Makan siang telah berakhir. Seluruh keluarga Shawn telah pulang. Pun Savannah ikut pulang, karena ditarik paksa oleh Stanley pulang. Rupanya Stanley ingin memberikan hukuman pada adiknya yang telah membuatnya menjadi tersudut. Waktu malam malam telah tiba. Namun, Ariel dan Shawn masih berbaring di ranjang. Mereka berciuman dan berpelukan mesra. Mereka seakan menunjukkan bahwa dunia hanya milik mereka berdua.“Ini sudah waktunya makan malam. Kau ingin menu makanan apa? Aku akan memasak untukmu.” Ariel melingkarkan tangannya ke leher Shawn, sambil menciumi jambang sang kekasih.“Biarkan pelayan saja yang membuatkan makan malam. Aku masih ingin bersamamu.” Shawn mengecupi leher Ariel, hingga membuat wanita itu merasakan geli akibat terkena jambang.“Sayang, kau bisa memelukku sepanjang malam. Biarkan aku memasak untukmu. Aku sudah lama sekali tidak membuatkan makanan untukmu.” Ariel menatap Shawn dengan tatapan penuh permohonan.Shawn membelai pipi Ariel. “Tadi siang kau sudah memasak.
*Ariel, datang ke butik Mommy bersama Shawn. Kalian harus fitting.* Pesan singkat yang dituliskan oleh Stella, membuat Ariel melukiskan senyuman di wajahnya. Stella telah menganggap Ariel seperti anak sendiri. Kasih sayang ibu dari Shawn, membuat Ariel benar-benar bahagia.“Kenapa kau senyum-senyum sendiri, Sayang?” Shawn melangkah mendekat ke arah Ariel yang duduk di sofa. Kekasihnya itu masih belum praktek. Alasannya, Shawn belum mengizinkan Ariel kembali bekerja.Ariel mengalihkan pandangannya, menatap Shawn yang mendekat. “Mommy Stella, meminta kita fitting. Hari ini, kau tidak sibuk, kan?”Shawn mengetuk-ngetuk jemarinya ke dagunya. “Hari ini, aku sangat sibuk. Ada beberapa dokumen yang aku urus.” Nada bicaranya terdengar begitu serius.“Oh, kau sibuk, ya?” tanya Ariel dengan wajah muram dan sedih. Dia ingin memaksa Shawn, tapi dia tidak tega. Selama ini, Shawn terlalu banyak meluangkan waktu bersama dengannya. Pastinya, banyak pekerjaan Shawn yang tertunda dan menumpuk. Ariel t
Shawn terpaku akan kecantikan Ariel. Kekasihnya itu hanya memakai riasan tipis, tapi tampak sempurna dengan gaun yang dirancang oleh ibunya. Dia benar-benar tidak mengira—penampilan Ariel memukau. Shawn dan Ariel saling melemparkan tatapan satu sama lain. Tatapan itu layaknya memiliki magnet kuat yang saling tarik menarik. Tidak bisa terkendali sama sekali. Mereka hanyut akan tatapan memuja itu—layaknya tatapan berada di hutan indah yang membawa aura magis.“Ya Tuhan, Ariel, kau cantik sekali.” Stella memuji tulus.“Aku cantik berkat gaunmu, Mom.” Ariel tersipu malu,Stella menyatukan tangan Ariel dan Shawn. “Kalian pasangan yang sangat cocok. Ariel sangat cantik. Shawn … kau sangat tampan.”Ariel dan Shawn tersenyum menatap Stella hangat.“Mom, terima kasih sudah membuatkan gaun seindah ini untukku,” ucap Ariel tulus.Ariel tidak pernah meminta dibuatkan gaun indah oleh calon ibu mertuanya. Namun, memang sejak awal, ibu mertuanya telah menawarkan diri—menjadi perancang busana untuk
