Jakarta, Indonesia. Perjalanan panjang New York ke Jakarta, akhirnya Ariel dan Shawn tiba di sebuah negaara yang terkenal beriklim tropis. Kota pertama yang didatangi Ariel dan Shawn adalah Jakarta—ibu kota negara Indonesia. Hari itu Kebetulan mereka mendatangi kota Jakarta yang sedang bermusimkan panas. Sinar matahari terik, tapi mereka tetap menyukai itu. “Shawn, nanti kita tinggal di hotel atau tinggal di rumah keluargamu?” tanya Ariel seraya menatap Shawn. Sebelumnya, Ariel tahu bahwa keluarga Shawn memiliki rumah di Jakarta.“Di rumah keluargaku saja. Rumah itu hanya ada pelayan dan penjaga,” jawab Shawn sambil membelai lembut pipi Ariel. Dia bersyukur selama perjalanan panjang New York ke Jakarta—Ariel selalu tidur dan tidak maul. Setidaknya tak membuat cemas dalam dirinya.Ariel mengangguk. “Apa jauh dari sini?”“Tidak. Nama tempatnya Pondok Indah.”“Hm, Shawn?”“Ya?” Shawn membelai pipi Ariel.“Boleh tidak kita ke panti asuhan yang dimaksud Mommy Stella?” pinta Ariel yang s
Bulan madu romantis di negara beriklim tropis adalah hal yang sejak dulu tak pernah Ariel sangka. Dokter cantik itu seolah berada di dalam lautan mimpi. Dia menikah dengan pangeran kaya dan tampan, yang menuruti segala keinginannya. Itu adalah idaman kaum hawa yang ada di muka bumi ini.Ariel seperti Cinderella yang berada di negeri dongeng. Kehidupan silamnya dipenuhi lika-liku bahkan luka yang mendalam. Namun, sekarang hanya tinggal sebuah kebahagiaan. Ariel tahu bahwa Shawn akan membahagiakannya dengan cara yang luar biasa.“Kau suka Jakarta?” tanya Shawn seraya menatap Ariel yang duduk di sampingnya. Pria itu memilih untuk mengemudikan sendiri mobil, tanpa sopir. Dulu sewaktu masih sekolah, dia sangat sering ke Jakarta, jadi jalanan masih pria itu hafal.Ariel mengangguk sambil tersenyum. “Suka sekali. Aku suka suasana Jakarta. Tapi, di sini kenapa sangat macet, ya, Shawn?”Shawn ikut tersenyum mendengar pertanyaan Ariel. Pria itu membelai rambut panjang sang kekasih sambil berkat
Ariel seperti orang yang tidak pernah makan di kala mencoba ketoprak. Bukan hanya ketoprak saja, ada juga kerak telur, dan berbagai makanan khas Indonesia lainnya. Dokter cantik itu makan dengan lahap. Padahal setiap pagi dia selalu mual, tapi dia berusaha untuk menahan mualnya. Sebab, dia takut Shawn khawatir berlebihan.Ariel merasa sangat sehat. Lihat saja sekarang makanan yang terhidang di hadapannya, penuh dengan makanan khas Indonesia—dan disantap habis oleh Ariel. Dokter cantik itu seperti orang kelaparan.Shawn duduk di kursi meja makan. Pria itu meminta pelayan membelikan makanan khas Indonesia. Tak dia sangka Ariel makan seperti orang yang kelaparan. Shawn sampai mengulum senyumannya melihat cara makan sang istri.“Tuan Kaya, kenapa kau tidak makan? Ayo makan?” ajak Ariel yang lahap menikmati makanannya.“Melihatmu makan sudah membuatku sangat kenyang,” jawab Shawn sambil membelai pipi Ariel. “Makanlah yang banyak. Jika kurang, aku akan meminta pelayan untuk membawakan makan
Bali, Indonesia. Angin menyambut kencang di balik matahari yang sudah terik menyinari bumi. Ariel yang berada di dalam mobil bersama Shawn, tampak menunjukkan kebahagiaannya melihat pemandangan indah di Bali. Banyak patung-patung yang Ariel yakini patung tersebut memiliki makna. Tentu sebelumnya Ariel membaca di internet, bahwa Bali kaya akan budaya. Tidak hanya Bali, tapi kota di negara Indonesia kaya akan budaya.“Tuan Kaya, apa dulu kau sering ke Bali?” tanya Ariel seraya menatap pemandangan di luar dengan sangat antusias.“Dulu waktu aku masih sekolah, aku sangat sering ke Bali.”“Setelah kau lulus, apa kau pernah ke Bali?”“Pernah untuk urusan pekerjaan, tidak lama.”“Hm, apa kau pernah ke Bali bersama seorang wanita? Maksudku wanita special seperti berkencan dengan wanita itu.”“Kau ingin aku jawab jujur?”Bibir Ariel tertekuk. “Tentu saja. Ayo jawab dengan jujur.”“Pernah,” jawab Shawn enteng.Mata Ariel mendelik. “Siapa? Apa wanita itu lebih cantik dariku?”Shawn tersenyum me
