“Tuan Kaya, aku terlambat! Aaaaaaa!” Ariel memekik terkejut melihat jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi. Dia bangun kesiangan! Harusnya dia bangun pada pukul enam pagi, tapi sialnya malah dia bangun pukul delapan pagi.Shawn yang ada di samping Ariel terbangun sambil memegang telinganya. “Ariel, kau pagi-pagi sudah seperti orang utan berteriakan!” tukasnya kesal. Ariel panik. “Tuan kaya, aku memiliki jadwal operasi jam sebelas nanti. Astaga! Harusnya aku sudah ada di rumah sakit jam sembilan. Tapi malah aku baru bangun sekarang. Ini semua karenamu!”Sebelah alis Shawn terangkat. “Kenapa kau bilang ini karenaku? Tadi malam kan kau yang tidak tahan.”Ariel menepuk lengan kekar Shawn. “Tapi kau yang mulai. Harusnya tadi malam kita menonton film horror! Kau yang lebih dulu menyerangku, Tuan Kaya.”Ariel tidak mau disalahkan. Yang pertama kali menyerangnya adalah Shawn. Jika bukan karena Shawn menyerang, maka tidak akan mungkin terjadi malam panas seperti tadi malam.Shawn menarik
Sepasang iris mata Shawn berkilat tajam, membendung rasa marah tertahan. Sorot matanya terhunus tajam. Rahangnya mengetat. Tangannya mengepal begitu kuat. Perasaan marah dalam diri Shawn melebur menjadi satu dengan rasa tersingung.Napas Shawn memburu. Aura kemarahan di wajahnya menunjukkan seperti singa hutan yang murka. Akan tetapi, dia berusaha keras untuk tidak meledakan kemarahan dalam dirinya.“Berani sekali kau meminta seperti itu padaku.” Nada bicara Shawn terdengar menunjukkan geraman kemarahan tak tertahan.“Permintaanku mudah, bukan? Kau cukup menjauhi Ariel DiLaurentis, maka project besar ini menjadi milikmu. Usiamu masih sangat muda. Aku yakin kau pun bisa mencari wanita lain untuk menemanimu.” Abel membalas ucapan Shawn dingin, dan penuh tuntutan. Tatapannya tanpa rasa takut menatap Shawn tajam.Shawn terenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Abel. “Kau pikir project ini akan membuatku miskin? Tuan Black, kau sama sekali tidak mengenalku sepertinya.”Abel meletakan gel
Shawn mengajak Ariel di salah satu restoran mewah yang ada di Brooklyn. Restoran itu tidak terlalu ramai akan pengunjung. Hanya beberapa pengunjung yang datang. Yang lain berpakaian terlalu mewah dan berlebihan. Hanya Shawn dan Ariel yang terbilang memakai pakaian yang santai.Namun, meskipun pakaian santai, tetap saja Shawn dan Ariel nampak sangat tampan dan cantik. Pakaian santai atau sederhana, akan tetap terlihat mewah jika Shawn dan Ariel yang memakainya.Menu makanan special dari restoran tersebut sudah ada di hadapan Shawn dan Ariel. Mereka mulai menikmati makanan yang terhidang, yang ada di hadapan mereka. Tampak Ariel sedikit lahap, namun tidak dengan Shawn.“Shawn, apa makanannya tidak enak?” tanya Ariel merasa ada yang aneh. Dia kini menyadari ada sesuatu hal yang mengusik pikiran Shawn.Shawn mengembuskan napas panjang. “Tadi aku meeting.”Ariel mengangguk. “Apa meeting-mu membuatmu sangat lelah?”“Tidak.”“Lalu?”“Meeting-ku membuatku sangat emosi. Aku hampir membunuh rek
“Oh, My God. Jadi pasien cantik yang dicopet waktu itu Nicole Maxton, mantan kekasih Shawn? Pantas saja aku tidak asing dengan wajahnya. Aku seperti pernah melihat. Ternyata dia istri dari pengacara kondang dari London.”Harmony terkekeh mendengar cerita Ariel. Rupanya Nicole yang menjadi pasien Ariel tempo hari adalah mantan kekasih Shawn. Dia sama sekali tidak sadar. Pantas saja dia seperti tak asing melihat wajah pasien Ariel tempo hari.Ariel menyesap kopi susunya. “Iya. Aku sempat salah paham. Tapi semua sudah baik-baik saja. Aku lihat Nicole adalah orang baik. Sangat jahat jika aku berpikiran buruk pada Nicole.”Harmony tersenyum lembut. “Kau tidak usah khawatir, Ariel. Aku pernah membaca berita tentang Nicole dan suaminya. Mereka saling mencintai. Hubungan mereka juga harmonis. Tidak perlu ada yang kau takutkan. Lagi pula, hubungan antara Shawn, dengan sepupunya dan juga Nicole sangat baik.” Ariel meletakan cangkir di tangannya ke atas meja. “Kau sepertinya sangat tahu tentan
