Ariel sudah siap mendapatkan tamparan kedua. Dia memang sengaja membiarkan Flora menamparnya. Tetapi, di kala dia sudah siap mendapatkan tamparan kedua, malah dia dibuat terkejut karena sekarang tangan Flora dicengkram oleh Shawn.Mata Ariel melebar melihat sorot mata Shawn begitu tajam menatap Flora. Pergelangan tangan Flora sampai memerah akibat cengkraman kuat Shawn. Aura bengis menyeramkan di wajah Shawn membuat Ariel bergidik ngeri.“Ahgg—” Flora meringis kesakitan di kala Shawn mencengkram kuat pergelangan tangannya. “L-lepaskan aku, Berengsek!”“Berani sekali kau memukul Ariel!” bentak Shawn dengan nada tinggi.Flora merintih kesakitan. “Dia itu anak pelacur! Kau jangan membelanya!”Shawn menghempaskan kasar tangan Flora. Sontak, wanita itu mengaduh kesakitan akibat pergelangan tangannya dicengkram kuar. Dia melihat jelas bekas kemerahan di pergelangan tangannya.“Kau pikir siapa dirimu berani datang ke sini dan melakukan tindak kekerasan!” seru Shawn dengan nada keras.Flora m
“Aku ingin pulang.”Kalimat singkat yang Ariel ucapkan pada Shawn yang kini berada di hadapannya. Wanita itu berucap, tapi tidak mau melihat ke arah Shawn sama sekali. Dia sangat malu mengingat kejadian tadi. Jika saja bisa, maka Ariel akan berlari pergi meninggalkan penthouse Shawn. Akan tetapi dia tidak bisa melakukan hal demikian. Dia tetap harus berpamitan pergi, karena dia masih memiliki etika. Bagaimanapun, Shawn yang membawanya pergi meninggalkan rumah sakit—menculiknya membawa ke penthouse megah milik pria tampan itu.Shawn mengembuskan napas kasar dan memejamkan mata singkat. Suasana menjadi canggung akibat kegilaannya. Dia mengumpati dirinya yang bisa lepas kendali. Padahal selama ini, dia selalu mampu mengendalikan diri pada wanita manapun.“Di luar mendung. Besok aku akan mengantarmu pulang,” ucap Shawn dingin seakan memasang dinding penjulang tinggi, memberikan batas padanya dan Ariel.Shawn sama sekali tidak bohong. Di luar memang cuaca terlihat mendung. Bahkan bulan da
BrakkkAriel membanting sedikit kasar pintu mobil Shawn. Wanita itu mengucapkan kata ‘Terima kasih’ dengan nada datar—lalu berjalan cepat masuk ke lobby rumah sakit. Dia berjalan cepat demi tak ada yang melihat dirinya datang ke rumah sakit, bersama dengan Shawn.Shawn hanya diam menatap lekat Ariel yang mulai lenyap dari pandangannya. Raut wajah pria itu nampak memancarkan sesuatu. Hatinya mendorongnya untuk mengejar Ariel, tapi logikanya menekan dirinya untuk tidak pergi ke mana pun.Shawn memutuskan untuk mengabaikan Ariel. Dia menganggap bahwa kejadian tadi malam, bukanlah apa-apa. Walau mengusik ketenangannya, tapi pria itu berusaha untuk tidak mengindahkan hatinya yang kacau.Ariel menghindar dari Hamony. Dia segera menuju ke IGD untuk memeriksa pasien. Alasan kuat dia menghindar dari temannya itu, karena dia enggan untuk ditanya-tanya tentang Shawn.Ariel tahu dirinya menjadi bahan gossip satu rumah sakit. Bagaimana tidak? Pertama Shawn menolongnya dari pasien yang menyerangnya
*Kepada seluruh staff Orlando Hospital. Demi meningkatkan kinerja yang baik dan professional, maka dengan ini management memberikan keputusan mutlak yaitu seluruh staff dilarang menjalin hubungan dengan pasien ataupun keluarga pasien. Aturan yang dibuat adalah wajib untuk dipatuhi. Jika ada yang melanggar aturan yang telah dibuat, maka akan diberhentikan secara tidak hormat dari Orlando Hospital. Management Orlando Hospital.* Bibir dan mata Ariel melebar di kala dia mendapatkan email masuk dari management Orlando Hospital. Berkali-kali dia memastikan bahwa apa yang dia lihat ini adalah salah, tapi sayangnya dia tidak sama sekali salah. Apa yang dia lihat adalah pemberitahuan aturan terbaru dari Orlando Hospital.Otak Ariel tiba-tiba saja stuck, akibat dilanda kebingungan akan aturan ajaib itu. Dia sama sekali tidak menyangka kalau yang diucapkan Shawn benar-benar menjadi aturan terbaru dari Orlado Hospital.Tapi apa tujuan pria kaya itu memberikan aturan terbaru? Apa Shawn benar-be
