Suara live music yang sangat keras terdengar di salah satu coffee shop tempat Alana menghabiskan waktu bersama dengan Lily dan Tasya, sahabat Alana.
Alana tampak berdiri di dekat meja bar, seperti biasa, memesan caramel frappucino kesukaannya sembari mewarnai bibirnya dengan lipstick berwarna nude dan memasukkannya kembali ke dalam tas.
"Sorry." Tegur Alan yang berada di belakang Alana.
Alana pun menoleh ke belakang "Ya?" Tanya Alana menatap Alan sembari mengernyitkan dahi.
"Ini punya kamu, bukan?" Tanya Alan sembari menunjukkan sebuah lipstick kepada Alana "Tadi aku lihat kamu mau masukin ke tas tapi malah jatuh.” Sambungnya
"Oh ya ampun iya itu punya aku. Terima kasih, ya." Jawab Alana panik.
"It's Okay. Kayanya kita pernah ketemu, tapi dimana ya--" Alan tampak memejamkan matanya sesekali untuk mengingat kejadian dimana dia pernah bertemu dengan Alana.
"Oh ya? Mungkin itu perasaan kamu aja. A--" Perbincangan Alana dan Alan dipotong oleh barista coffee shop.
"Mbak, ini pesanannya. Silahkan." Alana pun mengambil nampan yang di atasnya berisikan caramel frappucino dan satu buah toast.
Alana menoleh ke belakang dan menatap mata Alan "Aku duluan, ya. Aku buru-buru." Ucap Alana dan langsung meninggalkan Alan.
"Aku buru-buru" Alan mengingat kata-kata itu ketika Alana menabrak Alan saat Alan berada di kantor Alana "Kayanya dia karyawan Pak Harsono yang pernah nabrak aku." Bisik Alan dalam hati sembari tersenyum kecil.
Setelah Alana pergi, Alan memesan espresso dan duduk dekat meja bar dengan ekspresi wajah yang sangat murung. Setengah jiwa Alan hilang dan direnggut begitu saja oleh masa lalu Fina, yaitu Reza. Dirinya tak lagi menikmati hidup yang selama ini dia rasakan bersama Fina.
Demi mengurangi kejenuhannya, Alan mengunduh aplikasi kencan online yang bernama ‘TinTan’ agar dia dapat melupakan Fina yang menghantuinya akhir-akhir ini.
Disisi lain, Alana menghampiri Tasya dan Lily yang sudah menunggunya selama dua puluh menit.
"Guys, Sorry gue telat." Ucap Alana dan duduk di samping Lily
"Hmm." Jawab Tasya saat dia tengah menggigit Burger-nya
"What happened? Lu abis nangis?" Tanya Lily heran saat menatap wajah Alana "Mata lu bengkak kaya digigit tawon." Ucap Lily terkekeh
"Gue di putusin Bagas." Jawab Alana singkat dan datar dengan tatapan kosong.
"Ha? Serius lo?" Tasya membelalakkan matanya kearah Alana.
"Hmm." Jawab Alana sembari mengaduk caramel frappucino.
"Kok bisa, sih?" Tanya Lily penasaran.
Alana pun mengangkat bahu seakan tidak mau mendengar nama laki-laki itu lagi "Gue gak mau bahas, please!"
"Ya udah... Intinya gak usah terlalu lu pusingin, Al. Gue maki Bagas, ya. Sialan tu orang main mutusin orang tanpa kejelasan apapun!" Ucap Tasya kesal yang sudah mengenal Bagas dengan dekat saat Bagas menjadi pacar Alana. Tasya merogoh saku kanan dan mengambil ponselnya untuk berbicara dengan Bagas.
Alana panik dan merebut ponsel Tasya "Jangan! Apaan, sih?" Jawab Alana keras sehingga membuat orang-orang yang duduk di dekat mereka menatap ke arah Alana.
"Lu sakit kita juga harus ikutan sakit. Kita sakit bareng!" Tegas Lily.
"Udah deh jangan lebay. Biarin aja. Kita harus elegan dan jangan norak. Pura-puranya gue oke aja sama hal ini. Classy dong kalo ditinggalin." Alana tersenyum lebar dan dia pun menggigit toast yang dia pegang di tangannya.
"Bener juga, sih. Ya udah lupain. Cowok mah masih banyak, di sekitar sini aja banyak. Yang ngobrol sama lu tadi juga oke." Ucap Lily menggoda sembari menepuk bahu Alana.
Alana mengerutkan dahi, mencoba mengingat kembali. Alana memang memiliki kebiasaan buruk yaitu ‘pelupa’. Bahkan dia dengan mudahnya lupa jika dia baru saja dia mengobrol dengan Alan.
