Beranda / Romansa / How Could We Go Wrong? / Chapter 13 - Pura Pura Kuat

Share

Chapter 13 - Pura Pura Kuat

Penulis: Putri Wahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-26 16:35:37

Alana akhirnya kembali ke ruang meeting bersama Ezra. Seketika Alan terkejut melihat Alana yang tiba-tiba sudah datang bersama Ezra dengan matanya yang sedikit sembab.

"Ada yang ketinggalan?" Tanya Alan kepada Alana dengan lembut.

"Nggak, Pak. Saya gak jadi ke kantor. Tadi manager saya tiba-tiba membatalkan photoshoot-nya." Ucap Alana datar dan Alan hanya membalas dengan senyuman. Alan pun menjelaskan kerjasama yang akan mereka lakukan selama satu bulan ke depan. Sementara Alana menunjukkan sikap profesional dan mendengarkan penjelasan kerjasama yang dilakukan oleh Alan.

Setelah selesai menjelaskan kerja sama yang akan dilakukan, Sanjaya memanggil Ezra dari pintu ruang meeting.

"Al, aku keluar sebentar, ya." Ucap Ezra dan langsung bergegas dari duduknya meninggalkan Alana berdua bersama Alan di ruangan itu.

Alan tampak sekali tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berbicara kepada Alana saa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 14 - Finally! Yogyakarta!

    Alan berdiri di depanreceptionisthotel sembari berbincang bersama dengan pemilik hotel. Sementara Alana duduk dan menunggu dilobbyhotel dengan jarak yang tak jauh darireceptionist. Alan dan pemilik hotel terlihat menghampiri Alana "Hey, Al. Udah nih. Yuk." "Haloo Mbak Alana." Pemilik hotel mengulurkan tangannya kepada Alana dan Alana pun bergegas bangun dari sofa dan mengulurkan tangannya "Semoga betah ya dengan pelayanan hotel kami. Kalo ada saran, kami sangat menerimanya dengan senang hati. Dan, jangan lupa reviewya mbak di Anstagram kalo Mbak Alana suka dengan fasilitas hotelnya." Status Alana yang sudah dikenal banyak orang memang seringkali di manfaatkan setiap pengusaha untuk mempromosikan bisnis mereka. Alana membalas dengan senyum "Baik, Pak. Terima kasih. Oh ya, saya permisi dulu, mau istirahat." Ucap Alana ramah. "Baik, Mbak. Selamat istirahat Mbak Alana

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 15 - Sorry

    Tepat pukul sebelas malam, Alan masih memindahkan laporan hasil kunjungan yang akan di presentasikannya ketika sampai di Jakarta. Sementara Alana sudah tertidur pulas di ranjang. Alan yang baru sadar Alana tertidur kemudian menatap dan menyelimutinya. Alan mendekatkan wajahnya ke wajah Alana. Dia mengusap kening Alana dengan raut wajah yang terlihat sangat menyesal karena pernah menyakiti Alana. "Harusnya aku gak ngomong kata-kata yang sangat menyakitkan ke kamu, Al." Bisik Alan pelan sembari mengusap puncak kepalanya. "Andai aja aku masih punya waktu. Aku akan bahagiain kamu dan gak akan pernah nyakitin kamu lagi." Sambungnya Alan melihat ponsel Alana yang tiba-tiba menyala. Ponselnya berisikan pemberitahuan pesanWazzAppdanreminderuntuk besok kembali ke Jakarta. Keegoisan serta keinginan Alan yang masih ingin bersama Alana akhirnya membuat dia berniat untuk mematikan pemberitahuan yang ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 16 - Terlanjur Mencinta

    Seketika suasana hening menghampiri Alan dan Alana yang masih berada direstaurant. Alana tampak menikmati sejuknya suasana yang ada direstaurantitu, suasanaoutdooryang memberikan ketenangan dan jauh dari hiruk pikuk keramaian dan kebisingan. Lampu-lampu yang bergantungan di setiap sudut membuat tempat outdoor-nya diterangi dengan lampu redup yang memang cocok dengan suasana romantis. "Alan, sebelum kita balik ke hotel. Aku cuma mau kamu jangan pernah berharap apa pun ke aku. Tujuan hidup kita udah beda dan kita ketemu pun takdirnya hanya sebatas teman atau rekan kerja aja." Ucap Alana menjelaskan kepada Alan saat pria itu tertangkap tengah memerhatikan wajah Alana. "Aku memang gak bisa dapetin satu kali kesempatan dari kamu, Al?" Tanya Alan dengan tatapan memohon. "Kita gak akan bisa sama-sama lagi, Alan. Aku gak akan bisa menjalin hubungan dengan orang yang udah nyakitin aku."

