Home / Romansa / How Could We Go Wrong? / Chapter 7 - Cooking!

Share

Chapter 7 - Cooking!

Author: Putri Wahyuni
last update Last Updated: 2021-09-20 15:52:03

Alana dan Alan tampak tengah menikmati waktu mereka berdua dengan memasak bersama. Ketika Alana tengah memotong sayur-sayuran, Alan pun memeluk Alana dari belakang "Nih pake tepung dulu biar makin cantik Mbak-nya." Alan mengusap wajah Alana dengan tangannya yang menggenggam tepung.

"Kayak gini ya ternyata kelakuan manager PT. Industri Jaya?" Alana mengucapkannya dengan sangat kesal

"Hahaha, ih gak profesional ih bawa-bawa profesi." Ucap Alan dengan tertawa geli.

Alana memberikan senyuman yang terlihat menyimpan dendam kepada Alan "Ya udah kamu duduk aja gih. Jangan ngeganggu."

"Yee marah." Ucap Alan terkekeh lalu berjalan menuju meja makan, Alana tiba-tiba mengikutinya dari belakang dengan menggenggam tepung di tangannya.

Karena Alana hanya setinggi dada Alan, Alana harus menjinjit untuk mengusap tepung di wajah Alan. Namun, Alana ketahuan dan Alan menggendong tubuh Alana kemudian meletakkan tubuhnya di atas meja makan "Kamu mau ngapain?" Tanya Alan sembari mengangkat alisnya.

"Mau ambil minum. Awas ih aku mau turun!!"

"Itu di tangan kamu apa?" Alan menunjuk ke kedua tangan Alana dan memberikan senyuman yang licik kepada Alana

"Ga ada apa-apa." Jawab Alana kikuk.

"Yakin?" Tanya Alan sembari menangkup pipi Alana

"Yakin. Udah ih aku mau ambil minum." Alana menolehkan wajahnya dari hadapan Alan

Alan pun membawa wajah Alana kembali menatapnya "Aku tau loh di tangan kamu itu tepung. Kamu mau balas dendam?"

Saat Alan lengah dan fokus menatap dan menangkup wajah Alana, Alana langsung memberikan tepung ke wajah Alan "Ya udah nih tepungnya." Alana bergegas berlari namun di tahan oleh tubuh Alan.

"Mau lari kemana, Al?" Ucap Alan yang masih menahan tubuh Alana, dia pun tiba-tiba mengecup bibir Alana sampai mereka terlihat keasyikan bercumbu.

tik... tok... tik... tok...

Saat mereka tengah asik bercumbu, seketika tercium bau gosong dari arah dapur mereka berdua dan sontak Alana melepaskan bibirnya dari kecupan Alan "Alan, masakan kita gosong?" Alana membelalakkan mata kehadapan Alan dan mereka berdua pun bergegas menuju ke dapur.

"Yaahhh. Gosong!! Gimana dong." Alana sangat kecewa karena dia sudah sangat lelah memasak masakan kesukaan Alan.

"Yaudah kita masak lagi." Alan menjawab dengan gampang.

"Iya gapapa sih masak lagi. Bahan-bahannya kita beli dulu karna udah abis, terus sekarang udah jam setengah dua belas. Kalo masak lagi yang ada kita makan jam tiga sore." Ucap Alana kesal

"Jangan marah, Al."

"Aku gak marah, kok. Cuma kesel aja."

"Hmm, kita pesen makanan aja, yuk. Aku pesenin. Kamu mau apa?"

"Terus gak jadi masak dong?" Alana memberikan ekspresi wajah murung kepada Alan

"Besok kita masak lagi, ya. Kan besok minggu."

"Hmm ya udah deh."

***

Sembari menunggu makanan yang di pesan oleh Alan. Mereka terlihat tengah menonton serial tv favorit mereka berdua "Alan, Kapan-kapan kalo weekend kita liburan keluar kota, yuk. Bandung atau Yogyakarta"

"Hmm. Oke sih. Nanti yaaa." Ucap Alan sembari mengacak-acak rambut Alana.

