Bohong rasanya jika lutut Ariel tak lemas di kala memasuki ballroom hotel. Dia sangat gugup. Jantungnya berdebar tak karuan—seakan ingin lompat dari tempatnya. Perasaan campur aduk semakin membuat Ariel menjadi gugup.Alunan musik mengiringi pengantin wanita yang memasuki ballroom hotel mewah yang ada di New York. Ariel didampingi ayahnya memasuki sebuah ballroom hotel. Tampak para tamu undangan tak lepas menatap penampilan Ariel yang begitu cantik dan anggun—layaknya seorang putri raja.Kilat kamera terus terarah pada Ariel yang baru saja memasuki ballroom hotel. Seluruh keluarga tersenyum haru bahagia melihat Ariel yang hari itu terlihat seperti seorang princess. Kebahagiaan menyelimuti hotel megah yang menjadi tempat di mana Ariel dan Shawn melangsungkan pernikahan.Pernikahan Ariel dan Shawn diadakan secara sangat mewah. Ribuan tamu yang datang dari berbagai kalangan. Mulai dari artis ternama, model ternama, hingga pengusaha-pengusaha ternama yang hadir di pernikahan mereka.Shawn
Aroma vanilla bercampur dengan Jasmine menyeruak ke indra penciuman Ariel dan Shawn, di kala memasuki kamar pengantin mereka. Di ranjang bertaburan bunga mawar dengan gambar love. Kamar yang dipesan khusus untuk malam pertama Ariel dan Shawn.“Kau ingin mandi?” Shawn memeluk Ariel dari belakang, dan menciumi tengkuk leher wanita itu.Ariel membalikkan tubuhnya, menatap Shawn sambil melingkarkan tangannya di leher sang suami. “Aku ingin mandi, tapi aku lebih suka mandi bersamamu.”Shawn mencubit hidung Ariel. “Naughty girl.”Ariel tersenyum sambil membalikkan badannya, memunggungi sang suami. “Sayang, tolong bukakan pengait gaunku.”Shawn menurut, dia membuka pengait gaun Ariel. Tatapan pria itu terpaku akan punggung mulus dan indah sang istri. Dia membelai lembut sambil berbisik serak, “Masuklah duluan ke kamar mandi. Aku akan menyusulmu.”Ariel berjinjit dan mengecup bibir sang suami. “Aku menunggumu, Sayang.”Shawn tersenyum melihat Ariel yang sekarang menjadi nakal.Di kamar mandi,
Jakarta, Indonesia. Perjalanan panjang New York ke Jakarta, akhirnya Ariel dan Shawn tiba di sebuah negaara yang terkenal beriklim tropis. Kota pertama yang didatangi Ariel dan Shawn adalah Jakarta—ibu kota negara Indonesia. Hari itu Kebetulan mereka mendatangi kota Jakarta yang sedang bermusimkan panas. Sinar matahari terik, tapi mereka tetap menyukai itu. “Shawn, nanti kita tinggal di hotel atau tinggal di rumah keluargamu?” tanya Ariel seraya menatap Shawn. Sebelumnya, Ariel tahu bahwa keluarga Shawn memiliki rumah di Jakarta.“Di rumah keluargaku saja. Rumah itu hanya ada pelayan dan penjaga,” jawab Shawn sambil membelai lembut pipi Ariel. Dia bersyukur selama perjalanan panjang New York ke Jakarta—Ariel selalu tidur dan tidak maul. Setidaknya tak membuat cemas dalam dirinya.Ariel mengangguk. “Apa jauh dari sini?”“Tidak. Nama tempatnya Pondok Indah.”“Hm, Shawn?”“Ya?” Shawn membelai pipi Ariel.“Boleh tidak kita ke panti asuhan yang dimaksud Mommy Stella?” pinta Ariel yang s
Bulan madu romantis di negara beriklim tropis adalah hal yang sejak dulu tak pernah Ariel sangka. Dokter cantik itu seolah berada di dalam lautan mimpi. Dia menikah dengan pangeran kaya dan tampan, yang menuruti segala keinginannya. Itu adalah idaman kaum hawa yang ada di muka bumi ini.Ariel seperti Cinderella yang berada di negeri dongeng. Kehidupan silamnya dipenuhi lika-liku bahkan luka yang mendalam. Namun, sekarang hanya tinggal sebuah kebahagiaan. Ariel tahu bahwa Shawn akan membahagiakannya dengan cara yang luar biasa.“Kau suka Jakarta?” tanya Shawn seraya menatap Ariel yang duduk di sampingnya. Pria itu memilih untuk mengemudikan sendiri mobil, tanpa sopir. Dulu sewaktu masih sekolah, dia sangat sering ke Jakarta, jadi jalanan masih pria itu hafal.Ariel mengangguk sambil tersenyum. “Suka sekali. Aku suka suasana Jakarta. Tapi, di sini kenapa sangat macet, ya, Shawn?”Shawn ikut tersenyum mendengar pertanyaan Ariel. Pria itu membelai rambut panjang sang kekasih sambil berkat