“Nicole, bagaimana keadaan tanganmu? Apa sudah membaik?” Ariel bertanya sambil melihat Nicole yang tengah fokus mengemudikan mobil. Dia cukup memuji Nicole yang sudah mengemudikan mobil. Padahal dia yakin luka di tangan Nicole belum sepenuhnya pulih.Nicole tersenyum sambil melirik Ariel. “Obat yang kau resepkan sangat bagus. Lukaku cepat kering. Sudah membaik. Lihat saja sekarang aku sudah bisa mengemudikan mobil lagi.”“Jangan terlalu sering mengemudi. Kau bisa pakai sopir saja. Biarkan luka di tanganmu memulih total, baru kau mengemudi lagi.”“It’s okay, Ariel. Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengingatkanku.”“Ngomong-ngomong, kenapa kau lewat sini, Nicole? Apakah ini kebetulan bertemu denganku? Atau memang kau ingin pergi ke kafe yang ingin aku datangi?” Ariel penasaran sejak tadi.“Oh, itu. Aku memiliki janji bertemu suamiku yang sedang meeting.”“Suamimu ada di New York?”“Ya, tadi pagi baru saja datang. Aku lewat Orlando Hospital, karena sedang mencari kafe yang tepat un
“Nicole?” Ariel menghampiri Nicole yang menghampiri mobil penabrak itu. Tampak jelas wajah Ariel cemas seolah menunjukan tanda bahaya. Kaca mobil gelap. Tunggu! Mata Ariel menangkap di balik kaca gelap itu—dia melihat dua pria berkepala botak di dalam mobil. Ingatan Ariel mengingat wujud bentuk anak buah ayahnya yang dulu pernah mengejarnya.Ariel terkejut mengingat tentang kejadian masa lalu. Detik itu juga, dia menarik tubuh Nicole untuk menjauh dari mobil. Kepanikan dan rasa takut melanda dirinya. Tangannya keringat dingin. Mata dan bibirnya bergetar akibat rasa takut itu.“Ariel, aku ingin lihat orang itu dulu.” Nicole berkata lembut.Ariel menggeleng tegas, menarik jauh Nicole. “N-Nicole j-jangan! K-kita pergi dari sini saja!” serunya dengan rasa panik dan takut.Nicole bingung melihat ketakutan di wajah Ariel. Dia bahkan merasakan tangan Ariel berkeringat dingin, dan bergetar. Lalu, tiba-tiba dua orang pria berbadan besar dan berkepala botak turun dari mobil.Wajah Ariel semakin
Shawn tak mengizinkan Ariel untuk pulang ke apartemennya. Setelah kejadian tadi, dia membawa Ariel ke penthouse-nya. Untungnya, di penthouse Shawn ada pakaian Ariel. Tentu semua itu karena Shawn telah mempersiapkan pakaian, tas, sepatu untuk sang kekasih. Dia sengaja melakukan ini, agar jika sang kekasih menginap di penthouse-nya, tidak perlu lagi kesulitan, karena Shawn telah menyiapkan kebutuhannya.Makan malam di luar telah batal, akibat kejadian tadi. Shawn meminta pelayan untuk menyiapkan makanan lezat. Tentu para pelayan sigap menuruti keinginan Shawn. Dalam waktu kurang dari satu jam, makanan lezat sudah terhidang di hadapan Shawn dan juga Ariel.“Makanlah. Kau belum makan. Nanti kau sakit.” Shawn dengan sabar menyuapi Ariel, meminta kekasihnya itu untuk makan. Dia tidak mau sampai kekasihnya sakit.Ariel menggelengkan kepalanya. “Aku tidak lapar Shawn.”Kejadian yang menimpanya tadi, membuat perutnya tidak lagi merasakan lapar. Padahal sebelumnya, dia sudah cukup lapar. Dia be
Ariel merentangkan kedua tangannya di kala dia baru saja terbangun. Dia merasa tidurnya sangatlah pulas. Bangun langsung segar seakan memiliki energy baru. Wanita itu mengerjapkan mata beberapa kali—lalu mengalihkan pandangannya ke jam dinding—waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi.Seketika mata Ariel melebar terkejut melihat jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. “Astaga! Apa jamnya tidak salah?” serunya seraya mengambil ponselnya yang ada di nakas—melihat benar bahwa sekarang sudah pukul sepuluh pagi.Ariel panik luar biasa. Dia tak menyangka kalau akan bangun sampai sesiang ini. Biasanya dia bangun pada pukul enam pagi, atau tujuh pagi. Tapi kenapa malah dirinya tidur sampai kelewatan seperti ini?“Ah, Ariel! Kau bodoh sekali.” Ariel menepuk keningnya, kesal pada diri sendiri. Untungnya, hari ini dia tak memiliki jadwal operasi. Jika saja ada, maka habislah dia. Tentu dia tak enak pada dokter lain. Pasti staff di Orlando Hospital, berpikir Ariel memanfaatkan keadaan yang ada. “Kau sud