu kemudian… Alan dan Alana tiba di Bandara Rembele (Aceh Tengah) pukul sembilan lewat beberapa menit. Suasana dingin yang disuguhkan oleh Kota itu membuat tubuh Alana menggigil. Bagaimana tidak, walaupun cuaca sangat cerah tetapi suhu yang ada di kota itu mencapai 13 derajat celcius. Alana terlihat sangat cantik memakai selendang yang dia pakaikan di kepalanya. Ya, kita semua tahu bahwa Aceh dijuluki dengan kota serambi mekkah, artinya masyarakat disana menganut budaya-budaya islam yang sangat kental seperti negara Arab. Sehingga pengunjung pun di wajibkan memakai selendang atau pun kerudung disana. “Alana… Jaket kamu kemana?” Tanya Alan yang tampak melihat Alana menggigil saat mereka tengah menunggu di tempat pengambilan bagasi. “Di koper, sayang. Berrrrr dingiiiinnnn!!!” Ucap Alana sembari memanyunkan bibirnya. “Haduhhh… Kenapa di taro disana? Aku kan udah kasi tahu kamu kalo kota ini dingin. Jadi harus pr