Beranda / Romansa / How Could We Go Wrong? / Chapter 17 - Mulai Terbiasa

Share

Chapter 17 - Mulai Terbiasa

Penulis: Putri Wahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-30 14:55:29

Alana tersenyum dan wajahnya tampak bahagia sekali melihat tulisan Alan. Dia langsung membaringkan dirinya di atas sofa dan mengabaikan lantainya yang masih berserakan itu.

"Aku udah terima nih kopinya. Thanks, ya." -Alana

"Sama-sama, Al. Semoga kamu suka." -Alan

"By the way, kamu minta baristanya nulis di note?" -Alana

"Iya, Al. Untung aja baik ya." -Alan

"Kalo aku jadi baristanya mah aku gak mau." -Alana

"Yee, aku kasi tips kali." -Alan

"Bodo amat." -Alana

Mereka berdua tampaknya sudah mulai terbiasa memberikan candaan di setiap pesannya. Alana pun sepertinya sudah mulai nyaman membalas pesan kepada Alan. Namun lagi-lagi egonya mengatakan dia tidak bisa terus-terusan nyaman mendengarkan kata-kata Alan. Bagaimana pun juga, Alan sudah merendahkan dirinya.

***

Sudah beberapa hari setelah kepulangan mereka dari Yogyakarta

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 18 - Api Cemburu

    Alan menghadiri acaraanniversaryyang diadakan oleh perusahaan Ezra di salah satuBallroomhotel yang berada di Jakarta Pusat. Acara tersebut tampak di hadiri oleh beberapa kalangan seperti Pengacara, Psikolog, Dokter, hingga Pengusaha. LuasnyaBallroomyang berada di hotel itu membuat Alan susah payah mencari wujud Alana. Matanya selalu memandang di setiap sudut ruangan. Langkah Alan terhenti melihat Alana yang tampak tengah duduk dengan seorang pria di sebuah meja yang berada di tengah ruangan. Alan pun terlihat cemburu melihat Alana dan pria yang memakai jas hitam itu berbincang bersama. Namun sepertinya pria itu mungkin hanya rekan kerja. Lagi pula, pekerjaan Alana memang memiliki banyak koneksi pikirnya. Alan pun langsung di hampiri oleh Sanjaya dan Lita untuk duduk di salah satu meja yang berada berseberangan dengan meja Alana. "Halo, Alan." Sapa Lita kepada Alan yang sedari

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 19 - I Just Want to Say 'I Love You'

    Keesokan harinya... Alan menghampiri Alana di kantornya. Tampak Alana sedang berdiri di salah satu ruangan dan sepertinya ingin menuju ke ruangan Ezra. "Al, aku minta maaf. Aku gak maksud ngomong gitu ke kamu kemarin. Aku sayang sama kamu, Al." Ucap Alan yang sudah tiba-tiba berada di hadapan Alana. "Alan, aku gak mau di ganggu. Aku mau kamu profesional dan kita kelarin kerjaan kita secepatnya." Alan tampak berlutut di hadapan Alana. Ezra dan beberapa karyawan lainnya melihat sikap Alan, seorangmanagerdi perusahaanpartnermereka itu mau berlutut di hadapan Alana dan di lihat oleh karyawan lainnya. "Alan, kamu apa-apaan, sih?! Kamu dilihatin banyak orang!! Aku buru-buru. Aku mau pergi." "Aku cuma mau kamu maafin aku dan kasi aku kesempatan satu kali lagi, Al. Aku gak peduli harus malu di depan orang banyak. Intinya aku sayang kamu dan aku butuh kamu, Al. Aku mohon." Alan menatap Al