“Grandma, aku mohon, lain kali kau jangan menyerang Ariel. Apalagi tadi di depan orang banyak.” Flora mengemukakan pendapatnya pada neneknya, di kala sudah tiba di rumah. Dia tak mengira sama sekali tadi akan bertemu dengan Ariel dan Shawn.Malvia bertolak pinggang, menatap tajam Flora. “Kau mulai membela Ariel, karena dia pernah menyelamatkanmu? Iya?!”Flora mengembuskan napas panjang seraya memijat keningnya. Percuma saja berdebat dengan neneknya. “Grandma, aku tidak membela Ariel.”“Ada apa ini?” Yuval muncul, menginterupsi perdebatan antara Malvia dan Flora.“Kau sudah pulang. Untunglah! Cepat kau ke sini!” Malvia meminta putranya untuk lebih dekat. Dia ingin menumpahkan kekesalan dalam dirinya, pada Yuval.Yuval mendekat. “Ada apa, Mom?”Malvia menunjuk Flora dengan telunjuknya. “Flora mulai membela Ariel!”Kening Yuval mengerut dalam, menatap bingung ibunya. “Apa maksudmu, Mom?” “Tadi aku dan Grandpa pergi. Kami tidak sengaja bertemu Ariel dan Shawn. Grandma memaki Ariel mengat
Ariel menikmati waktu kebersamaannya dengan Shawn. Dia menyiapkan sarapan pagi, meskipun ada banyak pelayan yang bekerja pada Shawn. Dokter cantik itu menyukai setiap moment bersama bersama sang kekasih. Membuat sarapan untuk kekasihnya adalah hal yang tak pernah bosan baginya. Ariel belum memiliki banyak aktivitas. Dia masih belum diperbolehkan praktek di Orlando Hospital. Jujur, dia sangat rindu melayani pasiennya, tapi dia menghormati Shawn yang masih khawatir padanya. Oleh sebab itu, sekarang Ariel memilih mengisi waktunya untuk sibuk seperti ibu rumah tangga.Benak pikiran Ariel memikirkan, kelak ketika dia sudah benar-benar menikah dengan Shawn, pastinya dia akan fokus pada rumah tangganya. Pekerjaan bukan lagi hal utama yang Ariel pikirkan. Pastinya rumah tangga akan menjadi fokus utamanya.“Aroma makanan lezat sudah tercium. Aku yakin, kau pasti yang membuatkan sarapan.” Shawn menghampiri Ariel yang tengah menata sarapan di ruang makan, dia memberikan kecupan di pipi sang kek
Bibir Shawn mengisap bibir atas dan bawah Ariel bergantian. Lidahnya mendesak masuk, membelai langit-langit di mulut Ariel. Dua insan itu berciuman di tengah-tengah mereka sedang menonton film di ruang tengah. Beberapa pelayan yang lewat langsung menundukkan kepala—tak ada yang berani mengganggu.“Astaga! Kalian tidak bisa bermesraan di kamar?” Savannah muncul, menatap jengkel Shawn dan Ariel yang tengah berciuman. Sepertinya nasib Savannah, tidak pernah baik, karena melihat kakaknya bermesraan.Pagutan Shawn dan Ariel terlepas di kala mendengar suara Savannah. Tampak raut wajah Ariel terkejut melihat kedatangan Savannah. Pun pipinya sedikit merona malu, akibat terpergok ciuman.“Savannah? Kau datang?” Ariel bangkit berdiri, menghampiri Savannah, dan memeluk calon adik iparnya itu.Savannah membalas pelukan Ariel. “Kau dan Kak Shawn mesra sekali. Aku sampai iri pada kalian.”Ariel mengulum senyumannya melihat Savannah cemberut. Dia menangkup kedua pipi calon adik iparnya. “Gadis canti
Savannah sudah pulang pagi-pagi sekali. Dia tidak sarapan bersama dengan Ariel dan Shawn, karena gadis itu ingin pergi ke rumah temannya. Pun memang Savannah hanya menginap satu malam saja.Pembahasan tentang souvenir telah ditutup. Ariel kalah. Tadi pagi Stella sudah menghubungi Ariel, tentang penambahan souvenir. Stella mengatakan pada Ariel untuk mengikuti keinginan William dan Sean.Well, Ariel sudah tidak bisa berdaya apa pun lagi. Dia telah kalah kali ini. Sungguh! Tidak pernah terpikir, konsep pernikahannya nanti akan sangat mewah. Padahal yang diinginkannya adalah konsep pernikahan yang sederhana. Namun, sayangnya itu tidak akan mungkin bisa terjadi.“Ariel, aku ingin menemui Pamanku di kantornya. Mungkin dua jam lagi aku sudah pulang. Kau tidak apa-apa, kan aku tinggal?” Shawn membelai pipi Ariel.Ariel tersenyum. “Tidak apa-apa, Sayang.”Shawn mengecup bibir Ariel. “Jika kau ingin pergi, jangan lupa kirimkan aku pesan.”Ariel mengangguk merespon ucapan Shawn. “Oke, Boss! Aku