“Sayang, dress ini cantik tidak di tubuhku?” Ariel menatap Shawn, meminta pendapat. Wanita cantik itu memakai dress berwarna kuning, dengan motif bunga-bunga kecil. Dress model tali spaghetti yang sangat manis di tubuh Ariel.“Kau memakai apa pun, akan terlihat sangat cantik.” Shawn tersenyum seraya melangkah mendekat ke arah Ariel.Bibir Ariel menekuk dalam. “Aku bicara serius, Shawn. Dress ini cocok di tubuhku atau tidak? Dari tadi aku bingung harus memakai baju apa. Aku ingin mengambil gambar saat kita melihat sunset.”Ariel sudah lebih dari lima kali mengganti pakaian, akibat bingung harus memakai baju apa. Sang suami yang sangat tampan. Dia tidak mau menjadi tak imbang dengan suaminya. Itu yang sejak tadi membuat Ariel bingung, harus memakai baju apa.Shawn tersenyum mendengar apa yang Ariel katakan. Pria itu menangkup kedua pipi sang istri, menghujani dengan kecupan bertubi-tubi di seluruh wajahnya. “Kau sangat cantik. Dress ini sangat cocok di tubuhmu.”Pipi Ariel merona malu m
Ariel memuntahkan semua yang ada di dalam isi perutnya ke wastafel. Tubuhnya nyaris terperosot, tapi untungnya dia siaga memegang kuat pinggir wastafel. Ariel memutar keran lebih dulu, membasuh bibirnya dengan air bersih.“Ariel? Kau kenapa?” Shawn menghampiri Ariel, memegang istrinya itu. “Kau masih merasa mual dan muntah?”Ariel memijat keningnya, perlahan. Entah kenapa mual dan muntahnya sekarang muncul bahkan jauh lebih parah dari sebelumnya. “Iya, mungkin aku kelelahan. Jangan khawatir, Sayang,” jawabnya menenangkan sang suami agar tidak mencemaskan dirinya.Shawn mengembuskan napas panjang gelisah. “Lebih baik kita tunda saja ke Lombok. Aku ingin dokter memeriksa kondisimu. Sebelum kita ke Indonesia, kau sudah mual dan muntah, kan? Kau harus segera diperiksa. Aku takut terjadi sesuatu hal buruk padamu, Ariel.”Sudah satu minggu Shawn berada di Bali bersama Ariel. Pria itu banyak membawa Ariel ke tempat-tempat indah yang ada di Bali. Hari ini menjadi hari di mana Shawn akan memba
“Ariel?” Shawn menerobos kamar, dan Ariel yang terbaring di ranjang langsung bangkit berdiri. Tampak jelas raut wajah Shawn menunjukkan rasa cemas dan khawatir berlebihan.“Sayang? Ada apa?” Ariel menghampiri Shawn.Shawn meraih kedua bahu Ariel. “Kau harus diperiksa dokter sekarang. Mungkin kau—” Lidah Shawn terhenti di kala seolah tak bisa merangkai kata. Perkataan ibunya menempel di otaknya, tapi dia tak bisa mengatakan itu pada Ariel.“Mungkin aku apa, Sayang?” Ariel membelai rahang Shawn. Dokter cantik itu tidak langsung memberi tahu. Dia sudah memiliki rencana—pastinya rencana manis yang membuat Shawn terkejut.Napas Shawn sedikit memburu akibat kecemasan melanda. “M-mungkin kau sakit sesuatu. Kita harus periksakan dirimu, Ariel. Aku tidak mau terjadi sesuatu hal buruk padamu.”Ariel tersenyum lembut, dan memberikan kecupan di rahang sang suami tercinta. “Aku baik-baik saja. Aku sudah memeriksa diriku. Kau tidak lupa, kan, aku ini dokter?”Shawn terdiam sejenak mendengar apa yan
Shawn masih menawarkan Ariel untuk diperiksa dokter lain, tapi sayangnya Ariel selalu menolak. Ariel mengatakan pada Shawn bahwa dirinya baik-baik saja. Teruntuk hal ini, Shawn tidak bisa membantah. Sebab, dia yakin Ariel jauh lebih tau. “Sayang, hari ini kita ke Lombok, kan?” tanya Ariel tak sabar.“Ya, kita lewat jalur udara saja. Jangan menyebrang laut.” Shawn menjawab sambil membelai rambut Ariel.“Kenapa tidak lewat jalur laut, Sayang? Mungkin akan asik jika lewat laut.”“Aku takut kau mual. Jadi lebih baik, jalur udara saja. Bali ke Lombok sangat dekat. Tidak sampai satu jam, kita bisa tiba di Lombok, jika melalui jalur udara.”Ariel terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Shawn. Tidak memungkiri bahwa apa yang dikatakan oleh Shawn adalah benar. Dia pastinya akan mual hebat jika melalui laut. Terlebih kondisinya seperti ini.“Baiklah, kita lewat udara saja.” Ariel setuju sambil memeluk lengan sang suami.“Kau sudah siap? Jika sudah kita berangkat sekarang,” ucap Shawn sambil