“Berengsek!” Flora tak henti mengumpat kasar, menahan amarah yang membakarnya. Emosinya terpancing mengingat bagaimana Shawn membela Ariel mati-matian. Dia membenci fakta di mana ternyata Shawn mengenal Ariel.Flora menyugarkan rambut kasar. Dia mondar-mandir tidak jelas. Berbagai umpatan dan makian lolos dalam hatinya. Hatinya tidak puas. Dia ingin mempermalukan Ariel di depan muka umum, tapi alih-alih berhasil malah dia yang diusir oleh Shawn dengan cara keji.Flora tidak terima. Dia yakin Shawn membela Ariel, karena mengira yang baik adalah Ariel. Padahal sudah jelas bahwa Ariel adalah anak seorang pelacur. Dia yakin pasti akal licik Ariel yang membuat akhirnya berhasil menghasut seorang Shawn Geovan.“Sayang? Cucu Grandma kenapa memasang wajah seperti itu?” Malvia—nenek kandung Flora—menghampiri Flora. Dia menatap cucunya yang nampak marah. Dia khawatir kalau cucu kesayangannya memiliki masalah.Flora menatap neneknya dengan tatapan penuh beban masalah. “Grandma, anak haram itu me
Suara bentakan keras membuat Ariel tersentak terkejut. Dua pria berbadan besar masih memegang kedua tangannya dengan erat dan keras. Pergelangan tangan wanita itu sampai memerah akibat cengkraman kuat tangan dua pria berbadan besar itu. Ariel mengalihkan pandangannya menatap sosok pria tampan yang muncul di hadapannya. Aura wajah tegas dan penuh wibawa begitu menonjol nyata. Kemarahan membentang di kala melihat dua pria berbadan besar itu mencengkram kuat pergelangan tangan Ariel.“S-Shawn?” Ya, Ariel sama sekali tidak menyangka kalau yang ada di hadapannya adalah Shawn. Otaknya bertanya-tanya dari mana Shawn muncul? Yang dia tahu pria itu sudah pulang cepat. Tapi kenapa malah sekarang ada di hadapannya? “Siapa kau!” Salah satu pria berbadan besar itu menatap tajam Shawn.Shawn melangkah mendekat, dengan sorot mata bengis. “Pergi dari sini!” serunya penuh peringatan yang tak main-main.Dua pria berbadan besar itu emosi. “Berani sekali kau mengganggu pekerjaan kami!”“Jika kau ingin
Ariel terbangun di tengah malam. Wanita itu mengendarkan pandangannya ke sekitar—melihat dirinya berada di kamar tamu penthouse milik Shawn. Lagi dan lagi, dia menginap di penthouse milik pria kaya itu.Ariel menghela napas dalam, mengingat tentang apa yang terjadi di antara dirinya dengan Shawn. Sungguh, itu sangat amat menyebalkan. Dia membenci kondisi di mana tubuhnya merespon sentuhan Shawn.Ariel memejamkan mata. Rasa kantuk sudah hilang. Dia menyibak selimut, memutuskan turun dari ranjang, dan melangkah keluar dari kamar. Otaknya sedang buntu. Berjalan-jalan adalah pilihan yang terbaik. Ariel hendak ingin ke ruang tengah, tapi langkahnya terhenti melihat kamar Shawn terbuka setengah. Dia ragu untuk masuk. Namun, hatinya mendesaknya untuk masuk ke dalam kamar pria kaya itu. Ariel melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Shawn. Dia ingin melihat secara langsung, apa yang dilakukan oleh Shawn. Berikutnya, wanita itu masuk ke dalam kamar Shawn—dan menatap kamar pria itu kosong.