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-29
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 17 - Mulai Terbiasa

    Alana tersenyum dan wajahnya tampak bahagia sekali melihat tulisan Alan. Dia langsung membaringkan dirinya di atas sofa dan mengabaikan lantainya yang masih berserakan itu. "Aku udah terima nih kopinya. Thanks, ya." -Alana "Sama-sama, Al. Semoga kamu suka." -Alan "By the way, kamu minta baristanya nulis di note?" -Alana "Iya, Al. Untung aja baik ya." -Alan "Kalo aku jadi baristanya mah aku gak mau." -Alana "Yee, aku kasi tips kali." -Alan "Bodo amat." -Alana Mereka berdua tampaknya sudah mulai terbiasa memberikan candaan di setiap pesannya. Alana pun sepertinya sudah mulai nyaman membalas pesan kepada Alan. Namun lagi-lagi egonya mengatakan dia tidak bisa terus-terusan nyaman mendengarkan kata-kata Alan. Bagaimana pun juga, Alan sudah merendahkan dirinya. *** Sudah beberapa hari setelah kepulangan mereka dari Yogyakarta

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 18 - Api Cemburu

    Alan menghadiri acaraanniversaryyang diadakan oleh perusahaan Ezra di salah satuBallroomhotel yang berada di Jakarta Pusat. Acara tersebut tampak di hadiri oleh beberapa kalangan seperti Pengacara, Psikolog, Dokter, hingga Pengusaha. LuasnyaBallroomyang berada di hotel itu membuat Alan susah payah mencari wujud Alana. Matanya selalu memandang di setiap sudut ruangan. Langkah Alan terhenti melihat Alana yang tampak tengah duduk dengan seorang pria di sebuah meja yang berada di tengah ruangan. Alan pun terlihat cemburu melihat Alana dan pria yang memakai jas hitam itu berbincang bersama. Namun sepertinya pria itu mungkin hanya rekan kerja. Lagi pula, pekerjaan Alana memang memiliki banyak koneksi pikirnya. Alan pun langsung di hampiri oleh Sanjaya dan Lita untuk duduk di salah satu meja yang berada berseberangan dengan meja Alana. "Halo, Alan." Sapa Lita kepada Alan yang sedari

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 19 - I Just Want to Say 'I Love You'

    Keesokan harinya... Alan menghampiri Alana di kantornya. Tampak Alana sedang berdiri di salah satu ruangan dan sepertinya ingin menuju ke ruangan Ezra. "Al, aku minta maaf. Aku gak maksud ngomong gitu ke kamu kemarin. Aku sayang sama kamu, Al." Ucap Alan yang sudah tiba-tiba berada di hadapan Alana. "Alan, aku gak mau di ganggu. Aku mau kamu profesional dan kita kelarin kerjaan kita secepatnya." Alan tampak berlutut di hadapan Alana. Ezra dan beberapa karyawan lainnya melihat sikap Alan, seorangmanagerdi perusahaanpartnermereka itu mau berlutut di hadapan Alana dan di lihat oleh karyawan lainnya. "Alan, kamu apa-apaan, sih?! Kamu dilihatin banyak orang!! Aku buru-buru. Aku mau pergi." "Aku cuma mau kamu maafin aku dan kasi aku kesempatan satu kali lagi, Al. Aku gak peduli harus malu di depan orang banyak. Intinya aku sayang kamu dan aku butuh kamu, Al. Aku mohon." Alan menatap Al