Shawn melangkah masuk ke dalam penthouse. Dia membawa paper bag yang berisikan makanan. Dia mampir ke restoran kesukaan Ariel, demi kekasihnya itu. Dia hendak berjalan masuk ke kamar, tapi langkahnya terhenti di kala berpapasan dengan seorang pelayan yang menundukkan kepala.“Selamat siang, Tuan,” sapa sang pelayan sopan pada Shawn.“Siang, di mana Ariel? Apa dia di kamar?” Shawn langsung menanyakan keberadaan sang kekasih.“Nona Ariel tadi pergi. Beliau mengatakan akan ke kafe dekat sini,” jawab sang pelayan sontak membuat kening Shawn mengerut.“Ariel pergi ke kafe dekat sini?” ulang Shawn memastikan. Dia merogoh ponsel yang ada di saku celananya—memeriksa pesan ataupun panggilan telepon, tapi kenyataannya Ariel tidak menghubungi nomornya sama sekali.Sang pelayan mengangguk. “Benar, Tuan. Tadi Nona Ariel bilang, dia akan bertemu dengan kakaknya.”Shawn terdiam berusaha mencerna apa yang dimaksud oleh sang pelayan. Ariel bertemu dengan kakaknya? Siapa? Beberapa detik, Shawn masih te
Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimatan Timur. Hal yang paling Ariel sukai adalah Indonesia kaya akan budaya alam, yang menakjubkan. Shawn mengajak Ariel ke sebuah pengalaman baru yang seumur hidupnya, tidak pernah Ariel temukan. Suasana hangat alam yang berbeda jauh dari negara-negara di benua Amerika ataupun Eropa—sangatlah indah di mata Ariel.Ariel tidak menyangka, di balik sosok Shawn yang terkenal sangat kaya, ternyata menyimpan jutaan kesederhanaan. Seperti contohnya ini. Tidak pernah sekalipun Ariel sangka bahwa Shawn bisa makan di rumah makan sederhana. Shawn selalu menuruti keinginan Ariel. Apa pun asalkan Ariel bahagia, pastinya pria itu akan menurutinya.Cinta di level yang sama, sangatlah jarang terjadi. Kebanyakan orang selalu tak imbang. Di era zaman sekarang, yang kerap mencintai lebih banyak adalah wanita, bukan sang pria. Namun, kali ini berbeda jauh. Ariel begitu beruntung memiliki Shawn yang mencintainya dengan cara luar biasa.Dua insan saling mencintai itu bagaikan
Beberapa bulan berlalu … Suara tangis bayi memecahkan ketegangan di ruang bersalin. Tangis bayi laki-laki itu bersamaan dengan air mata menetes dari kedua orang tuanya. Ya, Ariel dan Shawn sama-sama meneteskan air mata di kala putra ketiga mereka telah lahir kedua. Kontraksi yang cukup lama, dan membuat Ariel kesakitan hebat berjam-jam.Akhirnya semua itu terbayar dengan anak ketiga mereka lahir sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Kehamilan kali ini, Ariel mengalami kontraksi lebih lama. Bahkan Shawn sempat memaksa Ariel untuk melahirkan operasi sesar, tapi sayangnya Ariel menolak. Dokter cantik itu tetap berjuang untuk bisa melahirkan secara normal.Ariel dan Shawn saling melemparkan tatapan penuh cinta. Tatapan yang menunjukkan betapa mereka sangatlah bahagia. Sang dokter menyerahkan bayi laki-laki tampan itu ke dada Ariel.“Sayang, anak kita sudah lahir,” bisik Ariel pelan dengan air mata tak henti berlinang.Shawn mengecup lembut kening sang istri dan putranya. “Terima kasih kau