Shawn sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Pikiran pria itu sangatlah kacau tak menentu. Rasa amarah dalam diri, membuatnya merasa benar-benar tidaklah nyaman. Dia kacau bahkan sangat kacau.Shawn membenci kondisi di mana pikirannya seperti ini hanya karena seorang wanita. Seumur hidup, dia belum pernah merasakan sekacau ini. Bahkan bisa dikatakan, hanya Ariel—yang berhasil masuk mengacaukan pikirannya.Shawn menenggak vodka di tangannya hingga tandas. Beberapa kali pria itu memejamkan mata, dan mengembuskan napas kasar. Hal yang paling dia benci adalah seperti ini. Hal-hal yang tak bisa dia kendalikan merupakan sesuatu yang sangat pria itu benci.Shawn meletakan gelas vodka di tangannya ke atas meja. Pria itu melangkah keluar dari ruang kerjanya menuju kamarnya. Terakhir dia meminta Ariel untuk tidur di kamarnya. Dia yakin pasti Ariel sudah tidur sekarang. Karena Shawn telah meninggalkan Ariel di kamar sendirian hampir sekitar dua jam. Kata-kata Ariel yang mengatakan akan kal
Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimatan Timur. Hal yang paling Ariel sukai adalah Indonesia kaya akan budaya alam, yang menakjubkan. Shawn mengajak Ariel ke sebuah pengalaman baru yang seumur hidupnya, tidak pernah Ariel temukan. Suasana hangat alam yang berbeda jauh dari negara-negara di benua Amerika ataupun Eropa—sangatlah indah di mata Ariel.Ariel tidak menyangka, di balik sosok Shawn yang terkenal sangat kaya, ternyata menyimpan jutaan kesederhanaan. Seperti contohnya ini. Tidak pernah sekalipun Ariel sangka bahwa Shawn bisa makan di rumah makan sederhana. Shawn selalu menuruti keinginan Ariel. Apa pun asalkan Ariel bahagia, pastinya pria itu akan menurutinya.Cinta di level yang sama, sangatlah jarang terjadi. Kebanyakan orang selalu tak imbang. Di era zaman sekarang, yang kerap mencintai lebih banyak adalah wanita, bukan sang pria. Namun, kali ini berbeda jauh. Ariel begitu beruntung memiliki Shawn yang mencintainya dengan cara luar biasa.Dua insan saling mencintai itu bagaikan
Beberapa bulan berlalu … Suara tangis bayi memecahkan ketegangan di ruang bersalin. Tangis bayi laki-laki itu bersamaan dengan air mata menetes dari kedua orang tuanya. Ya, Ariel dan Shawn sama-sama meneteskan air mata di kala putra ketiga mereka telah lahir kedua. Kontraksi yang cukup lama, dan membuat Ariel kesakitan hebat berjam-jam.Akhirnya semua itu terbayar dengan anak ketiga mereka lahir sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Kehamilan kali ini, Ariel mengalami kontraksi lebih lama. Bahkan Shawn sempat memaksa Ariel untuk melahirkan operasi sesar, tapi sayangnya Ariel menolak. Dokter cantik itu tetap berjuang untuk bisa melahirkan secara normal.Ariel dan Shawn saling melemparkan tatapan penuh cinta. Tatapan yang menunjukkan betapa mereka sangatlah bahagia. Sang dokter menyerahkan bayi laki-laki tampan itu ke dada Ariel.“Sayang, anak kita sudah lahir,” bisik Ariel pelan dengan air mata tak henti berlinang.Shawn mengecup lembut kening sang istri dan putranya. “Terima kasih kau