"Kapan?" Tanya Alana menuntut seperti anak kecil

"Kalo kerjaan aku udah free. Bulan ini aku masih banyak banget kerjaan, Al. Kita pasti bakal liburan, kok." Jawab Alan sembari memberikan kecupan kecil di kening Alana.

"Oke deh." Alana memberikan senyuman.

"Soon, kita akan ke Yogyakarta bareng." Alan memastikan dan menggenggam tangan Alana

"Kenapa Yogyakarta?" 

"Karna tadi kamu nyebut Yogyakarta. Aku juga udah kangen sama Jogja, terakhir aku di Jogja pas ada project tahun yang lalu."

"Oh iya kamu kan pernah tinggal hampir satu tahun disana karna megang project perusahaan. Aku baru inget." Jawab Alana sembari menganggukkan kepalanya.

"Sabar dulu, ya. Semoga kerjaan dan meeting aku kelar bulan ini." Jawab Alan dan Alana hanya mengangguk.

"Kamu udah pernah ke Jogja?" 

"Udah sih sekali doang." Ucap Alana santai

"Kemana aja kamu selama di Jogja?"

"Ke Candi Borobudur sama ke Alun-Alun Jogja."

"Itu doang?" Tanya Alan terkejut

"Iya. Emang kenapa?" Jawab Alana heran.

"Kamu ke Jogja liburan atau study tour?" Tanya Alan mengolok dan tertawa terbahak-bahak

"Ngeledek lagi, ya, Pak? Iya-iya yang pernah tinggal di Jogja. Ledekin aja terus."

"Hahaha. uuuu jangan ngambek. Sini sini aku peluk." Alan memeluk Alana dan menenggelamkan wajahnya ke dada Alan "Jogja itu kota yang indah dan asri banget. Ntar pas kita ke Jogja aku bakal ajak kamu keliling Jogja sepuasnya." Sambung Alan. 

Tiba-tiba ponsel Alan pun berbunyi "Al, makanannya udah sampe, aku ambil dulu, ya."

***

Kringgg… Kring…

Alan membuka matanya perlahan saat mendengar alarm-nya berbunyi. Seketika dia pun meraih ponselnya yang berada di atas meja dan mematikan bunyi alarm itu. Sebelum beranjak bangun, Alan menatap Alana yang masih tertidur pulas. Alan bergegas duduk dan mencium dahi alana sebelum berjalan ke kamar mandi tanpa dibaluti pakaian. Ya, Mereka baru saja berbagi malam yang penuh gairah bersama. Selama dua minggu Alan dan Alana memutuskan untuk tinggal bersama, Alan pada akhirnya sudah bisa memiliki tubuh Alana sepenuhnya.

Alan menghidupkan shower-nya karena dia harus pergi ke kantor lebih awal. Sementara Alana terbangun saat mendengar suara shower dari kamar mandi. Ya, Alan memang tidak pernah menutup pintu kamar mandinya saat sedang mandi. Alana bergegas bangun dan menyusuli Alan ke kamar mandi tanpa dibaluti pakaian.

“Dasar Alan curang! Udah bangun tapi gak ngasi tau.” Ucap Alana kesal saat Alan tengah mengguyur dirinya dengan shower.

Alan tertawa kecil melihat Alana kesal seperti itu “Maaf, Alana. Aku harus pergi ke kantor lebih cepat hari ini. Sementara kamu masih keliatan nyenyak banget tidurnya.” Jelas Alan kemudian dia pun menarik tangan Alana kedalam pelukannya “Ya udah kita mandi bareng. Jangan ngambek.” Sambung Alan. Mereka pun akhirnya mengguyurkan diri mereka bersama-sama dibawah shower.

Setelah mereka selesai mandi, Alan mengganti bajunya dengan kemeja biru dongker dan celana berwarna cream. Sementara Alana memakai dress berwarna hitam yang panjangnya hanya selutut. Kemudian Alana pun memakai blazer berwarna coklat susu agar lebih terlihat formal.

"Kita pergi kerja bareng, kan?" Alan bertanya pada Alana.

"Sure!" Jawab Alana menyetujui sembari memakai high heels-nya

Okay. First thing first, kita breakfast dulu, ya. Aku laper.” Ucap Alan sembari memanyunkan bibirnya.