Ariel dan Shawn menatap hangat Stoner dan Ariana yang sudah tertidur pulas. Sepulang dari resepsi pernikahan Harmony, memang Stoner dan Ariana sudah terlelap. Sampai di rumah, Shawn hanya tinggal membaringkan tubuh Stoner dan Ariana di ranjang.“Stoner dan Ariana sudah tidur. Waktunya kita tidur,” ucap Shawn pelan—dan direspon anggukkan di kepala Ariel.Shawn memeluk pinggang sang istri, meninggalkan kamar anak mereka, menuju ke kamar mereka. Shawn dan Ariel selalu memiliki kebiasaan yaitu memastikan anak mereka tidur nyaman. Tidak lupa empat pengasuh diwajibkan berjaga anak mereka secara bergantian.Di kamar, Ariel berbaring di ranjang bersama dengan sang suami tercinta. Tampak jelas raut wajah Ariel menyimpan sesuatu. Seperti ada yang ingin dibicarakan oleh Ariel.“Kenapa kau belum tidur, hm?” Shawn membelai lembut pipi Ariel.Ariel menatap hangat Shawn. “Kau lupa dengan permintaanku ingin melahirkan di Indonesia?” tanyanya pelan.Ariel tidak akan mungkin lupa dengan permintaannya,
Hari pernikahan Harmony telah tiba. Seluruh keluarga Geovan diundang dipernikahan Harmony. Perancang busana yang dipilih adalah Stella—ibu kandung Shawn. Merupakan sebuah kebanggaan bisa memakai gaun pengantin rancangan Stella—yang merupakan seorang perancang busana yang handal.Harmony bahkan mendapatkan gaun pengantin indah secara gratis. Wajar saja, karena Harmony merupakan sahabat baik Ariel. Bukan hanya gaun pengantin gratis, tapi hotel yang dipilih Harmony pun gratis. Kebetulan hotel yang dipilih Harmony adalah hotel milik keluarga Geovan.Ariel yang merupakan bridesmaid, turut ikut membantu dalam persiapan pernikahan Harmony dengan kekasihnya. Namun, tentunya Shawn tidak memberikan izin pada Ariel untuk terlalu sibuk. Shawn mengutus sekretarisnya untuk membantu sang istri. “Shawn, sepertinya aku tidak cocok memakai gaun ini. Lihatlah aku terlihat gemuk.” Ariel mengadu pada Shawn, di kala sudah selesai mengenakan gaun indah khusus menghadiri pernikahan Harmony.Senyuman di waj
“Ariel, aku akan pulang malam. Nanti sopir ibuku akan menjemput Stoner dan Ariana. Ibuku dan ayahku merindukan Stoner dan Ariana. Kau istirahatlah duluan, jangan menungguku.” Shawn membenarkan dasi, bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.Ariel mendekat menghampiri Shawn, membantu membenarkan dasi sang suami. “Sayang, kau belum menjawab permintaanku yang kemarin.”Ariel semalaman tidak tidur nyenyak, akibat permintaannya pada Shawn tidak dikabulkan. Dia ingin melahirkan di Indonesia, tapi belum mendapatkan jawaban dari sang suami tercinta.Shawn mengecup bibir Ariel. “Aku sedang tidak ingin berdebat. Aku berangkat dulu ke kantor. Hari ini aku memiliki meeting. I love you.” Pria tampan itu langsung melangkah pergi meninggalkan Ariel—tanpa menunggu balasan dari sang istri.Ariel menghela napas dalam melihat Shawn yang sudah pergi meninggalkannya. “I love you too, Shawn,” jawabnya, tapi sang suami sudah pergi.“Nyonya…” Seorang pelayan mengetuk pintu.Ariel mempersilakan pelayan itu untu
Satu tahun berlalu … “Stoner, Ariana, jangan main pisau. Ya Tuhan, nanti tangan kalian terkena pisau, Nak. Aduh, kalau Daddy kalian tahu kalian terluka sedikit saja, dia akan mengomel tujuh hari tujuh malam.” Ariel mengambil pisau yang ada di tangan Stoner dan Ariana dengan hati-hati. Buah hatinya dengan Shawn itu sudah bisa berjalan, itu yang membuat Stoner dan Ariana sangat lincah ke sana kemari. Empat pengasuh saja dibuat pusing akibat tingkah Stoner dan Ariana.“Nyonya, maafkan kami.” Empat pengasuh itu menundukkan kepala seraya mengambil pisau di tangan Ariel. Mereka sangat ceroboh di kala tengah menjaga Stoner dan juga Ariana. Ariel ingin memarahi empat pengasuh itu. Akan tetapi, dia memilih untuk bersabar. Pun dia mengerti bagaimana lincahnya bayi kembarnya itu. Jadi wajar jika sampai pengasuh dibuat pusing.“Lain kali hati-hati dalam menjaga Stoner dan Ariana. Suamiku akan sangat marah jika sampai Stoner dan Ariana terluka. Kalian tahu itu, kan?” tegur Ariel mengingatkan emp