Tasya menghela napas. Mencoba membantu Alana mengingat pria yang berbincang dengannya di dekat bar "Itu loh... Cowok yang duduk di bar itu. Kan tadi ngobrol sama lo pas lo lagi mesen." Ucap Tasya sembari menunjuk Alan yang tengah duduk sendiri di bar coffee shop.
"OH IYA GUA INGET!! Cowo yang duduk sendiri di meja bar itu?" Alana memastikan dan menunjuk Alan yang tengah menyeruput kopinya.
"Iyaaa." Ucap Tasya kesal dengan memutar kedua bola matanya.
"Dih ngapain. style-nya aja kayak gak keurus." Jawab Alana dengan nada sombong.
"Tapi dia kayak orang depresi deh. Sama kaya lu." Ucap Lily menyindir
"Apaan, sih. Kenal juga kaga. Oh iya, gue baru inget. Katanya dia pernah ketemu gue, tapi gue lupa." Alana pun mengingat perbincangannya bersama Alan saat tengah memesan tadi.
"Ya gak heran juga sih kalo lo lupa." Sindir Lily sinis.
"Hmm! By the way, Gue gabisa move on nih gimana dong?" Tanya Alana yang mengalihkan pembicaraan.
"Unduh
aplikasi kencan online, deh. Nama aplikasinya ‘TinTan’" Tasya memberikan saran."Hahaha buat apa?" Alana terkekeh dan mengolok Tasya.
"Ya biar lo bisa lupa sama Bagas."
"Seriously? Tapi serem gak, sih? Secara gue mana kenal seluk-beluk orangnya gimana." Ucap Alana memanyunkan bibirnya.
"Yaaa--- coba aja dulu, tapi jangan terlalu serius. Anggap aja untuk temen chat." Ucap Tasya santai.
"Hmm oke. We'll see" Jawab Alana dengan memberikan senyuman sinis.
***
Alana terbangun dari tidurnya. Belum sampai satu menit dia terbangun, Alana pun langsung meraih ponsel dan melihat pesan singkat yang dia ciptakan bersama Bagas selama ini. Biasanya, setiap kali Alana terbangun dari tidurnya Bagas sudah mewarnai hari-harinya dengan ucapan ‘Selamat pagi, Sayang. Have a nice day’ Namun kali ini yang di dapati oleh Alana hanyalah sebuah kenangan yang hanya bisa di lihatnya bersama Bagas dulu.
Alana bergegas menyiapkan sarapan sebelum berangkat kerja. Rasanya, hampa sekali melihat di sekeliling dapur yang hanya mengingatkannya pada sosok Bagas.
Biasanya, Bagas sering menginap di apartemen Alana. Saat pagi tiba, Alana dan Bagas selalu menyiapkan sarapan bersama sebelum Bagas berangkat kerja dan sebelum Alana berangkat kuliah.
Saat ini, Alana baru saja lulus dan mendapatkan gelar sarjananya sekitar satu bulan yang lalu. Setelah itu Alana mendapatkan pekerjaan dan bekerja di perusahaan yang dia tempati sekarang. Lebih tepatnya hari ini Alana sudah bekerja selama dua minggu.
Rasanya Alana ingin sekali menceritakan pengalaman-pengalaman kerjanya bersama Bagas. Dulu, Alana maupun Bagas selalu menceritakan masalah atau kejadian-kejadian yang mereka alami baik di tempat kuliah Alana maupun di tempat kerja Bagas.
Mendengar cerita Bagas yang sangat menyenangkan dalam menghadapi pekerjaan setiap harinya, Alana ingin sekali cepat menyelesaikan perkuliahan dan bekerja agar bisa merasakan lelahnya bekerja satu sama lain.
Sayangnya, Alana hanya bisa menceritakan pengalaman bekerjanya dalam waktu dua minggu saja kepada Bagas.
tok... tok... tok...
Suara ketukan pintu apartemen Alana terdengar dari luar dan menyadarkannya dari lamunan.
"Jangan-jangan Bagas." Ucap Alana dan langsung berlari kearah pintu.
Cklek!
"Eh elu ternyata. Kenapa?" Ucap Alana kepada Tasya yang sudah berdiri di depan pintu apartemen Alana dengan muka cemberut dan kedua tangannya dilipat di dada.
"Emang lu mikirnya siapa?" Tanya Tasya sembari mengangkat alis kirinya
"Gue kirain Bagas." Ujar Alana datar. Seketika raut wajahnya pun berubah menjadi murung kembali.
"Yailah cowok begitu masih aja di harepin. By the way, Gue numpang ke kantor bareng yaaa. Mobil gue mogok pas banget di depan apartemen
lu." Ujar Tasya dengan nada memohon.Alana menghela napas sembari memutar bola matanya "Ya udah masuk, gue beres-beres dulu baru kita pergi."