“Iya. Aku juga, nih. Tapi kita breakfast di mobil ya kaya biasa.” Pinta Alana dan Alan pun mengangguk.

Beberapa hari ini Alan dan Alana sudah terbiasa pergi ke kantor bersama saat Alan harus menghadiri meeting mingguan di kantor Alana. Bahkan mereka pun selalu menghabiskan waktu untuk sarapan bersama di mobil sebelum mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing di kantor.

Kali ini Alana terlihat sudah sangat candu kepada Alan. Ya, Sepanjang malam Alana selalu menunggu dan menginginkan Alan untuk memeluknya dengan lengannya yang kuat saat Alan masih belum tiba di apartemen. Sementara Alan diam-diam sudah sangat terbiasa melakukan rutinitas itu kepada Alana.

Alana benar-benar jatuh cinta dengan Alan. Pria itu sudah merebut hati Alana. Setiap kali Alana berada di samping Alan, detak jantungnya tak beraturan. Saat Alan menjauh, Alana merasa ada yang hampa dengan hidupnya.

Related chapters

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 8 - Ludo dan Catur

    Alana memegang pelipisnya yang sedari tadi sangat lelah mengerjakan pekerjaan di kantor yang tak kunjung usai. Sesekali, di liriknya ponsel, menantikan pesan dari Alan yang tengah berada di apartemen karena tidak enak badan. Rasa khawatirnya kepada Alan melebihi rasa khawatirnya kepada dirinya sendiri. Terkadang dia berselisih paham dengan pikirannya yang mengharuskannya untuk memikirkan dirinya terlebih dahulu daripada Alan. Namun dia tetap saja bisa mengalahkan pikirannya itu dan bergegas kembali ke apartemen dengan membawa seluruh pekerjaannya untuk di kerjakan di rumah. tok... tok... tok... Alan membuka pintu dengan wajahnya yang terlihat pucat "Al, ini baru jam dua siang, kamu kenapa cepet banget balik dari kantor?" Alan terkejut melihat Alana di depan pintu yang membawa beberapa berkas danpaper bag. "Kamu gapapa? Udah makan? Udah minum obat?" Alana tak menjawab pertanyaan Alan dan malah berbalik menanyakan

    Last Updated : 2021-09-21
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 9 - Hormon Cinta

    Alan pulang berbondong-bondong membawa beberapagroceriesyang sudah penuh di kedua tangannya. Alana langsung menghampiri Alan dan mengambilgroceriestersebut dari tangan pria itu. Wajah Alan terlihat begitu lelah. Alana dengan sikap keibuannya langsung mengambil air mineral dan memberikannya kepada Alan. Saat Alan dan Alana sedang duduk di sofa bersama, Alana memutuskan untuk mengatakan kepada Alan bahwa dia ingin menjalani hubungan yang serius bersamanya. "Alan, aku mau ngomong sesuatu sama kamu." Ucap Alana dengan menatap Alan yang berada di samping kirinya. "Iyaaa Al. ngomong aja." Jawab Alan sembari tersenyum. "Hmm--" Alana sepertinya tampak ragu mengutarakan kalimat yang akan dia katakan "Kita kan udah tinggal diapartmentbareng selama satu bulan ini. Sementara kita masih belum ada hubungan apa-apa. Di samping itu, kita malah udah berhubungan terlalu jauh." Alana menghela n

    Last Updated : 2021-09-22
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 10 - Amnesia

    Saat Alana mencoba melupakan Alan, dirinya selalu dihantui dengan bayang-bayang Alan.Amigdalanya pun selalu mencoba mengingatkan setiap kenangan yang telah dia lakukan bersama pria itu. Setelah kejadian itu, Alana memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan melanjutkan S2 di New York. Alana sadar bahwa dia tidak bisa terus-terusan hidup dengan menyalahkan diri sendiri dan merendahkan dirinya. Selama beberapa minggu ini Alana memang hidup dengan diselimuti kesedihan dan kesalahan yang sangat besar. Dia seakan tidak percaya diri dengan dirinya, merasa rendah, dan juga merasa tidak pantas untuk dimiliki siapa pun setelah mendengarkan perkataan Alan dan persepsi Alan selama ini terhadap dirinya. Bukan hanya perkataan Alan, perkataan Bagas pun seketika muncul di benaknya. Perkataan yang membuat Bagas pergi meninggalkannya. Untuk saat ini, Alana sepertinya sudah cukup untuk mengasihani dirinya sendiri. Dia harus berubah dan melupakan masa la