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 20 - Ikatan Emosional

    "Alana--" Suara terbata-bata terdengar dari arah Alan yang masih terbaring di ranjangnya. Alana yang berada di sofa dan mendengar suara itu pun menoleh dan memastikan ke ranjang Alan "Alana--" Ucap Alan lagi namun masih memejamkan matanya. "Alhamdulillah Alan udah sadar dan manggil nama kamu, Al." Ucap Lovandra yang sedari tadi berada di samping Alan. "Tante, ini bener kan?" Tanya Alana memastikan dengan wajahnya benar-benar berubah menjadi ceria seketika. "Alan, iya ini aku Alana." Alana mendekati Alan dan menggenggam tangannya "Alan kamu dengar aku, kan?" "Alana--" Ucap Alan lagi. "Tante, Alan kenapa masih ngucapin nama aku tapi matanya masih belum kebuka?" "Tante juga gak tau, Al. Tapi yang pasti Alan udah mulai sadar. Kamu tunggu Sebentar ya, tante panggil dokter dulu." Lovandra pun menghampiri dokter di ruangannya yang sedang mengobrol dengan Daffa "Dok, Alan udah sadar." Ucap Lovandra bersemangat dan sontak mereka pun ber

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-03
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 21 - We Couldn't Go Wrong!

    Sebelum mengadakan kunjungan ke kantor cabang besok, Alan mengajak Alana untuk makan malam bersama di salah saturestaurantyang berada di jalan Watugede, Wonorejo. Alana pun mengangguk, menyetujui ajakan Alan.Mereka mengunjungirestauranttepat pukul delapan malam. Suasanarestaurant-nya sangat menyatu dengan alam dan terdapat persawahan di sekitarnya.Alan memang memilih tempat seperti ini karena Alana selalu senang jika di ajak ke tempat yang berbau alam. Alana pernah mengatakan bahwa dia tidak terlalu suka dengan padatnya Jakarta, jarang menemukan tumbuhan. Disaat Alana di ajak keluar kota, dia tidak pernah mau untuk pergi kerestaurantyang tertutup atau tidak ada hal yang berbau alam.Saat mereka sampai, terlihat Alan memilih untuk duduk dioutdooryang dekat dengan persawahan dan hanya ada mereka berdua saja yang berada di sana. Saat Alana duduk, dia memalingkan waj

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 22 - Salah Paham

    "Short escapebanget ya di Jogja cuma tiga hari." Ucap Alana yang sedang memandang persawahan dari dalam kereta."Nanti kita kesini lagi, ya. Aku gak boleh lama-lama bawa kamu. Cuma dikasi tiga hari sama Mas Ezra." Jawab Alan sembari mengusap puncak kepala Alana."Janji ya nanti kita kesini lagi." Alana menatap Alan sembari mengulurkan kelingkingnya"Iya, sayang. Aku gak nyangka kamu mau nerima aku." Alan meraih tangan Alana dan mengecupnya.Alana hanya tersenyum dan merapikan rambut Alan yang terlihat berantakan "Kita main ludo yuk, bosen.""Seriously?! Ayuuukkk. Udah lama ya kita gak main ludo. Aku kangen banget sama momen itu." Jelas Alan memberikan senyuman lebar.***Alana mulai terbiasa untuk selalu menyapa Alan setiap harinya. Bertukar keluh kesah dan menceritakan kesibukan yang mereka lakukan di sela-sela waktu yang mereka miliki.Alan memang sudah memiliki Alana, setelah mereka berkomitmen Alan m

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 23 - New York

    Alana berdiri di jembatan brooklyn, menatap keindahan kota New York dan menikmati udara yang ada di jembatan. Dia tenggelam dalam lamunannya kepada Alan. Dia sadar, dia tak seharusnya menerima Alan kembali.Alana melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul enam sore. Dia pun bergegas kembali ke hotel yang jaraknya tak jauh dari jembatanbrooklyn."Alan-- k-kamu." Ucap Alana terkejut melihat Alan yang sudah menunggunya dilobbyhotel"Tega banget kamu gak ngasi tau aku kalo kamu adaprojectdi New York.""Aku kirain kamu balikan dengan Fina.""Gak mungkin, Al!""Tapi dulu kamu--""Al, denger yaaaa. Fina itu masalalu aku. Sekarang aku sama kamu. Kamu lebih mengerti aku daripada Fina. Aku sayang kamu melebihi sayang aku ke Fina dulu, Al. Aku kaya orang gila nyari-nyari kamu. Nomor kamu gak aktif, aku ke apartemenkamu tapi kamu gak ada." Ucap Alan dengan matanya y