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 20 - Ikatan Emosional

    "Alana--" Suara terbata-bata terdengar dari arah Alan yang masih terbaring di ranjangnya. Alana yang berada di sofa dan mendengar suara itu pun menoleh dan memastikan ke ranjang Alan "Alana--" Ucap Alan lagi namun masih memejamkan matanya. "Alhamdulillah Alan udah sadar dan manggil nama kamu, Al." Ucap Lovandra yang sedari tadi berada di samping Alan. "Tante, ini bener kan?" Tanya Alana memastikan dengan wajahnya benar-benar berubah menjadi ceria seketika. "Alan, iya ini aku Alana." Alana mendekati Alan dan menggenggam tangannya "Alan kamu dengar aku, kan?" "Alana--" Ucap Alan lagi. "Tante, Alan kenapa masih ngucapin nama aku tapi matanya masih belum kebuka?" "Tante juga gak tau, Al. Tapi yang pasti Alan udah mulai sadar. Kamu tunggu Sebentar ya, tante panggil dokter dulu." Lovandra pun menghampiri dokter di ruangannya yang sedang mengobrol dengan Daffa "Dok, Alan udah sadar." Ucap Lovandra bersemangat dan sontak mereka pun ber

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-03
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 21 - We Couldn't Go Wrong!

    Sebelum mengadakan kunjungan ke kantor cabang besok, Alan mengajak Alana untuk makan malam bersama di salah saturestaurantyang berada di jalan Watugede, Wonorejo. Alana pun mengangguk, menyetujui ajakan Alan.Mereka mengunjungirestauranttepat pukul delapan malam. Suasanarestaurant-nya sangat menyatu dengan alam dan terdapat persawahan di sekitarnya.Alan memang memilih tempat seperti ini karena Alana selalu senang jika di ajak ke tempat yang berbau alam. Alana pernah mengatakan bahwa dia tidak terlalu suka dengan padatnya Jakarta, jarang menemukan tumbuhan. Disaat Alana di ajak keluar kota, dia tidak pernah mau untuk pergi kerestaurantyang tertutup atau tidak ada hal yang berbau alam.Saat mereka sampai, terlihat Alan memilih untuk duduk dioutdooryang dekat dengan persawahan dan hanya ada mereka berdua saja yang berada di sana. Saat Alana duduk, dia memalingkan waj

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04

Bab terbaru

  • How Could We Go Wrong?   Extra Part

    Enam tahun kemudian..."Aileen... Banguuuun." Alana membangunkan Aileen, anak pertamanya, dengan memakai daster dan roll di rambutnya.Alana kemudian bergegas menghampiri Alan yang masih tertidur pulas di kamar "Sayang, bangun.""Sebentar sayang." Ucap Alan dengan matanya yang masih tertutup. Alan pun seketika meraih Alana dan menenggelamkannya di tubuhnya yang kekar."Iiihh jangan di peluk. Nanti rambut aku rusak." Ucap Alana kesal."Oh gitu?" Tatap Alan sinis"Ng-gak." Alana tahu sekali jika dia mengomentari Alan, Alan akan membuatnya tambah kesal"Tadi ngomong apa sayang? Ngomong apa?""Ih jangan kaya gitu. Rambut aku udah di catok." Ucap Alana murung dan memanyunkan bibirnyaAlan meraih bibir bawahnya dan melumatkannya dengan pelan "Udah jangan cemberut." Alan pun mengacak rambut Alana dan membuat rambutnya menjadi berantakan"Maaasssss!! Kan aku udah bilang jangan di rusakin rambutnya." Ucapnya

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 39 - Honeymoon

    Dua pasangan yang awalnya berbagi luka pada akhirnya bersatu kembali. Alana tak pernah menyangka pertemuannya dengan Alan di aplikasi kencanonlinewaktu itu ternyata malah membawa mereka sampai ke jenjang pernikahan. Apa pun yang di lakukan Alana, tak peduli dia merubah penampilannya, pendidikan dan bahkan kehidupannya sekali pun. Kenangan yang dia ciptakan bersama Alan selalu menemaninya kemana pun dia pergi. Begitu juga dengan Alan. Tak peduli dua tahun Alana meninggalkannya dan pernah membencinya, dia tak akan pernah menyerah memperjuangkan cintanya bersama Alana, wanita yang dia butuhkan. Hari ini, mereka sedang menikmati momenhoneymoondi Bali. Ya, keluarga Alan dan Alana sudah mempersiapkanhoneymoonsejak mereka menggelarkan acara pernikahan. Orangtua mereka memesanprivate villadi daerah Badung dengan fasilitas yang sangat mewah. Masing-masingprivate villa&nb