Ariel dan Shawn menatap hangat Stoner dan Ariana yang sudah tertidur pulas. Sepulang dari resepsi pernikahan Harmony, memang Stoner dan Ariana sudah terlelap. Sampai di rumah, Shawn hanya tinggal membaringkan tubuh Stoner dan Ariana di ranjang.“Stoner dan Ariana sudah tidur. Waktunya kita tidur,” ucap Shawn pelan—dan direspon anggukkan di kepala Ariel.Shawn memeluk pinggang sang istri, meninggalkan kamar anak mereka, menuju ke kamar mereka. Shawn dan Ariel selalu memiliki kebiasaan yaitu memastikan anak mereka tidur nyaman. Tidak lupa empat pengasuh diwajibkan berjaga anak mereka secara bergantian.Di kamar, Ariel berbaring di ranjang bersama dengan sang suami tercinta. Tampak jelas raut wajah Ariel menyimpan sesuatu. Seperti ada yang ingin dibicarakan oleh Ariel.“Kenapa kau belum tidur, hm?” Shawn membelai lembut pipi Ariel.Ariel menatap hangat Shawn. “Kau lupa dengan permintaanku ingin melahirkan di Indonesia?” tanyanya pelan.Ariel tidak akan mungkin lupa dengan permintaannya,
Hari pernikahan Harmony telah tiba. Seluruh keluarga Geovan diundang dipernikahan Harmony. Perancang busana yang dipilih adalah Stella—ibu kandung Shawn. Merupakan sebuah kebanggaan bisa memakai gaun pengantin rancangan Stella—yang merupakan seorang perancang busana yang handal.Harmony bahkan mendapatkan gaun pengantin indah secara gratis. Wajar saja, karena Harmony merupakan sahabat baik Ariel. Bukan hanya gaun pengantin gratis, tapi hotel yang dipilih Harmony pun gratis. Kebetulan hotel yang dipilih Harmony adalah hotel milik keluarga Geovan.Ariel yang merupakan bridesmaid, turut ikut membantu dalam persiapan pernikahan Harmony dengan kekasihnya. Namun, tentunya Shawn tidak memberikan izin pada Ariel untuk terlalu sibuk. Shawn mengutus sekretarisnya untuk membantu sang istri. “Shawn, sepertinya aku tidak cocok memakai gaun ini. Lihatlah aku terlihat gemuk.” Ariel mengadu pada Shawn, di kala sudah selesai mengenakan gaun indah khusus menghadiri pernikahan Harmony.Senyuman di waj
“Ariel, aku akan pulang malam. Nanti sopir ibuku akan menjemput Stoner dan Ariana. Ibuku dan ayahku merindukan Stoner dan Ariana. Kau istirahatlah duluan, jangan menungguku.” Shawn membenarkan dasi, bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.Ariel mendekat menghampiri Shawn, membantu membenarkan dasi sang suami. “Sayang, kau belum menjawab permintaanku yang kemarin.”Ariel semalaman tidak tidur nyenyak, akibat permintaannya pada Shawn tidak dikabulkan. Dia ingin melahirkan di Indonesia, tapi belum mendapatkan jawaban dari sang suami tercinta.Shawn mengecup bibir Ariel. “Aku sedang tidak ingin berdebat. Aku berangkat dulu ke kantor. Hari ini aku memiliki meeting. I love you.” Pria tampan itu langsung melangkah pergi meninggalkan Ariel—tanpa menunggu balasan dari sang istri.Ariel menghela napas dalam melihat Shawn yang sudah pergi meninggalkannya. “I love you too, Shawn,” jawabnya, tapi sang suami sudah pergi.“Nyonya…” Seorang pelayan mengetuk pintu.Ariel mempersilakan pelayan itu untu
Satu tahun berlalu … “Stoner, Ariana, jangan main pisau. Ya Tuhan, nanti tangan kalian terkena pisau, Nak. Aduh, kalau Daddy kalian tahu kalian terluka sedikit saja, dia akan mengomel tujuh hari tujuh malam.” Ariel mengambil pisau yang ada di tangan Stoner dan Ariana dengan hati-hati. Buah hatinya dengan Shawn itu sudah bisa berjalan, itu yang membuat Stoner dan Ariana sangat lincah ke sana kemari. Empat pengasuh saja dibuat pusing akibat tingkah Stoner dan Ariana.“Nyonya, maafkan kami.” Empat pengasuh itu menundukkan kepala seraya mengambil pisau di tangan Ariel. Mereka sangat ceroboh di kala tengah menjaga Stoner dan juga Ariana. Ariel ingin memarahi empat pengasuh itu. Akan tetapi, dia memilih untuk bersabar. Pun dia mengerti bagaimana lincahnya bayi kembarnya itu. Jadi wajar jika sampai pengasuh dibuat pusing.“Lain kali hati-hati dalam menjaga Stoner dan Ariana. Suamiku akan sangat marah jika sampai Stoner dan Ariana terluka. Kalian tahu itu, kan?” tegur Ariel mengingatkan emp