"Oke!" Tasya mengacungkan jempolnya "Ih baik deh." Sambung Tasya dengan penuh semangat dan mencubit pipi Alana.
***
Alana dan Tasya berjalan menuju basement parkiran untuk mengambil mobil "Lu yang nyetir, ya." Ucap Alana sembari melempar kunci ke arah Tasya. Dengan malas, Tasya pun akhirnya mengemudikan mobil Alana.
"Puter radio, Al." Ucap Tasya sembari mengemudi keluar dari basement parkiran.
Haloooo... morning guys... apa kabar kamu pagi ini, kalo pagi itu mesti GALAU (Gembira dengerin Lagu radio) bareng Dodi Arjuna. Kalo kamu lagi galau, Dodi Arjuna siap menjadi arjunanya kamu---
"Kebetulan nih temen gue bangun pagi langsung galau." Ujar Tasya mengolok.
Alana menoleh ke samping kanan dan memukul kepala Tasya "Dih apaan sih lu. Galau yang dia maksud beda kali. Puterin lagu dari hp gue aja deh." Alana mengganti siaran radio tersebut dengan menyambungkan bluetooth ponselnya "Oh iya, sebelum ke kantor temenin gue beli kopi ya." Sambung Alana
"Di kantor banyak banget, ya, Al." Ucap Tasya sembari merapikan poninya.
"Gue butuh kopi sekarang, mau minum di mobil. Ntar di kantor beli lagi. Gue gak bisa tidur dari tadi malam." Keluh Alana.
"Hadeh, iya sabar deh gua sama elu yang lagi galau. Oh iya, lu udah unduh
aplikasi TinTan yang gue kasi tau tadi malam?" Tanya Tasya sesekali menoleh ke Alana sembari menyetir."Belum." Jawab Alana yang sedang fokus memainkan ponselnya.
"Eh lagu ini cocok buat elu." Ucap Tasya bersemangat saat Lagu Don't Tell Me - Avril Lavigne seketika diputar di mobil
"Carpool Karaoke?" Tasya mengajak Alana untuk menyanyikan lirik lagu tersebut bersama-sama.
"Why not." Ucap Alana sembari mengedipkan matanya.
"Here we go!"
This guilt trip that you put me on won't mess me up, i've done no wrong
Any thoughts of you and me have gone away....Did you think that i was gonna give it up to you (This time)Did you think that it was something i was gonna do (And cry)Don't try to tell me what to doDon't try to tell me what to sayYou're better off that way***
Alana memejamkan mata sejenak, terlihat sekali wajahnya sangat lelah. Alana membuka matanya perlahan dan melihat Tasya sudah berdiri di hadapannya dengan menggelengkan kepala dan meletakkan kedua tangan di pinggangnya. Alana mengehela napas menatap Tasya "Ngapain lu berdiri berlaga kaya boss di depan gue?" Tanya Alana sinis.
"Habisnya lu belum nyampe sebulan kerja bukannya nunjukin sikap karyawan teladan malah tidur." Celetuk Tasya.
Alana mengangkat alisnya dan melipat kedua tangannya "Gue cuma merem, bukan tidur!"
"Whatever!" Ucap Tasya sembari memutar kedua bola matanya "Udah siang nih. Makan yuk."
"Lily gimana?" Tanya Alana.
"Ketemu di Middle Cafeteria aja katanya." Jawab Tasya meyakinkan.
Tasya dan Lily sudah menjadi sahabat Alana saat mereka bertiga menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi yang berada di Jakarta. Mereka berdua mencari pekerjaan bersama-sama hingga mereka diterima di perusahaan yang sama. Sementara Lily, dia bekerja di perusahaan berbeda namun tetap saja di gedung yang berdekatan dengan kantor Alana dan Tasya. Hal itu lah yang menyebabkan mereka bertiga selalu bertemu ketika jam kantor selesai maupun saat istirahat.
Sesampainya di middle cafeteria, Alana dan Tasya menunggu Lily dengan hidangan yang sudah berada di meja mereka. Cafeteria dengan suguhan outdoor dan tempat yang luas ini berada di lantai tengah antara tower A dan tower B, Cafeteria ini memang selalu menjadi tempat favorit setiap karyawan-karyawan yang bekerja di kedua gedung itu.
Middle cafeteria umumnya boleh digunakan oleh karyawan mana saja yang berasal dari perusahaan berbeda. Biasanya karyawan-karyawan dari tower A dan B kebanyakan memilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya disana. Selain karena suasananya yang menyuguhkan outdoor dan bisa menghilangkan penat sesaat, mereka juga bisa berbaur dengan karyawan-karyawan dari perusahaan lain.
