Suara bentakan Ariel keras, membuat Yuval, Malvia, dan Flora mengalihkan pandangan mereka pada sumber suara itu. Tampak senyuman di wajah Yuval terlukis melihat putrinya yang selalu membakang akhirnya sudah pulang.“Welcome home.” Yuval bangkit berdiri, dan hendak memeluk Ariel, namun dengan sigap Ariel menjauh dari ayahnya. Dokter cantik itu seolah tak sudi jika dipeluk oleh ayahnya.“Di mana Savannah!” sentak Ariel menatap tajam ayahnya. Kebencian dalam dirinya akan ayahnya semakin menumpuk. Ayahnya itu benar-benar iblis licik dan kejam.Yuval tersenyum sambil menyentuh tangan Ariel. “Tenanglah. Kau sudah datang ke sini. Aku tidak akan menjual adik Shawn itu.”Ariel menyentak kasar tangan ayahnya, dan melayangkan tatapan penuh kebencian pada ayahnya itu. “Lepaskan Savannah!”Yuval mengangkat bahunya tak acuh dan menyeringai sinis. “Maaf aku tidak bisa melepaskan Savannah sekarang. Aku akan melepaskan Savannah, jika kau dan Abel Black sudah menikah.”Tangan Ariel mengepal kuat. Matan
Keheningan membentang akibat keterkejutan yang timbul. Ariel yang duduk di samping Shawn membeku tak berkutik. Ya, wanita itu sama sekali tidak tahu tentang semua rencana ini. Tidak dia sangka kalau ternyata Shawn memiliki rencana segila ini.Flora dan Malvia begitu terkejut akan kalimat yang Shawn katakan. Flora sampai memegang tangan neneknya, akibat neneknya itu hampir jatuh pingsan. Tampak jelas Flora menahan diri untuk tidak meledakan amarahnya. Dia ingin sekali menjambak rambut Ariel, namun sayang ada Shawn di sana. Flora tidak bisa berkutik sama sekali. Yuval duduk di kursi dengan sorot mata tajam menatap Shawn. Saham yang dimilikinya di perusahaannya memang hanya tiga puluh persen. Dia sudah menjual sahamnya lima puluh persen pada Abel Black. Rencananya dia akan menguasai saham Abel Black setelah Ariel menikah dengan Abel. Akan tetapi, rencana Yuval DiLaurentis gagal total. Saham lima puluh persen telah dibeli secara paksa oleh Shawn Geovan. Sialnya saham itu ternyata dibel
Ariel memeriksa Savannah yang tak sadarkan diri. Dia menyuntikan obat ke tubuh Savannah, demi bisa membuat adik dari kekasihnya itu pulih. Savannah pingsan cukup lama akibat diberikan obat bius dengan dosis tinggi.Selama memeriksa keadaan Savannah, hati Ariel merasa sangatlah bersalah. Bagaimanapun, Savannah tidak bisa seperti ini, karena dirinya. Jika saja ayahnya tidak berbuat gila, maka Savannah tidak akan menjadi korban.“Bagaimana keadaan Savannah? Kapan Savannah bisa siuman?” Stanley yang pertama kali mencerca di kala Ariel baru saja selesai memeriksa Savannah.“Dalam waktu kurang dari tiga jam, Savannah akan siuman.” Ariel menjawab pelan, dan tersirat merasa bersalah.Shawn mendekat. “Tenanglah, Stanley. Savannah pasti akan segera siuman.”Stanley memejamkan mata singkat. “Jangan memintaku untuk tenang. Aku tidak akan pernah tenang, jika Savannah belum membuka matanya!”Shawn menepuk bahu Stanley. “Bukan hanya kau yang mencemaskan Savannah, aku juga mencemaskan Savannah. Mom d