    Last Updated : 2021-09-23
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 11 - Penyesalan

    Alana tak pernah menyangka perkataan Alan yang di lontarkan kepadanya akan sampai membawa takdirnya menuju New York. Mungkin ekspektasi untuk sekedar menjadi pasangan di hidup Alan adalah ekspektasi yang sangat tinggi sehingga tak mampu untuk menggapainya. Alana berharap, keputusannya itu adalah keputusan yang terbaik yang di ambilnya sekaligus bisa melupakan Alan dengan mudah. Alana pun tiba di New York City, orang-orang mengenal kota ini dengan kota terpadat di dunia yang terletak di Pantai Timur Amerika atau East Coast. Memiliki julukan kota ‘mewah’ dengan ‘The Manhattan’-nya. Saat tiba di Bandara, Alana bergegas menghampiri Paula, kekasih kakaknya, yang sudah menyiapkan apartemen untuk Alana tinggal di New York. Alana memang wanita mandiri, sehingga orangtua dan kakaknya tak terlalu khawatir membiarkan Alana mengurus segala sesuatunya sendirian. "Alana?" Seorang wanita menghampiri Alana yang tampak sedang menunggu taksi.

    Last Updated : 2021-09-24
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 12 - Berubah!

    Dua Tahun kemudian... Alana kembali ke Indonesia dengan menyandang gelarExecutive Coaching and Organizational Consultingdan juga menjadi wanita berpengaruh sekaligus terhadap wanita-wanita di Indonesia untuk mewujudkan mimpi. Hal ini di lakukannya untuk membuktikan kepada Bagas bahwa dia bukan wanita yang tidak memiliki perkembangan. Dia juga membuktikan kepada Alan bahwa dia bukan wanita murahan polos yang bisa di permainkan hanya untuk pelampiasan saja. Tekadnya yang ingin menjadi wanita terpandang dan tidak direndahkan akhirnya tercapai dengan hasil kerja kerasnya. Ya, Alana saat ini bekerja di perusahaan Ezra yang memang sudah di janjikan ketika Ezra sering berkunjung ke New York dulu. Selain itu, dikarenakan menjadi wanita berpengaruh, Alana pun terikat kontrak menjadi influencer/pemberi pengaruhdi salah satu agensiternama di Indonesia. Tak jarang, Alana seringkali mengikutiphotoshoot

    Last Updated : 2021-09-25
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 13 - Pura Pura Kuat

    Alana akhirnya kembali ke ruangmeetingbersama Ezra. Seketika Alan terkejut melihat Alana yang tiba-tiba sudah datang bersama Ezra dengan matanya yang sedikit sembab. "Ada yang ketinggalan?" Tanya Alan kepada Alana dengan lembut. "Nggak, Pak. Saya gak jadi ke kantor. Tadi manager saya tiba-tiba membatalkan photoshoot-nya." Ucap Alana datar dan Alan hanya membalas dengan senyuman. Alan pun menjelaskan kerjasama yang akan mereka lakukan selama satu bulan ke depan. Sementara Alana menunjukkan sikap profesional dan mendengarkan penjelasan kerjasama yang dilakukan oleh Alan. Setelah selesai menjelaskan kerja sama yang akan dilakukan, Sanjaya memanggil Ezra dari pintu ruangmeeting. "Al, aku keluar sebentar, ya." Ucap Ezra dan langsung bergegas dari duduknya meninggalkan Alana berdua bersama Alan di ruangan itu. Alan tampak sekali tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berbicara kepada Alana saa

    Last Updated : 2021-09-26
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 14 - Finally! Yogyakarta!