Hal inilah yang menjadi alasan Alana, Tasya, dan Lily selalu memilih cafeteria itu. Alana dan Tasya bekerja di tower A sedangkan Lily bekerja di Tower B. Sehingga middle cafeteria menjadi lokasi yang tepat untuk mereka bertemu.
"Woi! Pada main hp mulu lo pada." Ucap Lily mengejutkan Tasya dan Alana yang tengah sibuk dengan ponselnya masing-masing "Pesenan gue yang mana nih?" Tanya Lily sembari menatap hidangan yang ada di meja.
"Tuh Ayam Bakar." Jawab Tasya.
Mereka pun akhirnya menyantap makan siang mereka sembari membahas aplikasi kencan online yang disarankan oleh Tasya kepada Alana.
"By the way, guys. Gue mau unduh
aplikasi TinTan, nih. Tapi ajarin gue cara mainnya, ya." Ucap Alana saat mengunyah nasi ayamnya.Tasya dan Lily pun akhirnya mengunduh aplikasi TinTan itu di ponsel Alana "Udah, nih. Mau nama asli atau nama samaran?" Tanya Tasya.
"Nama samaran dong." Alana berpikir sejenak "Hmm--- Aleeta aja, gimana?"
"Okeee." Jawab Tasya menyetujui.
"Oke. Caranya gini, Al. Lu tinggal swipe right kalo lu suka, swipe left kalo lu gak suka." Lily mengajarkan secara detail cara menggunakan aplikasi TinTan itu. Alana dan Lily terlihat tengah fokus dengan ponsel Alana dan Alana terlihat menganggukkan kepalanya setiap kali Lily menjelaskan.
"Oh I see." Ucap Alana
"Guys, ada yang lumayan nih walaupun fotonya silhouete. Tapi dari postur tubuhnya kayanya sih oke." Ucap Lily yang melihat foto pria di aplikasi TinTan
milik Alana dan menghiraukan makanan yang ada di mejanya."Yaudah swipe right aja." Ucap Alana yang tengah asik menyantap makanannya sedari tadi.
"Coba lihat?" Tasya pun mengambil ponsel Alana dari genggaman Lily.
"Wah!!! jaraknya cuma satu menit dari kita. Berarti dia disini, Al." Ucap Tasya penuh semangat.
Alana membelalakkan mata dengan makanan yang masih penuh di mulutnya saat mendengar jarak yang di maksudkan oleh Tasya "Waduh, jangan-jangan dia karyawan di kantor kita lagi?" Raut wajah Alana menjadi panik seketika.
"Gue mau hapus foto aja deh. MALU!!!" Ucap Alana.
"Ngapain? Foto lu kan silhouete juga." Ucap Lily mengingatkan.
You matched with Reza.
"Wah, dia udah swipe right lu duluan." Ucap Lily heboh dan bersemangat.
"Semoga aja dia bukan karyawan kantor kita." Jawab Alana dengan raut wajahnya yang masih panik itu.
Setelah Alana memainkan aplikasi TinTan, Alana lalu fokus pada Tasya dan Lily yang membahas permasalahan wanita seperti biasanya.
TinTan Notification
"Hei, Aku Reza. Senang bisa match sama kamu."
Layar ponsel Alana dengan cahaya yang terang menyebabkan Tasya dan Lily membaca pemberitahuan aplikasi TinTan itu.
"Wahhh!!! Lo di chat sama Reza yang fotonya silhouete tadi tuh." Ucap Lily tersenyum kecil kepada Alana.
"Ya udah lu bales gih, Al. Tapi inget, jangan sampe serius, ya. Kita gak tau latar belakangnya kaya gimana." Jelas Tasya dan Alana hanya terkekeh melihat Tasya yang memiliki sifat cuek namun menjadi posesif dalam sekejap.
"Santuy." Ucap Alana dengan mengedipkan matanya.
"Aku Aleeta. Terima kasih dan senang juga bisa match dengan kamu."
"Tujuan kamu main aplikasi ini apa, Al?" -Reza
"Pengen nambah temen dan hilangin rasa suntuk aja, nih. Kamu?"