Mata Savannah bergerak-gerak, menandakan sebentar lagi matanya akan siap terbuka. Pun jemarinya ikut bergerak. Dalam hitungan detik, mata Savannah mulai terbuka secara perlahan. Sontak, Stanley yang sejak tadi menunggu gadis cantik itu, nampak sangatlah terkejut.“Savannah? Kau sudah siuman? Savannah? Kau mendengarku, kan?” seru Stanley, seraya menangkup kedua pipi adiknya. Kecemasan menyelimuti. Dia khawatir terjadi sesuatu hal buruk pada adiknya itu.Tatapan Savannah menatap Stanley yang ada di depannya. “Kak?” panggilnya pelan, dan lemah.Mendengar suara Savannah, membuat Stanley berseru, “Ariel … Ariel!”Ariel dan Shawn masuk ke dalam kamar di kala mendengar suara teriakan Stanley. Tampak Ariel begitu sigap memeriksa Savannah di kala dia melihat Savannah sudah siuman. Shawn dan Stanley menatap serius Ariel yang sekarang memeriksa kondisi adik perempuan mereka.“Detak jantung normal. Denyut nadi normal.” Ariel menatap Savannah di kala wanita itu sudah selesai memeriksa Savannah. “A
Malam semakin larut. Shawn terlelap di samping Ariel sambil memeluknya. Hanya Shawn yang masih tertidur pulas. Tidak dengan dokter cantik itu. Ariel masih membuka mata, menatap hangat Shawn. Entah, dia merasa ada sesuatu yang aneh, hanya saja dia tak tahu apa yang membuatnya merasa ada yang tak beres. Ariel membawa tangannya menelusuri wajah Shawn dengan penuh kelembutan. Dalam keadaan apa pun, kekasihnya itu memiliki paras yang luar biasa tampan. Tidak memiliki celah kekurangan sedikit pun. Wajah tampan, rahang tegas, hidung mancung, bibir ranum—semua tentang Shawn memang sempurna.Ariel bersyukur memiliki Shawn. Bahkan sangat bersyukur. Dia selalu yakin bahwa Shawn tak mungkin menyembunyikan sesuatu darinya. Namun kali ini terasa sangat berbeda. Dia tidak bisa bertanya, karena Shawn selalu mengelak pertanyaan darinya.Ariel menghela napas dalam, berusaha untuk menenangkan pikiran yang mengusik dirinya. Dia memutuskan untuk membenamkan wajahnya di dada bidang Shawn—menyusul Shawn t
Sarapan berlangsung dengan penuh kehangatan. Savannah begitu riang memberi tahu Stella merindukan dua kakak laki-lakinya. Gadis itu sangat energic. Bahkan bisa dikatakan Savannah seolah memiliki banyak sekali energy, jika menceritakan sesuatu hal. Shawn dan Stanley nampak senang melihat adik mereka begitu bersemangat. Itu menandakan kejadian yang menimpa Savannah mampu dilupakan dalam sekejap.Penculikan tempo hari, tidak membuat Savannah menjadi lemah dan trauma. Gadis itu malah riang, gembira berkumpul dengan dua kakaknya. Kurang Steve—karena satu saudara kembar Shawn itu—tengah berada di luar negeri.“Kak Shawn, Kak Stanley, kalian jangan lupa telepon Mommy, okay? Mommy bilang dia sangat merindukan kalian. Kak Steve sedang berada di luar negeri. Mom bilang belakangan ini Kak Steve sangat sibuk. Jadi, kalian yang berada di sini, wajib untuk menghubungi Mom. Jika kalian lupa, Mommy akan sangat marah.” Savannah mengingatkan dua kakak laki-lakinya.Shawn mengangguk. “Setelah kita sarap
“Kak Stanley? Kau datang pagi sekali!” Savannah melompat memeluk kakak laki-lakinya nomor dua. Raut wajah gadis cantik itu sumiringah bahagia melihat Stanley sudah datang di pagi hari. Savannah masih menginap di penthouse Shawn, sedangkan Stanley memang sudah sejak kemarin pulang.Stanley menangkap tubuh Savannah. “Aku datang lebih pagi, karena ingin menjemputmu.”“Kau mau mengajak Savannah pergi?” Shawn mendekat, menghampiri Stanley.Stanley menurunkan tubuh Savannah. “Mom memintaku mengajak Savannah pulang ke rumah. Mom dan Dad sangat merindukan Savannah.”Savannah menatap Shawn. “Kak, ayo kita pulang ke rumah Mommy Daddy. Kau ajak Kak Ariel juga. Pasti mereka senang jika kau datang bersama Kak Ariel.”Shawn mengusap-usap rambut Savannah. “Hari ini aku memiliki meeting di luar. Aku akan mengatur waktu mengajak Ariel bertemu Mom dan Dad.”Bibir Savannah menekuk dalam. “Kak, kenapa kau selalu sibuk?”“Savannah, kebetulan hari ini juga sibuk di rumah sakit. Aku janji akan mengatur wakt