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 24 - Tunangan

    Sudah beberapa hari Alan dan Alana tiba di Jakarta. Mereka di sibukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing dan rencana acara tunangan yang akan mereka adakan di Bandung, rumah orangtua Alana.Seperti biasa setelah Alan selesai bekerja, dia menemui Alana yang berada di kantornya untuk membahas proses lamaran nanti.Alana sedang berada di ruangan kantornya sembari memandangi cincin berlian yang di berikan oleh Alan ketika di New York.tok.. tok.. tok..Terdengar pintu ruangan Alana diketuk dari luar, lalu menyadarkannya dari lamunan dan segera beranjak dari kursinya.Belum sempat Alana melangkahkan kaki, pintu ruangannya pun sudah dibuka "Loh, Mas Ezra? Kirain siapa.""Iya, Al. Itu dilobbyada Alan lagi nungguin kamu.""Oh iya, Mas. Aku ada janji sama dia." Jawab Alana dan langsung mengambil tasnya yang ada di meja dan bergegas menghampiri Alan.Mereka berdua memutuskan untuk membahas acara la

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07
  • How Could We Go Wrong?   Chapter 25 - Ed Sheraan's Concert

    Tidak terasa sudah satu bulan Alan dan Alana bertunangan. Walau begitu, Alan merasa belum bisa memiliki Alana sepenuhnya sampai mereka berstatus menikah.Selama mereka bertunangan, Alan tampak memberikan perhatian yang berlebihan kepada Alana sehingga terkesan 'posesif'. Berbeda dengan Alana yang memang sudah merasa memiliki Alan sepenuhnya dan memberikan kepercayaan kepada Alan.Karena sifat posesif Alan, dia meminta Alana untuk tinggal di apartemen kembali bersamanya. Alana menyetujui hal itu dengan syarat mereka harus tidur secara terpisah dan tidak melakukan kesalahan lagi sampai mereka berstatus menikah.Alan setuju dengan apa pun syarat yang di berikan oleh Alana. Lagi pula, Alan mengajak Alana kembali tinggal di apartemen bersamanya bukan karena ingin memanfaatkan tubuhnya, tetapi dia benar-benar takut kehilangan Alana lagi.tik tok tik tok--AlarmAlan seketika berbunyi dan membangunkannya. Alan mera

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08

Bab terbaru

  • How Could We Go Wrong?   Extra Part

    Enam tahun kemudian..."Aileen... Banguuuun." Alana membangunkan Aileen, anak pertamanya, dengan memakai daster dan roll di rambutnya.Alana kemudian bergegas menghampiri Alan yang masih tertidur pulas di kamar "Sayang, bangun.""Sebentar sayang." Ucap Alan dengan matanya yang masih tertutup. Alan pun seketika meraih Alana dan menenggelamkannya di tubuhnya yang kekar."Iiihh jangan di peluk. Nanti rambut aku rusak." Ucap Alana kesal."Oh gitu?" Tatap Alan sinis"Ng-gak." Alana tahu sekali jika dia mengomentari Alan, Alan akan membuatnya tambah kesal"Tadi ngomong apa sayang? Ngomong apa?""Ih jangan kaya gitu. Rambut aku udah di catok." Ucap Alana murung dan memanyunkan bibirnyaAlan meraih bibir bawahnya dan melumatkannya dengan pelan "Udah jangan cemberut." Alan pun mengacak rambut Alana dan membuat rambutnya menjadi berantakan"Maaasssss!! Kan aku udah bilang jangan di rusakin rambutnya." Ucapnya

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 39 - Honeymoon

    Dua pasangan yang awalnya berbagi luka pada akhirnya bersatu kembali. Alana tak pernah menyangka pertemuannya dengan Alan di aplikasi kencanonlinewaktu itu ternyata malah membawa mereka sampai ke jenjang pernikahan. Apa pun yang di lakukan Alana, tak peduli dia merubah penampilannya, pendidikan dan bahkan kehidupannya sekali pun. Kenangan yang dia ciptakan bersama Alan selalu menemaninya kemana pun dia pergi. Begitu juga dengan Alan. Tak peduli dua tahun Alana meninggalkannya dan pernah membencinya, dia tak akan pernah menyerah memperjuangkan cintanya bersama Alana, wanita yang dia butuhkan. Hari ini, mereka sedang menikmati momenhoneymoondi Bali. Ya, keluarga Alan dan Alana sudah mempersiapkanhoneymoonsejak mereka menggelarkan acara pernikahan. Orangtua mereka memesanprivate villadi daerah Badung dengan fasilitas yang sangat mewah. Masing-masingprivate villa&nb