"Sama. Aku juga." -Reza
Awal perbincangan antara Alana dan Reza memang terlihat masih dibaluti dengan basa-basi seperti orang-orang pada umumnya. Hal itu terlihat dari perbincangan mereka yang tampaknya belum mengupas seluk beluk kepribadian satu sama lain. Hal itu pula yang membuat Alana belum bisa melupakan masa lalunya. Namun, setelah dua minggu Alana dan Reza berbincang melalui aplikasi TinTan, entah mengapa Alana bisa dengan mudahnya merasakan kenyamanan terhadap Reza. Kenyamanan yang di berikan oleh Reza tampak terlihat dari ekspresi Alana yang terkadang senyum-senyum sendiri saat menerima pesan dari Reza. Alana pun seringkali tertangkap basah menunggu balasan pesan dari pria asing itu. Dua minggu merasakan kenyamanan dengan Reza sepertinya mampu membuat Alana melupakan Bagas. Namun rasanya sangat konyol jika Alana benar-benar sudah nyaman. Masalahnya, mereka berdua belum pernah bertemu. Bagaimana mungkin Alana bisa merasakan kenyamanan dengan orang asing begitu mudah?
Alana memarkirkan mobilnya di depan salah satucoffee shopyang berada di Jakarta Pusat,tempat bertemuyang di janjikannya bersama Reza. Alana mematikan mesin mobilnya dan melamun sejenak, memikirkan apakah dia harus bertemu dengan Reza atau kembali pulang ke apartemennya. Alana sangat bingung sampai menundukkan kepalanya di kemudi mobil sembari memejamkan mata. (WazzApp Notification) PemberitahuanWazzAppmengejutkan Alana dan dia pun membuka layar ponselnya. "Aku udah sampe, Al. Kamu dimana?" -Reza "Shit!"Ucap Alana dengan memegang kepalanya. Walaupun Alana berniat untuk membatalkan pertemuannya dengan Reza, Alana tetap tidak tega harus meninggalkan Reza begitu saja. Apalagi Alana paling tidak suka dengan orang yang membatalkan janji. "Aku di parkiran. Bentar, ya." -Alana Alana pun bergegas menghampiri Reza. Apa pun ya
Alana sedari tadi masih tenggelam dengan percakapan yang terjadi dicoffee shop beberapa hari yang lalu bersama Alan. "Woi, melamun mulu. Kenapa lu?" Tasya mengejutkan Alana yang tengah melamun dan tidak menyentuh makanannya sedikit pun. "Gue kayaknya udah ngerusak pertemuan gue yang kedua kalinya dengan Alan deh." Ucap Alana murung. "Hahaha kenapa lagi lu? Salah kostum?" Lily terkekeh. "Nggak." Alana menceritakan perbincangan yang dia lakukan bersama Alan kepada teman-temannya dan pembahasan konyol yang membuat Alan menunjukkan ekspresi terkejut saat mendengar pertanyaan Alana. "Lu kenapa sih? Kemaren pertama kali ketemu lo kusut banget. Terus yang kedua kalinya malah ngebahas zodiak. Hey sayang, cowo itu kebanyakan gak suka sama hal yang berbau zodiak. Eh malah lu bahas." Ucap Lily kesal. "Iya gue tau. Gue tuh kehabisan pembahasan. Gue bingung mau nanya apa, jadi yaudah gue bahas zodiak aja. Soalnya tuh gue pernah deket
Menjelang dua bulan, Alana dan Alan sudah mulai membuka diri satu sama lain walaupun masing-masing dari mereka belum ada yang mengungkapkan akan membawa hubungan mereka ke arah yang lebih serius. Disisi lain, Alana masih memahami Alan yang masih mencintai masa lalunya. Akan tetapi Alana membayangkan suatu hari nanti Alan pasti akan melupakan masa lalunya sama seperti Alana yang sudah melupakan Bagas semenjak bertemu dengan Alan. "Al, aku mau kita tinggal bareng." Ucap Alan spontan yang saat ini tengah menghampiri Alana di ruang kerjanya. Alana yang tengah sibuk mengerjakan pekerjaannya terkejut melihat Alan yang sudah berada di hadapannya. Baru kali ini Alan nekat menghampiri Alana sampai ke ruang kerjanya. "Kamu bercanda? Kita gak ada ikatan, Alan." Alana berbisik agar tak terdengar oleh karyawan-karyawan yang sedang bekerja di ruangan yang sama dengannya. "Kita harus dekat dulu, Al." Alan menatap Alana sangat dalam dan menggengga