Tubuh Ariel terguncang akibat keterkejutannya mendengar semua perkataan Rose. Matanya memerah, menahan mati-matian air mata yang nyaris jatuh membasahi pipinya. Berkali-kali dia berusaha untuk menenangkan diri. Akan tetapi, semua tidaklah mudah. Kata-kata itu bagaikan pisau belati yang menancap jantungnya. Racun? Shawn terkena racun? Bagaimana bisa? Kenapa Shawn tidak bilang sama sekali padanya? Sungguh! Ariel tidak pernah tahu apa pun. Kekasihnya itu tidak bilang padanya, tentang kesulitan yang telah dialami kekasihnya itu.“Ariel, are you okay?” Rose menatap Ariel dengan tatapan penuh rasa khawatir.Ariel berusaha berdiri tegak tanpa bantuan Rose. “I’m okay, Rose. Thanks.”Rose merasa ada yang aneh dari Ariel. “Kau membutuhkan bantuan, Ariel?”Ariel menatap dalam dan penuh permohonan pada Rose. “Untuk sekarang, kau sudah sangat membantuku. Tapi mungkin aku akan meminta bantuanmu lagi, Rose.”Rose mengangguk sambil menepuk pelan bahu Ariel. “Kapan pun, kau bisa meminta bantuan pad
Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimatan Timur. Hal yang paling Ariel sukai adalah Indonesia kaya akan budaya alam, yang menakjubkan. Shawn mengajak Ariel ke sebuah pengalaman baru yang seumur hidupnya, tidak pernah Ariel temukan. Suasana hangat alam yang berbeda jauh dari negara-negara di benua Amerika ataupun Eropa—sangatlah indah di mata Ariel.Ariel tidak menyangka, di balik sosok Shawn yang terkenal sangat kaya, ternyata menyimpan jutaan kesederhanaan. Seperti contohnya ini. Tidak pernah sekalipun Ariel sangka bahwa Shawn bisa makan di rumah makan sederhana. Shawn selalu menuruti keinginan Ariel. Apa pun asalkan Ariel bahagia, pastinya pria itu akan menurutinya.Cinta di level yang sama, sangatlah jarang terjadi. Kebanyakan orang selalu tak imbang. Di era zaman sekarang, yang kerap mencintai lebih banyak adalah wanita, bukan sang pria. Namun, kali ini berbeda jauh. Ariel begitu beruntung memiliki Shawn yang mencintainya dengan cara luar biasa.Dua insan saling mencintai itu bagaikan
Beberapa bulan berlalu … Suara tangis bayi memecahkan ketegangan di ruang bersalin. Tangis bayi laki-laki itu bersamaan dengan air mata menetes dari kedua orang tuanya. Ya, Ariel dan Shawn sama-sama meneteskan air mata di kala putra ketiga mereka telah lahir kedua. Kontraksi yang cukup lama, dan membuat Ariel kesakitan hebat berjam-jam.Akhirnya semua itu terbayar dengan anak ketiga mereka lahir sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Kehamilan kali ini, Ariel mengalami kontraksi lebih lama. Bahkan Shawn sempat memaksa Ariel untuk melahirkan operasi sesar, tapi sayangnya Ariel menolak. Dokter cantik itu tetap berjuang untuk bisa melahirkan secara normal.Ariel dan Shawn saling melemparkan tatapan penuh cinta. Tatapan yang menunjukkan betapa mereka sangatlah bahagia. Sang dokter menyerahkan bayi laki-laki tampan itu ke dada Ariel.“Sayang, anak kita sudah lahir,” bisik Ariel pelan dengan air mata tak henti berlinang.Shawn mengecup lembut kening sang istri dan putranya. “Terima kasih kau