Ariel seperti orang yang tidak pernah makan di kala mencoba ketoprak. Bukan hanya ketoprak saja, ada juga kerak telur, dan berbagai makanan khas Indonesia lainnya. Dokter cantik itu makan dengan lahap. Padahal setiap pagi dia selalu mual, tapi dia berusaha untuk menahan mualnya. Sebab, dia takut Shawn khawatir berlebihan.Ariel merasa sangat sehat. Lihat saja sekarang makanan yang terhidang di hadapannya, penuh dengan makanan khas Indonesia—dan disantap habis oleh Ariel. Dokter cantik itu seperti orang kelaparan.Shawn duduk di kursi meja makan. Pria itu meminta pelayan membelikan makanan khas Indonesia. Tak dia sangka Ariel makan seperti orang yang kelaparan. Shawn sampai mengulum senyumannya melihat cara makan sang istri.“Tuan Kaya, kenapa kau tidak makan? Ayo makan?” ajak Ariel yang lahap menikmati makanannya.“Melihatmu makan sudah membuatku sangat kenyang,” jawab Shawn sambil membelai pipi Ariel. “Makanlah yang banyak. Jika kurang, aku akan meminta pelayan untuk membawakan makan
Bali, Indonesia. Angin menyambut kencang di balik matahari yang sudah terik menyinari bumi. Ariel yang berada di dalam mobil bersama Shawn, tampak menunjukkan kebahagiaannya melihat pemandangan indah di Bali. Banyak patung-patung yang Ariel yakini patung tersebut memiliki makna. Tentu sebelumnya Ariel membaca di internet, bahwa Bali kaya akan budaya. Tidak hanya Bali, tapi kota di negara Indonesia kaya akan budaya.“Tuan Kaya, apa dulu kau sering ke Bali?” tanya Ariel seraya menatap pemandangan di luar dengan sangat antusias.“Dulu waktu aku masih sekolah, aku sangat sering ke Bali.”“Setelah kau lulus, apa kau pernah ke Bali?”“Pernah untuk urusan pekerjaan, tidak lama.”“Hm, apa kau pernah ke Bali bersama seorang wanita? Maksudku wanita special seperti berkencan dengan wanita itu.”“Kau ingin aku jawab jujur?”Bibir Ariel tertekuk. “Tentu saja. Ayo jawab dengan jujur.”“Pernah,” jawab Shawn enteng.Mata Ariel mendelik. “Siapa? Apa wanita itu lebih cantik dariku?”Shawn tersenyum me
“Sayang, dress ini cantik tidak di tubuhku?” Ariel menatap Shawn, meminta pendapat. Wanita cantik itu memakai dress berwarna kuning, dengan motif bunga-bunga kecil. Dress model tali spaghetti yang sangat manis di tubuh Ariel.“Kau memakai apa pun, akan terlihat sangat cantik.” Shawn tersenyum seraya melangkah mendekat ke arah Ariel.Bibir Ariel menekuk dalam. “Aku bicara serius, Shawn. Dress ini cocok di tubuhku atau tidak? Dari tadi aku bingung harus memakai baju apa. Aku ingin mengambil gambar saat kita melihat sunset.”Ariel sudah lebih dari lima kali mengganti pakaian, akibat bingung harus memakai baju apa. Sang suami yang sangat tampan. Dia tidak mau menjadi tak imbang dengan suaminya. Itu yang sejak tadi membuat Ariel bingung, harus memakai baju apa.Shawn tersenyum mendengar apa yang Ariel katakan. Pria itu menangkup kedua pipi sang istri, menghujani dengan kecupan bertubi-tubi di seluruh wajahnya. “Kau sangat cantik. Dress ini sangat cocok di tubuhmu.”Pipi Ariel merona malu m
Ariel memuntahkan semua yang ada di dalam isi perutnya ke wastafel. Tubuhnya nyaris terperosot, tapi untungnya dia siaga memegang kuat pinggir wastafel. Ariel memutar keran lebih dulu, membasuh bibirnya dengan air bersih.“Ariel? Kau kenapa?” Shawn menghampiri Ariel, memegang istrinya itu. “Kau masih merasa mual dan muntah?”Ariel memijat keningnya, perlahan. Entah kenapa mual dan muntahnya sekarang muncul bahkan jauh lebih parah dari sebelumnya. “Iya, mungkin aku kelelahan. Jangan khawatir, Sayang,” jawabnya menenangkan sang suami agar tidak mencemaskan dirinya.Shawn mengembuskan napas panjang gelisah. “Lebih baik kita tunda saja ke Lombok. Aku ingin dokter memeriksa kondisimu. Sebelum kita ke Indonesia, kau sudah mual dan muntah, kan? Kau harus segera diperiksa. Aku takut terjadi sesuatu hal buruk padamu, Ariel.”Sudah satu minggu Shawn berada di Bali bersama Ariel. Pria itu banyak membawa Ariel ke tempat-tempat indah yang ada di Bali. Hari ini menjadi hari di mana Shawn akan memba