"Alan,showerkita kok gak nyala?" Teriak Alana yang tengah berada di kamar mandi. Alan pun terlihat menghampiri dan mendekat ke pintu kamar mandi "Tadi aku mandi masih bisa, Al. Coba buka dulu pintunya biar aku lihat." Alana pun bergegas memakai handuknya dan membuka pintu kamar mandi. Sedangkan Alan tampak langsung memperbaikishowerdenganAlana yang berdiri di sampingnya. "Udah bisa nih." Ucap Alan sembari mendongakkan wajahnya ke Alana. "Dih aneh! Masa aku tadi pencet itu gak bisa." Alana mengomel kecil dengan ekspresi wajah yang kesal. "Yaudah kamu lanjut lagi mandinya. Ntar lama-lama aku disini handuk kamu aku buka paksa." Bisik Alan di telinga Alana dengan menggoda. "Eh i-i-iyaaa. Yaudah kamu keluar." Ucap Alana panik sembari mendorong Alan keluar dari kamar mandi. Setelah Alana selesai mandi, tubuhnya merasa lelah karena sudah beraktivitas seharian. Alana pun memutuskan untuk
Alana dan Alan tampak tengah menikmati waktu mereka berdua dengan memasak bersama.Ketika Alana tengah memotong sayur-sayuran, Alan pun memeluk Alana dari belakang "Nih pake tepung dulu biar makin cantik Mbak-nya." Alan mengusap wajah Alana dengan tangannya yang menggenggam tepung. "Kayak gini ya ternyata kelakuanmanagerPT. Industri Jaya?" Alana mengucapkannya dengan sangat kesal "Hahaha, ih gak profesional ih bawa-bawa profesi." Ucap Alan dengan tertawa geli. Alana memberikan senyuman yang terlihat menyimpan dendam kepada Alan "Ya udah kamu duduk aja gih. Jangan ngeganggu." "Yee marah." Ucap Alan terkekeh lalu berjalan menuju meja makan, Alana tiba-tiba mengikutinya dari belakang dengan menggenggam tepung di tangannya. Karena Alana hanya setinggi dada Alan, Alana harus menjinjit untuk mengusap tepung di wajah Alan. Namun, Alana ketahuan dan Alan menggendong tubuh Alana kemudian meletakkan tubuhnya di atas meja makan
Alana memegang pelipisnya yang sedari tadi sangat lelah mengerjakan pekerjaan di kantor yang tak kunjung usai. Sesekali, di liriknya ponsel, menantikan pesan dari Alan yang tengah berada di apartemen karena tidak enak badan. Rasa khawatirnya kepada Alan melebihi rasa khawatirnya kepada dirinya sendiri. Terkadang dia berselisih paham dengan pikirannya yang mengharuskannya untuk memikirkan dirinya terlebih dahulu daripada Alan. Namun dia tetap saja bisa mengalahkan pikirannya itu dan bergegas kembali ke apartemen dengan membawa seluruh pekerjaannya untuk di kerjakan di rumah. tok... tok... tok... Alan membuka pintu dengan wajahnya yang terlihat pucat "Al, ini baru jam dua siang, kamu kenapa cepet banget balik dari kantor?" Alan terkejut melihat Alana di depan pintu yang membawa beberapa berkas danpaper bag. "Kamu gapapa? Udah makan? Udah minum obat?" Alana tak menjawab pertanyaan Alan dan malah berbalik menanyakan
Alan pulang berbondong-bondong membawa beberapagroceriesyang sudah penuh di kedua tangannya. Alana langsung menghampiri Alan dan mengambilgroceriestersebut dari tangan pria itu. Wajah Alan terlihat begitu lelah. Alana dengan sikap keibuannya langsung mengambil air mineral dan memberikannya kepada Alan. Saat Alan dan Alana sedang duduk di sofa bersama, Alana memutuskan untuk mengatakan kepada Alan bahwa dia ingin menjalani hubungan yang serius bersamanya. "Alan, aku mau ngomong sesuatu sama kamu." Ucap Alana dengan menatap Alan yang berada di samping kirinya. "Iyaaa Al. ngomong aja." Jawab Alan sembari tersenyum. "Hmm--" Alana sepertinya tampak ragu mengutarakan kalimat yang akan dia katakan "Kita kan udah tinggal diapartmentbareng selama satu bulan ini. Sementara kita masih belum ada hubungan apa-apa. Di samping itu, kita malah udah berhubungan terlalu jauh." Alana menghela n