Ariel dan Shawn menatap hangat Stoner dan Ariana yang sudah tertidur pulas. Sepulang dari resepsi pernikahan Harmony, memang Stoner dan Ariana sudah terlelap. Sampai di rumah, Shawn hanya tinggal membaringkan tubuh Stoner dan Ariana di ranjang.“Stoner dan Ariana sudah tidur. Waktunya kita tidur,” ucap Shawn pelan—dan direspon anggukkan di kepala Ariel.Shawn memeluk pinggang sang istri, meninggalkan kamar anak mereka, menuju ke kamar mereka. Shawn dan Ariel selalu memiliki kebiasaan yaitu memastikan anak mereka tidur nyaman. Tidak lupa empat pengasuh diwajibkan berjaga anak mereka secara bergantian.Di kamar, Ariel berbaring di ranjang bersama dengan sang suami tercinta. Tampak jelas raut wajah Ariel menyimpan sesuatu. Seperti ada yang ingin dibicarakan oleh Ariel.“Kenapa kau belum tidur, hm?” Shawn membelai lembut pipi Ariel.Ariel menatap hangat Shawn. “Kau lupa dengan permintaanku ingin melahirkan di Indonesia?” tanyanya pelan.Ariel tidak akan mungkin lupa dengan permintaannya,
Hari pernikahan Harmony telah tiba. Seluruh keluarga Geovan diundang dipernikahan Harmony. Perancang busana yang dipilih adalah Stella—ibu kandung Shawn. Merupakan sebuah kebanggaan bisa memakai gaun pengantin rancangan Stella—yang merupakan seorang perancang busana yang handal.Harmony bahkan mendapatkan gaun pengantin indah secara gratis. Wajar saja, karena Harmony merupakan sahabat baik Ariel. Bukan hanya gaun pengantin gratis, tapi hotel yang dipilih Harmony pun gratis. Kebetulan hotel yang dipilih Harmony adalah hotel milik keluarga Geovan.Ariel yang merupakan bridesmaid, turut ikut membantu dalam persiapan pernikahan Harmony dengan kekasihnya. Namun, tentunya Shawn tidak memberikan izin pada Ariel untuk terlalu sibuk. Shawn mengutus sekretarisnya untuk membantu sang istri. “Shawn, sepertinya aku tidak cocok memakai gaun ini. Lihatlah aku terlihat gemuk.” Ariel mengadu pada Shawn, di kala sudah selesai mengenakan gaun indah khusus menghadiri pernikahan Harmony.Senyuman di waj
“Ariel, aku akan pulang malam. Nanti sopir ibuku akan menjemput Stoner dan Ariana. Ibuku dan ayahku merindukan Stoner dan Ariana. Kau istirahatlah duluan, jangan menungguku.” Shawn membenarkan dasi, bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.Ariel mendekat menghampiri Shawn, membantu membenarkan dasi sang suami. “Sayang, kau belum menjawab permintaanku yang kemarin.”Ariel semalaman tidak tidur nyenyak, akibat permintaannya pada Shawn tidak dikabulkan. Dia ingin melahirkan di Indonesia, tapi belum mendapatkan jawaban dari sang suami tercinta.Shawn mengecup bibir Ariel. “Aku sedang tidak ingin berdebat. Aku berangkat dulu ke kantor. Hari ini aku memiliki meeting. I love you.” Pria tampan itu langsung melangkah pergi meninggalkan Ariel—tanpa menunggu balasan dari sang istri.Ariel menghela napas dalam melihat Shawn yang sudah pergi meninggalkannya. “I love you too, Shawn,” jawabnya, tapi sang suami sudah pergi.“Nyonya…” Seorang pelayan mengetuk pintu.Ariel mempersilakan pelayan itu untu
Satu tahun berlalu … “Stoner, Ariana, jangan main pisau. Ya Tuhan, nanti tangan kalian terkena pisau, Nak. Aduh, kalau Daddy kalian tahu kalian terluka sedikit saja, dia akan mengomel tujuh hari tujuh malam.” Ariel mengambil pisau yang ada di tangan Stoner dan Ariana dengan hati-hati. Buah hatinya dengan Shawn itu sudah bisa berjalan, itu yang membuat Stoner dan Ariana sangat lincah ke sana kemari. Empat pengasuh saja dibuat pusing akibat tingkah Stoner dan Ariana.“Nyonya, maafkan kami.” Empat pengasuh itu menundukkan kepala seraya mengambil pisau di tangan Ariel. Mereka sangat ceroboh di kala tengah menjaga Stoner dan juga Ariana. Ariel ingin memarahi empat pengasuh itu. Akan tetapi, dia memilih untuk bersabar. Pun dia mengerti bagaimana lincahnya bayi kembarnya itu. Jadi wajar jika sampai pengasuh dibuat pusing.“Lain kali hati-hati dalam menjaga Stoner dan Ariana. Suamiku akan sangat marah jika sampai Stoner dan Ariana terluka. Kalian tahu itu, kan?” tegur Ariel mengingatkan emp