Ariel menunggu Shawn kembali pulang. Sudah dua hari Shawn melakukan perjalanan bisnis ke Chicago. Usia Stoner dan Ariana kini sudah empat bulan. Itu yang membuat Shawn bisa meninggalkan istri dan anak kembarnya.“Shawn kapan pulang, ya?” gumam Ariel pelan dengan bibir sedikit menekuk.Ariel sangat merindukan Shawn. Tidur sendiri tanpa sang suami, membuat Ariel benar-benar merasakan ketidaknyamanan. Ariel terbiasa memeluk erat Shawn. Pun dia terbiasa dengan tidur dalam pelukan Shawn. Sekarang membuatnya sangatlah tersiksa.Suara dering ponsel berbunyi. Ariel segera mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor sang suami di layar—tengah melakukan video call. Tampak senyuman di wajah Ariel terlukis. Detik itu juga, Ariel menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Sayang?” panggil Ariel kala panggilan terhubung. Dia tersenyum melihat sang suami yang begitu tampan berada di kamera.“Sayang, di mana Stoner dan Ariana? Mereka baik-baik
“Oh, My God! Kau memintaku untuk berkencan lagi? Bisa kau bayangkan bulan ini aku sudah berkencan lebih dari lima belas pria. Hasilnya sama! Tidak ada yang bagus!” sembur Mika emosi pada sang asisten yang memintanya untuk berkencan lagi. Sudah lima belas kali dia berkencan, dan hasilnya nihil. Tidak ada yang Mika sukai.Sang asisten menggaruk tengkuk lehernya tidak gatal. “Nona, perintah kakek Anda sudah sangat jelas. Beliau meminta Anda terus berkencan sampai Anda menemukan yang cocok.” Sang asisten terlihat jelas menunjukkan rasa panik dan khawatir. Pasalnya dia pun mendapatkan ancaman jika sampai Mika tak mau lagi berkencan. Ancaman tak main-main dari kakek bosnya—membuatnya sakit kepala.Mika mengembuskan napas kasar. “Lima belas pria yang aku temui, mereka tidak benar-benar ingin berkencan denganku. Mereka fokus ingin menjalin kerja sama dengan kakekku dan ayahku. Mendekatiku hanya bagaikan aku ini jembatan mereka. Aku tidak bodoh! Aku tidak mudah dikelabui!”Mika menenggak wine
Ariel telah dipindahkan ke ruang VVIP. Keluarga Geovan dan keluarga DiLaurentis telah berkumpul. Stella menggendong bayi laki-laki, dan Yuval menggendong bayi perempuan dengan hati-hati dibantu oleh Malvia. Tampak jelas kebahagiaan begitu terlihat sangatlah pada semua orang.“Sayang, lihatlah cucu kita mirip sekali seperti Shawn bayi,” ucap Stella pada Sean.Sean mengecup cucu laki-lakinya. “Aku tidak menyangka waktu akan secepat ini. Putra kecil kita sudah menjadi seorang ayah.”Stella tersenyum merespon ucapan Sean. “Kau benar, Sayang. Aku juga tidak pernah menyangka waktu berjalan dengan cepat.”“Selamat, Ariel.” Harmony, Nicole, Joice, dan Mika memeluk Ariel bergantian. Pun Savannah bersama Flora memeluk Ariel bergantian. Mereka semua mengucapkan selamat atas kelahiran anak Shawn dan Ariel.Stanley, Steve, Marcel, dan Oliver pun mengucapkan selamat pada Shawn dan Ariel.“Siapa nama anakmu, Shawn?” tanya William tak sabar.“Iya, siapa nama anakmu, Shawn?” sambung Yuval yang juga ta