Enam tahun kemudian..."Aileen... Banguuuun." Alana membangunkan Aileen, anak pertamanya, dengan memakai daster dan roll di rambutnya.Alana kemudian bergegas menghampiri Alan yang masih tertidur pulas di kamar "Sayang, bangun.""Sebentar sayang." Ucap Alan dengan matanya yang masih tertutup. Alan pun seketika meraih Alana dan menenggelamkannya di tubuhnya yang kekar."Iiihh jangan di peluk. Nanti rambut aku rusak." Ucap Alana kesal."Oh gitu?" Tatap Alan sinis"Ng-gak." Alana tahu sekali jika dia mengomentari Alan, Alan akan membuatnya tambah kesal"Tadi ngomong apa sayang? Ngomong apa?""Ih jangan kaya gitu. Rambut aku udah di catok." Ucap Alana murung dan memanyunkan bibirnyaAlan meraih bibir bawahnya dan melumatkannya dengan pelan "Udah jangan cemberut." Alan pun mengacak rambut Alana dan membuat rambutnya menjadi berantakan"Maaasssss!! Kan aku udah bilang jangan di rusakin rambutnya." Ucapnya
Dua pasangan yang awalnya berbagi luka pada akhirnya bersatu kembali. Alana tak pernah menyangka pertemuannya dengan Alan di aplikasi kencanonlinewaktu itu ternyata malah membawa mereka sampai ke jenjang pernikahan. Apa pun yang di lakukan Alana, tak peduli dia merubah penampilannya, pendidikan dan bahkan kehidupannya sekali pun. Kenangan yang dia ciptakan bersama Alan selalu menemaninya kemana pun dia pergi. Begitu juga dengan Alan. Tak peduli dua tahun Alana meninggalkannya dan pernah membencinya, dia tak akan pernah menyerah memperjuangkan cintanya bersama Alana, wanita yang dia butuhkan. Hari ini, mereka sedang menikmati momenhoneymoondi Bali. Ya, keluarga Alan dan Alana sudah mempersiapkanhoneymoonsejak mereka menggelarkan acara pernikahan. Orangtua mereka memesanprivate villadi daerah Badung dengan fasilitas yang sangat mewah. Masing-masingprivate villa&nb
Aldo terlihat menghampiri Alana di dapur saat Alana tengah sibuknya memotong beberapa sayur-sayuran seorang diri. “Cieee… Ada yang mau honeymoon nih bentar lagi.” Ucap Aldo kepada Alana memberikan candaan sembari mengambil satu buah apel yang berada di hadapan adiknya itu. “Iya dong! Iri ya?” Sindir Alana saat dia tengah asik memotong sayur-sayuran. “SORRY! NO TIME FOR LOVE!” Ucap Aldo sombong “Ouchh!!!” “Mas Aldo… Aku mau nanya deh. Boleh?” “Hahahahahaha. Baru juga nikah udah berubah aja nih adek gue. Ya kalo mau nanya mah nanya aja. Biasanya juga kamu gak minta izin dulu.” Ucap Aldo keheranan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. “I-i-iya, sih.” Ucap Alana kikuk “Aku mau nanya hubungan Mas Aldo sama Mbak Paula sih.” Jawab Alana sembari menggigit bibir bawahnya. Seakan merasa tidak enak bertanya akan hal ini. “Hmm--- Aku cuma bingung aja. Kalian kan pacaran udah lama banget, Mas. Bahkan se
Acara pernikahan di gelar di salah satu hotel yang berada di Jakarta. Alana memakai gaun berwarna cream dan Alan pun memakai Jas dan celana dengan warna yang sesuai dengan dress Alana.Pernikahan yang digelar oleh Alan dan Alana benar-benar terlihat mewah.Semua sudut ruangan di beri dekorasi yang benar-benar memadu padankan barang-barang mewah namun terkesan elegan.Semua rekan kerja Alan maupun Alana tampak menghadiri acara pernikahan mereka seperti Ezra, Farhan, Lita dan Sanjaya."Alanaaaa!!" Teriak Tasya yang ikut menghadiri pernikahan Alan dan Alana dengan seorang bayi yang sedang berada digendongannya dan juga suami Tasya yang berada di sampingnya."Hei, Sya. Thanks ya udah dateng." Ucap Alana sembari memeluk Tasya"Tasya, Alana." Lily pun terlihat menghampiri mereka di tempat pelaminan."Wah darimana aja lo? Suami lo mana?" Tanya Tasya ke Lily"Suami gue gak bisa dateng, dia keluar negeri urusin bis
Satu bulan kemudian… Beberapa minggu lagi Alan dan Alana akan sah menjadi sepasang suami istri dimata hukum, negara, dan agama. Ya, Farhan sudah memberikan tahu pihak keluarga Alan dan Alana bahwa Alan sudah mulai bisa menghadapi kejadian trauma dan mengontrol pikiran-pikirannya ketika kejadian trauma itu kembali lagi dalam kehidupannya. Artinya pria itu sudah dinyatakan pulih oleh Farhan. Dengan hasilnya yang dinyatakan pulih, Alan pun bergegas untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Alana seperti yang sudah di janjikan sebelumnya. Saat ini pun mereka tengah sibuk mempersiapkan acara pernikahan dimulai dari design baju pengantin, diskusi bersama wedding organizer, bimbingan pranikah bersama Farhan, serta foto pre-wedding untuk mengabadikan momen indah Alan dan Alana. “Alan… Kalau dress model ini bagus, gak?” Tanya Alana yang tengah memakai gaun berwarna cream untuk pesta pernikahannya. Ya, saat ini