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 38 - Aldo & Paula

    Aldo terlihat menghampiri Alana di dapur saat Alana tengah sibuknya memotong beberapa sayur-sayuran seorang diri. “Cieee… Ada yang mau honeymoon nih bentar lagi.” Ucap Aldo kepada Alana memberikan candaan sembari mengambil satu buah apel yang berada di hadapan adiknya itu. “Iya dong! Iri ya?” Sindir Alana saat dia tengah asik memotong sayur-sayuran. “SORRY! NO TIME FOR LOVE!” Ucap Aldo sombong “Ouchh!!!” “Mas Aldo… Aku mau nanya deh. Boleh?” “Hahahahahaha. Baru juga nikah udah berubah aja nih adek gue. Ya kalo mau nanya mah nanya aja. Biasanya juga kamu gak minta izin dulu.” Ucap Aldo keheranan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. “I-i-iya, sih.” Ucap Alana kikuk “Aku mau nanya hubungan Mas Aldo sama Mbak Paula sih.” Jawab Alana sembari menggigit bibir bawahnya. Seakan merasa tidak enak bertanya akan hal ini. “Hmm--- Aku cuma bingung aja. Kalian kan pacaran udah lama banget, Mas. Bahkan se

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 37 - Menikah

    Acara pernikahan di gelar di salah satu hotel yang berada di Jakarta. Alana memakai gaun berwarna cream dan Alan pun memakai Jas dan celana dengan warna yang sesuai dengan dress Alana.Pernikahan yang digelar oleh Alan dan Alana benar-benar terlihat mewah.Semua sudut ruangan di beri dekorasi yang benar-benar memadu padankan barang-barang mewah namun terkesan elegan.Semua rekan kerja Alan maupun Alana tampak menghadiri acara pernikahan mereka seperti Ezra, Farhan, Lita dan Sanjaya."Alanaaaa!!" Teriak Tasya yang ikut menghadiri pernikahan Alan dan Alana dengan seorang bayi yang sedang berada digendongannya dan juga suami Tasya yang berada di sampingnya."Hei, Sya. Thanks ya udah dateng." Ucap Alana sembari memeluk Tasya"Tasya, Alana." Lily pun terlihat menghampiri mereka di tempat pelaminan."Wah darimana aja lo? Suami lo mana?" Tanya Tasya ke Lily"Suami gue gak bisa dateng, dia keluar negeri urusin bis

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 36 - Pre-Wedding

    Satu bulan kemudian… Beberapa minggu lagi Alan dan Alana akan sah menjadi sepasang suami istri dimata hukum, negara, dan agama. Ya, Farhan sudah memberikan tahu pihak keluarga Alan dan Alana bahwa Alan sudah mulai bisa menghadapi kejadian trauma dan mengontrol pikiran-pikirannya ketika kejadian trauma itu kembali lagi dalam kehidupannya. Artinya pria itu sudah dinyatakan pulih oleh Farhan. Dengan hasilnya yang dinyatakan pulih, Alan pun bergegas untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Alana seperti yang sudah di janjikan sebelumnya. Saat ini pun mereka tengah sibuk mempersiapkan acara pernikahan dimulai dari design baju pengantin, diskusi bersama wedding organizer, bimbingan pranikah bersama Farhan, serta foto pre-wedding untuk mengabadikan momen indah Alan dan Alana. “Alan… Kalau dress model ini bagus, gak?” Tanya Alana yang tengah memakai gaun berwarna cream untuk pesta pernikahannya. Ya, saat ini

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 35 - Hello Again Jtown!