    Alan berdiri di depanreceptionisthotel sembari berbincang bersama dengan pemilik hotel. Sementara Alana duduk dan menunggu dilobbyhotel dengan jarak yang tak jauh darireceptionist. Alan dan pemilik hotel terlihat menghampiri Alana "Hey, Al. Udah nih. Yuk." "Haloo Mbak Alana." Pemilik hotel mengulurkan tangannya kepada Alana dan Alana pun bergegas bangun dari sofa dan mengulurkan tangannya "Semoga betah ya dengan pelayanan hotel kami. Kalo ada saran, kami sangat menerimanya dengan senang hati. Dan, jangan lupa reviewya mbak di Anstagram kalo Mbak Alana suka dengan fasilitas hotelnya." Status Alana yang sudah dikenal banyak orang memang seringkali di manfaatkan setiap pengusaha untuk mempromosikan bisnis mereka. Alana membalas dengan senyum "Baik, Pak. Terima kasih. Oh ya, saya permisi dulu, mau istirahat." Ucap Alana ramah. "Baik, Mbak. Selamat istirahat Mbak Alana

    Last Updated : 2021-09-27
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 15 - Sorry

    Tepat pukul sebelas malam, Alan masih memindahkan laporan hasil kunjungan yang akan di presentasikannya ketika sampai di Jakarta. Sementara Alana sudah tertidur pulas di ranjang. Alan yang baru sadar Alana tertidur kemudian menatap dan menyelimutinya. Alan mendekatkan wajahnya ke wajah Alana. Dia mengusap kening Alana dengan raut wajah yang terlihat sangat menyesal karena pernah menyakiti Alana. "Harusnya aku gak ngomong kata-kata yang sangat menyakitkan ke kamu, Al." Bisik Alan pelan sembari mengusap puncak kepalanya. "Andai aja aku masih punya waktu. Aku akan bahagiain kamu dan gak akan pernah nyakitin kamu lagi." Sambungnya Alan melihat ponsel Alana yang tiba-tiba menyala. Ponselnya berisikan pemberitahuan pesanWazzAppdanreminderuntuk besok kembali ke Jakarta. Keegoisan serta keinginan Alan yang masih ingin bersama Alana akhirnya membuat dia berniat untuk mematikan pemberitahuan yang ada

    Last Updated : 2021-09-28

Latest chapter

  • How Could We Go Wrong?   Extra Part

    Enam tahun kemudian..."Aileen... Banguuuun." Alana membangunkan Aileen, anak pertamanya, dengan memakai daster dan roll di rambutnya.Alana kemudian bergegas menghampiri Alan yang masih tertidur pulas di kamar "Sayang, bangun.""Sebentar sayang." Ucap Alan dengan matanya yang masih tertutup. Alan pun seketika meraih Alana dan menenggelamkannya di tubuhnya yang kekar."Iiihh jangan di peluk. Nanti rambut aku rusak." Ucap Alana kesal."Oh gitu?" Tatap Alan sinis"Ng-gak." Alana tahu sekali jika dia mengomentari Alan, Alan akan membuatnya tambah kesal"Tadi ngomong apa sayang? Ngomong apa?""Ih jangan kaya gitu. Rambut aku udah di catok." Ucap Alana murung dan memanyunkan bibirnyaAlan meraih bibir bawahnya dan melumatkannya dengan pelan "Udah jangan cemberut." Alan pun mengacak rambut Alana dan membuat rambutnya menjadi berantakan"Maaasssss!! Kan aku udah bilang jangan di rusakin rambutnya." Ucapnya

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 39 - Honeymoon

    Dua pasangan yang awalnya berbagi luka pada akhirnya bersatu kembali. Alana tak pernah menyangka pertemuannya dengan Alan di aplikasi kencanonlinewaktu itu ternyata malah membawa mereka sampai ke jenjang pernikahan. Apa pun yang di lakukan Alana, tak peduli dia merubah penampilannya, pendidikan dan bahkan kehidupannya sekali pun. Kenangan yang dia ciptakan bersama Alan selalu menemaninya kemana pun dia pergi. Begitu juga dengan Alan. Tak peduli dua tahun Alana meninggalkannya dan pernah membencinya, dia tak akan pernah menyerah memperjuangkan cintanya bersama Alana, wanita yang dia butuhkan. Hari ini, mereka sedang menikmati momenhoneymoondi Bali. Ya, keluarga Alan dan Alana sudah mempersiapkanhoneymoonsejak mereka menggelarkan acara pernikahan. Orangtua mereka memesanprivate villadi daerah Badung dengan fasilitas yang sangat mewah. Masing-masingprivate villa&nb