Tok… tok… tok… Alana terbangun saat mendengar pintu apartemennya diketuk dari luar. Seketika dia pun berjalan dengan melas untuk membuka pintu dengan matanya yang masih menyipit. Cklek! Seketika Alana melihat bouquet bunga bertuliskan ‘Selamat datang di Jakarta, calon istriku yang cantik’ di depan pintu dengan Alan yang memegangnya. “Loh… udah kelar meeting-nya?” Tanya Alana dengan masih menyipitkan mata, kemudian dia pun kembali masuk ke dalam apartemen di ikuti oleh Alan dari belakang. “Sayang, ini udah jam tujuh malam.” “Ha? Serius?” Seketika Alana menoleh dan membelalakkan matanya kepada Alan. Alan pun hanya mengangguk sembari meletakkan bouqet bunga-nya di atas meja. “Wah tadi nyampe jam setengah dua siang langsung tidur gak bangun-bangun sampe sekarang.” Gumam Alana yang tengah membaringkan dirinya di atas sofa. Seketika Alana pun terduduk dan memegang perutnya “Sayang aku belu
Setelah Alan dan Alana menikmati sarapannya di atas perahu sampan sembari memandangi indahnya pemandangan Danau Laut Tawar, mereka pun diajak oleh Gifari dan Bella untuk mencoba wisata Arung Jeram yang letaknya berada di Jembatan Lukup Badak. Alan, Alana, Gifari, dan Bella pun saat ini tengah memakai peralatan lengkap untuk mencoba wahana arung jeram sembari pemandu memberikan instruksi untuk melakukan gerakan dan mendayung di atas perahu karet yang berwarna orange itu. Alan dan Alana terlihat sangat menikmati tantangan yang ada di sungai pesangan dengan arusnya yang deras. Selain itu mereka juga benar-benar terpukau dengan pemandangan berbeda-beda yang disuguhkan dari sekeliling sungai seperti persawahan dan kebun kopi. “Haaaa!!! Ada arus deraaass!!!” Teriak Alana panik akan tetapi dia tetap menikmatinya. “It’s okay, Al. Nanti kalo jatoh mah aman. Ada pelampung.” Teriak Bella bersemangat. “Kota Takengon keren banget, ya! Sun
Alan, Alana, Gifari, Bella serta beberapa teman Gifari memutuskan untuk barbeque-an di villa dari hasil tangkapan nelayan tadi. Ya, nelayan yang dilihat Alana di coffee shop. Saat mereka mendekat, Gifari pun meneriaki nelayan itu untuk membeli ikan-ikan yang mereka tangkap. Masih dengan suasana danau di malam hari dengan suhunya yang sangat dingin dua kali lipat dari sebelumnya. Gifari pun menghidupkan api unggun sembari Alan, Alana, dan Bella mempersiapkan makan malam. “It’s time for dinner, everyone!!!” Ucap Alana sembari menghidangkan makanan di sekeliling api unggun dengan tikar yang sudah di gelar disana. “By the way, yang ungu ini apaan, deh?” Tanya Alan penasaran saat Bella menghidangkan sejenis sambal akan tetapi warnanya berwarna ungu. “Oh itu… Kalo disini namanya ‘cecah terong anggur’. Bahannya dari terong belanda, dikasi sedikit cabe, garam, dan terasi. Habis itu di ulek deh. Nah makannya di bare
Beberapa minggu kemudian… Alan dan Alana tiba di Bandara Rembele (Aceh Tengah) pukul sembilan lewat beberapa menit. Suasana dingin yang disuguhkan oleh Kota itu membuat tubuh Alana menggigil. Bagaimana tidak, walaupun cuaca sangat cerah tetapi suhu yang ada di kota itu mencapai 13 derajat celcius. Alana terlihat sangat cantik memakai selendang yang dia pakaikan di kepalanya. Ya, kita semua tahu bahwa Aceh dijuluki dengan kota serambi mekkah, artinya masyarakat disana menganut budaya-budaya islam yang sangat kental seperti negara Arab. Sehingga pengunjung pun di wajibkan memakai selendang atau pun kerudung disana. “Alana… Jaket kamu kemana?” Tanya Alan yang tampak melihat Alana menggigil saat mereka tengah menunggu di tempat pengambilan bagasi. “Di koper, sayang. Berrrrr dingiiiinnnn!!!” Ucap Alana sembari memanyunkan bibirnya. “Haduhhh… Kenapa di taro disana? Aku kan udah kasi tahu kamu kalo kota ini dingin. Jadi harus pr