Ariel menunggu Shawn kembali pulang. Sudah dua hari Shawn melakukan perjalanan bisnis ke Chicago. Usia Stoner dan Ariana kini sudah empat bulan. Itu yang membuat Shawn bisa meninggalkan istri dan anak kembarnya.“Shawn kapan pulang, ya?” gumam Ariel pelan dengan bibir sedikit menekuk.Ariel sangat merindukan Shawn. Tidur sendiri tanpa sang suami, membuat Ariel benar-benar merasakan ketidaknyamanan. Ariel terbiasa memeluk erat Shawn. Pun dia terbiasa dengan tidur dalam pelukan Shawn. Sekarang membuatnya sangatlah tersiksa.Suara dering ponsel berbunyi. Ariel segera mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor sang suami di layar—tengah melakukan video call. Tampak senyuman di wajah Ariel terlukis. Detik itu juga, Ariel menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Sayang?” panggil Ariel kala panggilan terhubung. Dia tersenyum melihat sang suami yang begitu tampan berada di kamera.“Sayang, di mana Stoner dan Ariana? Mereka baik-baik
“Oh, My God! Kau memintaku untuk berkencan lagi? Bisa kau bayangkan bulan ini aku sudah berkencan lebih dari lima belas pria. Hasilnya sama! Tidak ada yang bagus!” sembur Mika emosi pada sang asisten yang memintanya untuk berkencan lagi. Sudah lima belas kali dia berkencan, dan hasilnya nihil. Tidak ada yang Mika sukai.Sang asisten menggaruk tengkuk lehernya tidak gatal. “Nona, perintah kakek Anda sudah sangat jelas. Beliau meminta Anda terus berkencan sampai Anda menemukan yang cocok.” Sang asisten terlihat jelas menunjukkan rasa panik dan khawatir. Pasalnya dia pun mendapatkan ancaman jika sampai Mika tak mau lagi berkencan. Ancaman tak main-main dari kakek bosnya—membuatnya sakit kepala.Mika mengembuskan napas kasar. “Lima belas pria yang aku temui, mereka tidak benar-benar ingin berkencan denganku. Mereka fokus ingin menjalin kerja sama dengan kakekku dan ayahku. Mendekatiku hanya bagaikan aku ini jembatan mereka. Aku tidak bodoh! Aku tidak mudah dikelabui!”Mika menenggak wine
Ariel telah dipindahkan ke ruang VVIP. Keluarga Geovan dan keluarga DiLaurentis telah berkumpul. Stella menggendong bayi laki-laki, dan Yuval menggendong bayi perempuan dengan hati-hati dibantu oleh Malvia. Tampak jelas kebahagiaan begitu terlihat sangatlah pada semua orang.“Sayang, lihatlah cucu kita mirip sekali seperti Shawn bayi,” ucap Stella pada Sean.Sean mengecup cucu laki-lakinya. “Aku tidak menyangka waktu akan secepat ini. Putra kecil kita sudah menjadi seorang ayah.”Stella tersenyum merespon ucapan Sean. “Kau benar, Sayang. Aku juga tidak pernah menyangka waktu berjalan dengan cepat.”“Selamat, Ariel.” Harmony, Nicole, Joice, dan Mika memeluk Ariel bergantian. Pun Savannah bersama Flora memeluk Ariel bergantian. Mereka semua mengucapkan selamat atas kelahiran anak Shawn dan Ariel.Stanley, Steve, Marcel, dan Oliver pun mengucapkan selamat pada Shawn dan Ariel.“Siapa nama anakmu, Shawn?” tanya William tak sabar.“Iya, siapa nama anakmu, Shawn?” sambung Yuval yang juga ta