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 38 - Aldo & Paula

    Aldo terlihat menghampiri Alana di dapur saat Alana tengah sibuknya memotong beberapa sayur-sayuran seorang diri. “Cieee… Ada yang mau honeymoon nih bentar lagi.” Ucap Aldo kepada Alana memberikan candaan sembari mengambil satu buah apel yang berada di hadapan adiknya itu. “Iya dong! Iri ya?” Sindir Alana saat dia tengah asik memotong sayur-sayuran. “SORRY! NO TIME FOR LOVE!” Ucap Aldo sombong “Ouchh!!!” “Mas Aldo… Aku mau nanya deh. Boleh?” “Hahahahahaha. Baru juga nikah udah berubah aja nih adek gue. Ya kalo mau nanya mah nanya aja. Biasanya juga kamu gak minta izin dulu.” Ucap Aldo keheranan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. “I-i-iya, sih.” Ucap Alana kikuk “Aku mau nanya hubungan Mas Aldo sama Mbak Paula sih.” Jawab Alana sembari menggigit bibir bawahnya. Seakan merasa tidak enak bertanya akan hal ini. “Hmm--- Aku cuma bingung aja. Kalian kan pacaran udah lama banget, Mas. Bahkan se

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 37 - Menikah

    Acara pernikahan di gelar di salah satu hotel yang berada di Jakarta. Alana memakai gaun berwarna cream dan Alan pun memakai Jas dan celana dengan warna yang sesuai dengan dress Alana.Pernikahan yang digelar oleh Alan dan Alana benar-benar terlihat mewah.Semua sudut ruangan di beri dekorasi yang benar-benar memadu padankan barang-barang mewah namun terkesan elegan.Semua rekan kerja Alan maupun Alana tampak menghadiri acara pernikahan mereka seperti Ezra, Farhan, Lita dan Sanjaya."Alanaaaa!!" Teriak Tasya yang ikut menghadiri pernikahan Alan dan Alana dengan seorang bayi yang sedang berada digendongannya dan juga suami Tasya yang berada di sampingnya."Hei, Sya. Thanks ya udah dateng." Ucap Alana sembari memeluk Tasya"Tasya, Alana." Lily pun terlihat menghampiri mereka di tempat pelaminan."Wah darimana aja lo? Suami lo mana?" Tanya Tasya ke Lily"Suami gue gak bisa dateng, dia keluar negeri urusin bis

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 36 - Pre-Wedding

    Satu bulan kemudian… Beberapa minggu lagi Alan dan Alana akan sah menjadi sepasang suami istri dimata hukum, negara, dan agama. Ya, Farhan sudah memberikan tahu pihak keluarga Alan dan Alana bahwa Alan sudah mulai bisa menghadapi kejadian trauma dan mengontrol pikiran-pikirannya ketika kejadian trauma itu kembali lagi dalam kehidupannya. Artinya pria itu sudah dinyatakan pulih oleh Farhan. Dengan hasilnya yang dinyatakan pulih, Alan pun bergegas untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Alana seperti yang sudah di janjikan sebelumnya. Saat ini pun mereka tengah sibuk mempersiapkan acara pernikahan dimulai dari design baju pengantin, diskusi bersama wedding organizer, bimbingan pranikah bersama Farhan, serta foto pre-wedding untuk mengabadikan momen indah Alan dan Alana. “Alan… Kalau dress model ini bagus, gak?” Tanya Alana yang tengah memakai gaun berwarna cream untuk pesta pernikahannya. Ya, saat ini

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 35 - Hello Again Jtown!