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 38 - Aldo & Paula

    Aldo terlihat menghampiri Alana di dapur saat Alana tengah sibuknya memotong beberapa sayur-sayuran seorang diri. “Cieee… Ada yang mau honeymoon nih bentar lagi.” Ucap Aldo kepada Alana memberikan candaan sembari mengambil satu buah apel yang berada di hadapan adiknya itu. “Iya dong! Iri ya?” Sindir Alana saat dia tengah asik memotong sayur-sayuran. “SORRY! NO TIME FOR LOVE!” Ucap Aldo sombong “Ouchh!!!” “Mas Aldo… Aku mau nanya deh. Boleh?” “Hahahahahaha. Baru juga nikah udah berubah aja nih adek gue. Ya kalo mau nanya mah nanya aja. Biasanya juga kamu gak minta izin dulu.” Ucap Aldo keheranan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. “I-i-iya, sih.” Ucap Alana kikuk “Aku mau nanya hubungan Mas Aldo sama Mbak Paula sih.” Jawab Alana sembari menggigit bibir bawahnya. Seakan merasa tidak enak bertanya akan hal ini. “Hmm--- Aku cuma bingung aja. Kalian kan pacaran udah lama banget, Mas. Bahkan se

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 37 - Menikah

    Acara pernikahan di gelar di salah satu hotel yang berada di Jakarta. Alana memakai gaun berwarna cream dan Alan pun memakai Jas dan celana dengan warna yang sesuai dengan dress Alana.Pernikahan yang digelar oleh Alan dan Alana benar-benar terlihat mewah.Semua sudut ruangan di beri dekorasi yang benar-benar memadu padankan barang-barang mewah namun terkesan elegan.Semua rekan kerja Alan maupun Alana tampak menghadiri acara pernikahan mereka seperti Ezra, Farhan, Lita dan Sanjaya."Alanaaaa!!" Teriak Tasya yang ikut menghadiri pernikahan Alan dan Alana dengan seorang bayi yang sedang berada digendongannya dan juga suami Tasya yang berada di sampingnya."Hei, Sya. Thanks ya udah dateng." Ucap Alana sembari memeluk Tasya"Tasya, Alana." Lily pun terlihat menghampiri mereka di tempat pelaminan."Wah darimana aja lo? Suami lo mana?" Tanya Tasya ke Lily"Suami gue gak bisa dateng, dia keluar negeri urusin bis

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 36 - Pre-Wedding

    Satu bulan kemudian… Beberapa minggu lagi Alan dan Alana akan sah menjadi sepasang suami istri dimata hukum, negara, dan agama. Ya, Farhan sudah memberikan tahu pihak keluarga Alan dan Alana bahwa Alan sudah mulai bisa menghadapi kejadian trauma dan mengontrol pikiran-pikirannya ketika kejadian trauma itu kembali lagi dalam kehidupannya. Artinya pria itu sudah dinyatakan pulih oleh Farhan. Dengan hasilnya yang dinyatakan pulih, Alan pun bergegas untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Alana seperti yang sudah di janjikan sebelumnya. Saat ini pun mereka tengah sibuk mempersiapkan acara pernikahan dimulai dari design baju pengantin, diskusi bersama wedding organizer, bimbingan pranikah bersama Farhan, serta foto pre-wedding untuk mengabadikan momen indah Alan dan Alana. “Alan… Kalau dress model ini bagus, gak?” Tanya Alana yang tengah memakai gaun berwarna cream untuk pesta pernikahannya. Ya, saat ini

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 35 - Hello Again Jtown!

