*Kepada seluruh staff Orlando Hospital. Demi meningkatkan kinerja yang baik dan professional, maka dengan ini management memberikan keputusan mutlak yaitu seluruh staff dilarang menjalin hubungan dengan pasien ataupun keluarga pasien. Aturan yang dibuat adalah wajib untuk dipatuhi. Jika ada yang melanggar aturan yang telah dibuat, maka akan diberhentikan secara tidak hormat dari Orlando Hospital. Management Orlando Hospital.* Bibir dan mata Ariel melebar di kala dia mendapatkan email masuk dari management Orlando Hospital. Berkali-kali dia memastikan bahwa apa yang dia lihat ini adalah salah, tapi sayangnya dia tidak sama sekali salah. Apa yang dia lihat adalah pemberitahuan aturan terbaru dari Orlando Hospital.Otak Ariel tiba-tiba saja stuck, akibat dilanda kebingungan akan aturan ajaib itu. Dia sama sekali tidak menyangka kalau yang diucapkan Shawn benar-benar menjadi aturan terbaru dari Orlado Hospital.Tapi apa tujuan pria kaya itu memberikan aturan terbaru? Apa Shawn benar-be
“Berengsek!” Flora tak henti mengumpat kasar, menahan amarah yang membakarnya. Emosinya terpancing mengingat bagaimana Shawn membela Ariel mati-matian. Dia membenci fakta di mana ternyata Shawn mengenal Ariel.Flora menyugarkan rambut kasar. Dia mondar-mandir tidak jelas. Berbagai umpatan dan makian lolos dalam hatinya. Hatinya tidak puas. Dia ingin mempermalukan Ariel di depan muka umum, tapi alih-alih berhasil malah dia yang diusir oleh Shawn dengan cara keji.Flora tidak terima. Dia yakin Shawn membela Ariel, karena mengira yang baik adalah Ariel. Padahal sudah jelas bahwa Ariel adalah anak seorang pelacur. Dia yakin pasti akal licik Ariel yang membuat akhirnya berhasil menghasut seorang Shawn Geovan.“Sayang? Cucu Grandma kenapa memasang wajah seperti itu?” Malvia—nenek kandung Flora—menghampiri Flora. Dia menatap cucunya yang nampak marah. Dia khawatir kalau cucu kesayangannya memiliki masalah.Flora menatap neneknya dengan tatapan penuh beban masalah. “Grandma, anak haram itu me
Suara bentakan keras membuat Ariel tersentak terkejut. Dua pria berbadan besar masih memegang kedua tangannya dengan erat dan keras. Pergelangan tangan wanita itu sampai memerah akibat cengkraman kuat tangan dua pria berbadan besar itu. Ariel mengalihkan pandangannya menatap sosok pria tampan yang muncul di hadapannya. Aura wajah tegas dan penuh wibawa begitu menonjol nyata. Kemarahan membentang di kala melihat dua pria berbadan besar itu mencengkram kuat pergelangan tangan Ariel.“S-Shawn?” Ya, Ariel sama sekali tidak menyangka kalau yang ada di hadapannya adalah Shawn. Otaknya bertanya-tanya dari mana Shawn muncul? Yang dia tahu pria itu sudah pulang cepat. Tapi kenapa malah sekarang ada di hadapannya? “Siapa kau!” Salah satu pria berbadan besar itu menatap tajam Shawn.Shawn melangkah mendekat, dengan sorot mata bengis. “Pergi dari sini!” serunya penuh peringatan yang tak main-main.Dua pria berbadan besar itu emosi. “Berani sekali kau mengganggu pekerjaan kami!”“Jika kau ingin
Ariel terbangun di tengah malam. Wanita itu mengendarkan pandangannya ke sekitar—melihat dirinya berada di kamar tamu penthouse milik Shawn. Lagi dan lagi, dia menginap di penthouse milik pria kaya itu.Ariel menghela napas dalam, mengingat tentang apa yang terjadi di antara dirinya dengan Shawn. Sungguh, itu sangat amat menyebalkan. Dia membenci kondisi di mana tubuhnya merespon sentuhan Shawn.Ariel memejamkan mata. Rasa kantuk sudah hilang. Dia menyibak selimut, memutuskan turun dari ranjang, dan melangkah keluar dari kamar. Otaknya sedang buntu. Berjalan-jalan adalah pilihan yang terbaik. Ariel hendak ingin ke ruang tengah, tapi langkahnya terhenti melihat kamar Shawn terbuka setengah. Dia ragu untuk masuk. Namun, hatinya mendesaknya untuk masuk ke dalam kamar pria kaya itu. Ariel melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Shawn. Dia ingin melihat secara langsung, apa yang dilakukan oleh Shawn. Berikutnya, wanita itu masuk ke dalam kamar Shawn—dan menatap kamar pria itu kosong.