Ariel menunggu Shawn kembali pulang. Sudah dua hari Shawn melakukan perjalanan bisnis ke Chicago. Usia Stoner dan Ariana kini sudah empat bulan. Itu yang membuat Shawn bisa meninggalkan istri dan anak kembarnya.“Shawn kapan pulang, ya?” gumam Ariel pelan dengan bibir sedikit menekuk.Ariel sangat merindukan Shawn. Tidur sendiri tanpa sang suami, membuat Ariel benar-benar merasakan ketidaknyamanan. Ariel terbiasa memeluk erat Shawn. Pun dia terbiasa dengan tidur dalam pelukan Shawn. Sekarang membuatnya sangatlah tersiksa.Suara dering ponsel berbunyi. Ariel segera mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor sang suami di layar—tengah melakukan video call. Tampak senyuman di wajah Ariel terlukis. Detik itu juga, Ariel menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Sayang?” panggil Ariel kala panggilan terhubung. Dia tersenyum melihat sang suami yang begitu tampan berada di kamera.“Sayang, di mana Stoner dan Ariana? Mereka baik-baik
“Oh, My God! Kau memintaku untuk berkencan lagi? Bisa kau bayangkan bulan ini aku sudah berkencan lebih dari lima belas pria. Hasilnya sama! Tidak ada yang bagus!” sembur Mika emosi pada sang asisten yang memintanya untuk berkencan lagi. Sudah lima belas kali dia berkencan, dan hasilnya nihil. Tidak ada yang Mika sukai.Sang asisten menggaruk tengkuk lehernya tidak gatal. “Nona, perintah kakek Anda sudah sangat jelas. Beliau meminta Anda terus berkencan sampai Anda menemukan yang cocok.” Sang asisten terlihat jelas menunjukkan rasa panik dan khawatir. Pasalnya dia pun mendapatkan ancaman jika sampai Mika tak mau lagi berkencan. Ancaman tak main-main dari kakek bosnya—membuatnya sakit kepala.Mika mengembuskan napas kasar. “Lima belas pria yang aku temui, mereka tidak benar-benar ingin berkencan denganku. Mereka fokus ingin menjalin kerja sama dengan kakekku dan ayahku. Mendekatiku hanya bagaikan aku ini jembatan mereka. Aku tidak bodoh! Aku tidak mudah dikelabui!”Mika menenggak wine
Ariel telah dipindahkan ke ruang VVIP. Keluarga Geovan dan keluarga DiLaurentis telah berkumpul. Stella menggendong bayi laki-laki, dan Yuval menggendong bayi perempuan dengan hati-hati dibantu oleh Malvia. Tampak jelas kebahagiaan begitu terlihat sangatlah pada semua orang.“Sayang, lihatlah cucu kita mirip sekali seperti Shawn bayi,” ucap Stella pada Sean.Sean mengecup cucu laki-lakinya. “Aku tidak menyangka waktu akan secepat ini. Putra kecil kita sudah menjadi seorang ayah.”Stella tersenyum merespon ucapan Sean. “Kau benar, Sayang. Aku juga tidak pernah menyangka waktu berjalan dengan cepat.”“Selamat, Ariel.” Harmony, Nicole, Joice, dan Mika memeluk Ariel bergantian. Pun Savannah bersama Flora memeluk Ariel bergantian. Mereka semua mengucapkan selamat atas kelahiran anak Shawn dan Ariel.Stanley, Steve, Marcel, dan Oliver pun mengucapkan selamat pada Shawn dan Ariel.“Siapa nama anakmu, Shawn?” tanya William tak sabar.“Iya, siapa nama anakmu, Shawn?” sambung Yuval yang juga ta