    Tok… tok… tok… Alana terbangun saat mendengar pintu apartemennya diketuk dari luar. Seketika dia pun berjalan dengan melas untuk membuka pintu dengan matanya yang masih menyipit. Cklek! Seketika Alana melihat bouquet bunga bertuliskan ‘Selamat datang di Jakarta, calon istriku yang cantik’ di depan pintu dengan Alan yang memegangnya. “Loh… udah kelar meeting-nya?” Tanya Alana dengan masih menyipitkan mata, kemudian dia pun kembali masuk ke dalam apartemen di ikuti oleh Alan dari belakang. “Sayang, ini udah jam tujuh malam.” “Ha? Serius?” Seketika Alana menoleh dan membelalakkan matanya kepada Alan. Alan pun hanya mengangguk sembari meletakkan bouqet bunga-nya di atas meja. “Wah tadi nyampe jam setengah dua siang langsung tidur gak bangun-bangun sampe sekarang.” Gumam Alana yang tengah membaringkan dirinya di atas sofa. Seketika Alana pun terduduk dan memegang perutnya “Sayang aku belu

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 34 - Kota Wisata

    Setelah Alan dan Alana menikmati sarapannya di atas perahu sampan sembari memandangi indahnya pemandangan Danau Laut Tawar, mereka pun diajak oleh Gifari dan Bella untuk mencoba wisata Arung Jeram yang letaknya berada di Jembatan Lukup Badak. Alan, Alana, Gifari, dan Bella pun saat ini tengah memakai peralatan lengkap untuk mencoba wahana arung jeram sembari pemandu memberikan instruksi untuk melakukan gerakan dan mendayung di atas perahu karet yang berwarna orange itu. Alan dan Alana terlihat sangat menikmati tantangan yang ada di sungai pesangan dengan arusnya yang deras. Selain itu mereka juga benar-benar terpukau dengan pemandangan berbeda-beda yang disuguhkan dari sekeliling sungai seperti persawahan dan kebun kopi. “Haaaa!!! Ada arus deraaass!!!” Teriak Alana panik akan tetapi dia tetap menikmatinya. “It’s okay, Al. Nanti kalo jatoh mah aman. Ada pelampung.” Teriak Bella bersemangat. “Kota Takengon keren banget, ya! Sun

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 33 - Takengon is Paradise

    Alan, Alana, Gifari, Bella serta beberapa teman Gifari memutuskan untuk barbeque-an di villa dari hasil tangkapan nelayan tadi. Ya, nelayan yang dilihat Alana di coffee shop. Saat mereka mendekat, Gifari pun meneriaki nelayan itu untuk membeli ikan-ikan yang mereka tangkap. Masih dengan suasana danau di malam hari dengan suhunya yang sangat dingin dua kali lipat dari sebelumnya. Gifari pun menghidupkan api unggun sembari Alan, Alana, dan Bella mempersiapkan makan malam. “It’s time for dinner, everyone!!!” Ucap Alana sembari menghidangkan makanan di sekeliling api unggun dengan tikar yang sudah di gelar disana. “By the way, yang ungu ini apaan, deh?” Tanya Alan penasaran saat Bella menghidangkan sejenis sambal akan tetapi warnanya berwarna ungu. “Oh itu… Kalo disini namanya ‘cecah terong anggur’. Bahannya dari terong belanda, dikasi sedikit cabe, garam, dan terasi. Habis itu di ulek deh. Nah makannya di bare

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 32 - Healing

    Beberapa minggu kemudian… Alan dan Alana tiba di Bandara Rembele (Aceh Tengah) pukul sembilan lewat beberapa menit. Suasana dingin yang disuguhkan oleh Kota itu membuat tubuh Alana menggigil. Bagaimana tidak, walaupun cuaca sangat cerah tetapi suhu yang ada di kota itu mencapai 13 derajat celcius. Alana terlihat sangat cantik memakai selendang yang dia pakaikan di kepalanya. Ya, kita semua tahu bahwa Aceh dijuluki dengan kota serambi mekkah, artinya masyarakat disana menganut budaya-budaya islam yang sangat kental seperti negara Arab. Sehingga pengunjung pun di wajibkan memakai selendang atau pun kerudung disana. “Alana… Jaket kamu kemana?” Tanya Alan yang tampak melihat Alana menggigil saat mereka tengah menunggu di tempat pengambilan bagasi. “Di koper, sayang. Berrrrr dingiiiinnnn!!!” Ucap Alana sembari memanyunkan bibirnya. “Haduhhh… Kenapa di taro disana? Aku kan udah kasi tahu kamu kalo kota ini dingin. Jadi harus pr

DMCA.com Protection Status