Shawn sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Pikiran pria itu sangatlah kacau tak menentu. Rasa amarah dalam diri, membuatnya merasa benar-benar tidaklah nyaman. Dia kacau bahkan sangat kacau.Shawn membenci kondisi di mana pikirannya seperti ini hanya karena seorang wanita. Seumur hidup, dia belum pernah merasakan sekacau ini. Bahkan bisa dikatakan, hanya Ariel—yang berhasil masuk mengacaukan pikirannya.Shawn menenggak vodka di tangannya hingga tandas. Beberapa kali pria itu memejamkan mata, dan mengembuskan napas kasar. Hal yang paling dia benci adalah seperti ini. Hal-hal yang tak bisa dia kendalikan merupakan sesuatu yang sangat pria itu benci.Shawn meletakan gelas vodka di tangannya ke atas meja. Pria itu melangkah keluar dari ruang kerjanya menuju kamarnya. Terakhir dia meminta Ariel untuk tidur di kamarnya. Dia yakin pasti Ariel sudah tidur sekarang. Karena Shawn telah meninggalkan Ariel di kamar sendirian hampir sekitar dua jam. Kata-kata Ariel yang mengatakan akan kal
Stella berdecak kesal karena Shawn belum juga muncul. Wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu sudah cukup lama, menunggu putranya. Tapi malah putranya itu belum juga datang.“Nyonya, silakan diminum minuman Anda.” Pelayan menghindangkan orange juice ke hadapan Stella.Stella menghela napas dalam. “Di mana putraku? Lalu yang kau bilang ada tamu itu siapa? Kenapa sampai detik ini tidak ada yang muncul?” tanyanya menahan rasa kesal. Semua orang di dunia ini pun pasti akan kesal, kalau menunggu lama.Sang pelayan menunduk. “N-Nyonya, sepertinya Tuan Shawn sedang mandi. Mohon ditunggu. Pasti sebentar lagi beliau akan muncul.” “Aku di sini.” Shawn muncul bersama dengan Ariel yang berada di sampingnya. Dokter cantik itu menunduk tak berani menatap Stella.“Tuan…” Pelayan menyapa Shawn dengan sopan. Shawn menggerakkan kepalanya, memberi isyarat pada pelayan untuk pergi meninggalkannya. Tentu pelayan itu segera pamit undur diri dari hadapan Shawn, Ariel, dan Stella.“Oh, My Son. Kau
“Tuan, lingkungan sekitar apartemen Nona Ariel DiLaurentis aman. Tidak ada hal yang harus dicemaskan. Penjagaan di apartemen Nona Ariel DiLaurentis cukup ketat. Meski apartemen Nona DiLaurentis merupakan apartemen sederhana, tapi keamanannya terjaga dengan baik.”Jan melaporkan pada Shawn tentang keamanan di apartemen Ariel DiLaurentis. Sebelumnya dia mendapatkan perintah dari Tuannya, untuk memastikan kondisi apartemen Ariel.Shawn menatap Jan yang berdiri di hadapannya dengan tatapan tegas. “Kau sudah menemukan tentang dua pria yang ingin menculik Ariel?” Jan mengangguk. “Sudah, Tuan. Mereka hanya dua preman Imigran yang berada di sekitar sana. Tapi, sekarang dua preman itu tidak lagi terlihat.”“Kau yakin tidak ada orang yang menyuruh dua preman itu?”“Hm, Tuan. Untuk hal itu saya tidak bisa memastikan. Dua preman itu sudah tidak ada. Yang bisa saya pastikan adalah Nona Ariel DiLaurentis sekarang sudah aman.”Shawn terdiam mendengar apa yang Jan katakan. Sepasang iris mata pria it
Ariel duduk di kursi kerja dengan wajah yang melamun, menunjukkan seperti ada sesuatu yang mengusik ketenangan jiwanya. Sepasang iris mata cokelat terang Ariel menatap lurus ke depan dengan pikiran menerawang jauh.“Dokter Ariel!” Perawat tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja Ariel.Ariel mengalihkan pandangannya, menatap perawat yang tiba-tiba masuk. “Ya? Ada apa?”“Dokter, jantung pasien Anda yang di ruang ICU melemah,” seru perawat panik dan sontak membuat Ariel terkejut.Ariel langsung menyambar stetoskop yang ada di atas meja, dan berlari cepat meninggalkan ruang kerjanya, menuju ke ruang ICU yang dimaksud oleh perawat. Tampak jelas raut wajah Ariel begitu panik.“Dokter Ariel…” Seorang pria tampan membawa bunga, memanggil Ariel yang sedang berlari-lari menuju ruang ICU.Ariel menatap pria tampan asing yang sama sekali tak dia kenali. “Tuan, maaf, aku harus memeriksa pasienku. Aku terburu-buru. Maaf.” Ariel kembali berlari meninggalkan pria tampan itu yang masih bergeming di tempa