    Tok… tok… tok… Alana terbangun saat mendengar pintu apartemennya diketuk dari luar. Seketika dia pun berjalan dengan melas untuk membuka pintu dengan matanya yang masih menyipit. Cklek! Seketika Alana melihat bouquet bunga bertuliskan ‘Selamat datang di Jakarta, calon istriku yang cantik’ di depan pintu dengan Alan yang memegangnya. “Loh… udah kelar meeting-nya?” Tanya Alana dengan masih menyipitkan mata, kemudian dia pun kembali masuk ke dalam apartemen di ikuti oleh Alan dari belakang. “Sayang, ini udah jam tujuh malam.” “Ha? Serius?” Seketika Alana menoleh dan membelalakkan matanya kepada Alan. Alan pun hanya mengangguk sembari meletakkan bouqet bunga-nya di atas meja. “Wah tadi nyampe jam setengah dua siang langsung tidur gak bangun-bangun sampe sekarang.” Gumam Alana yang tengah membaringkan dirinya di atas sofa. Seketika Alana pun terduduk dan memegang perutnya “Sayang aku belu

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 34 - Kota Wisata

    Setelah Alan dan Alana menikmati sarapannya di atas perahu sampan sembari memandangi indahnya pemandangan Danau Laut Tawar, mereka pun diajak oleh Gifari dan Bella untuk mencoba wisata Arung Jeram yang letaknya berada di Jembatan Lukup Badak. Alan, Alana, Gifari, dan Bella pun saat ini tengah memakai peralatan lengkap untuk mencoba wahana arung jeram sembari pemandu memberikan instruksi untuk melakukan gerakan dan mendayung di atas perahu karet yang berwarna orange itu. Alan dan Alana terlihat sangat menikmati tantangan yang ada di sungai pesangan dengan arusnya yang deras. Selain itu mereka juga benar-benar terpukau dengan pemandangan berbeda-beda yang disuguhkan dari sekeliling sungai seperti persawahan dan kebun kopi. “Haaaa!!! Ada arus deraaass!!!” Teriak Alana panik akan tetapi dia tetap menikmatinya. “It’s okay, Al. Nanti kalo jatoh mah aman. Ada pelampung.” Teriak Bella bersemangat. “Kota Takengon keren banget, ya! Sun

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 33 - Takengon is Paradise

    Alan, Alana, Gifari, Bella serta beberapa teman Gifari memutuskan untuk barbeque-an di villa dari hasil tangkapan nelayan tadi. Ya, nelayan yang dilihat Alana di coffee shop. Saat mereka mendekat, Gifari pun meneriaki nelayan itu untuk membeli ikan-ikan yang mereka tangkap. Masih dengan suasana danau di malam hari dengan suhunya yang sangat dingin dua kali lipat dari sebelumnya. Gifari pun menghidupkan api unggun sembari Alan, Alana, dan Bella mempersiapkan makan malam. “It’s time for dinner, everyone!!!” Ucap Alana sembari menghidangkan makanan di sekeliling api unggun dengan tikar yang sudah di gelar disana. “By the way, yang ungu ini apaan, deh?” Tanya Alan penasaran saat Bella menghidangkan sejenis sambal akan tetapi warnanya berwarna ungu. “Oh itu… Kalo disini namanya ‘cecah terong anggur’. Bahannya dari terong belanda, dikasi sedikit cabe, garam, dan terasi. Habis itu di ulek deh. Nah makannya di bare

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 32 - Healing

    Beberapa minggu kemudian… Alan dan Alana tiba di Bandara Rembele (Aceh Tengah) pukul sembilan lewat beberapa menit. Suasana dingin yang disuguhkan oleh Kota itu membuat tubuh Alana menggigil. Bagaimana tidak, walaupun cuaca sangat cerah tetapi suhu yang ada di kota itu mencapai 13 derajat celcius. Alana terlihat sangat cantik memakai selendang yang dia pakaikan di kepalanya. Ya, kita semua tahu bahwa Aceh dijuluki dengan kota serambi mekkah, artinya masyarakat disana menganut budaya-budaya islam yang sangat kental seperti negara Arab. Sehingga pengunjung pun di wajibkan memakai selendang atau pun kerudung disana. “Alana… Jaket kamu kemana?” Tanya Alan yang tampak melihat Alana menggigil saat mereka tengah menunggu di tempat pengambilan bagasi. “Di koper, sayang. Berrrrr dingiiiinnnn!!!” Ucap Alana sembari memanyunkan bibirnya. “Haduhhh… Kenapa di taro disana? Aku kan udah kasi tahu kamu kalo kota ini dingin. Jadi harus pr

DMCA.com Protection Status