    Tok… tok… tok… Alana terbangun saat mendengar pintu apartemennya diketuk dari luar. Seketika dia pun berjalan dengan melas untuk membuka pintu dengan matanya yang masih menyipit. Cklek! Seketika Alana melihat bouquet bunga bertuliskan ‘Selamat datang di Jakarta, calon istriku yang cantik’ di depan pintu dengan Alan yang memegangnya. “Loh… udah kelar meeting-nya?” Tanya Alana dengan masih menyipitkan mata, kemudian dia pun kembali masuk ke dalam apartemen di ikuti oleh Alan dari belakang. “Sayang, ini udah jam tujuh malam.” “Ha? Serius?” Seketika Alana menoleh dan membelalakkan matanya kepada Alan. Alan pun hanya mengangguk sembari meletakkan bouqet bunga-nya di atas meja. “Wah tadi nyampe jam setengah dua siang langsung tidur gak bangun-bangun sampe sekarang.” Gumam Alana yang tengah membaringkan dirinya di atas sofa. Seketika Alana pun terduduk dan memegang perutnya “Sayang aku belu

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 34 - Kota Wisata

    Setelah Alan dan Alana menikmati sarapannya di atas perahu sampan sembari memandangi indahnya pemandangan Danau Laut Tawar, mereka pun diajak oleh Gifari dan Bella untuk mencoba wisata Arung Jeram yang letaknya berada di Jembatan Lukup Badak. Alan, Alana, Gifari, dan Bella pun saat ini tengah memakai peralatan lengkap untuk mencoba wahana arung jeram sembari pemandu memberikan instruksi untuk melakukan gerakan dan mendayung di atas perahu karet yang berwarna orange itu. Alan dan Alana terlihat sangat menikmati tantangan yang ada di sungai pesangan dengan arusnya yang deras. Selain itu mereka juga benar-benar terpukau dengan pemandangan berbeda-beda yang disuguhkan dari sekeliling sungai seperti persawahan dan kebun kopi. “Haaaa!!! Ada arus deraaass!!!” Teriak Alana panik akan tetapi dia tetap menikmatinya. “It’s okay, Al. Nanti kalo jatoh mah aman. Ada pelampung.” Teriak Bella bersemangat. “Kota Takengon keren banget, ya! Sun

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 33 - Takengon is Paradise

    Alan, Alana, Gifari, Bella serta beberapa teman Gifari memutuskan untuk barbeque-an di villa dari hasil tangkapan nelayan tadi. Ya, nelayan yang dilihat Alana di coffee shop. Saat mereka mendekat, Gifari pun meneriaki nelayan itu untuk membeli ikan-ikan yang mereka tangkap. Masih dengan suasana danau di malam hari dengan suhunya yang sangat dingin dua kali lipat dari sebelumnya. Gifari pun menghidupkan api unggun sembari Alan, Alana, dan Bella mempersiapkan makan malam. “It’s time for dinner, everyone!!!” Ucap Alana sembari menghidangkan makanan di sekeliling api unggun dengan tikar yang sudah di gelar disana. “By the way, yang ungu ini apaan, deh?” Tanya Alan penasaran saat Bella menghidangkan sejenis sambal akan tetapi warnanya berwarna ungu. “Oh itu… Kalo disini namanya ‘cecah terong anggur’. Bahannya dari terong belanda, dikasi sedikit cabe, garam, dan terasi. Habis itu di ulek deh. Nah makannya di bare

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 32 - Healing

    Beberapa minggu kemudian… Alan dan Alana tiba di Bandara Rembele (Aceh Tengah) pukul sembilan lewat beberapa menit. Suasana dingin yang disuguhkan oleh Kota itu membuat tubuh Alana menggigil. Bagaimana tidak, walaupun cuaca sangat cerah tetapi suhu yang ada di kota itu mencapai 13 derajat celcius. Alana terlihat sangat cantik memakai selendang yang dia pakaikan di kepalanya. Ya, kita semua tahu bahwa Aceh dijuluki dengan kota serambi mekkah, artinya masyarakat disana menganut budaya-budaya islam yang sangat kental seperti negara Arab. Sehingga pengunjung pun di wajibkan memakai selendang atau pun kerudung disana. “Alana… Jaket kamu kemana?” Tanya Alan yang tampak melihat Alana menggigil saat mereka tengah menunggu di tempat pengambilan bagasi. “Di koper, sayang. Berrrrr dingiiiinnnn!!!” Ucap Alana sembari memanyunkan bibirnya. “Haduhhh… Kenapa di taro disana? Aku kan udah kasi tahu kamu kalo kota ini dingin. Jadi harus pr

DMCA.com Protection Status