Kata-kata yang lolos di bibir Ariel membuat Shawn masih belum bisa berkutik sedikit pun. Pria itu hanya bergeming di tempatnya, menatap dalam Ariel—yang menangis histeris. Hatinya merasakan sesak dan sakit melihat sang kekasih yang menangis tanpa henti. Rasa bersalah dalam dirinya menyergap. Semua ini salahnya. Dia mengakui itu. Hanya saja Shawn tak ingin terbongkar dengan cara seperti ini.Tangis Ariel semakin mendera dan keras. Dokter cantik itu memukuli dada bidang Shawn. Rasa kecewa dalam hatinya berkobar. Dia menangis, bukan hanya kecewa Shawn menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi dia memiliki rasa takut kehilangan kekasihnya itu. Dia tidak sanggup menjalani kehidupannya, tanpa Shawn.Shawn mengembuskan napas panjang melihat tangis Ariel semakin keras. Dia membiarkan kekasihnya itu memukulinya. Dia ingin membuat Ariel melepaskan kemarahan padanya. Dia telah bersalah, karena berbohong pada kekasihnya itu. “Jawab aku, Shawn! Kenapa kau tega membohongiku?! Kenapa?!” isak Ariel sese
Ariel duduk di tepi ranjang, mengambil sample darah Shawn. Dokter cantik itu memeriksa tensi darah, detak jantung, warna mata, warna lidah, dan semua kesehatan Shawn dari luar. Dalam keadaan mata yang masih sembab akibat menangis, Ariel tak mau berlama-lama. Dia segera melakukan tindakan yaitu memeriksa kondisi kekasihnya.“Setiap racun yang masuk ke tubuh manusia, harus melakukan test laboratorium. Aku akan membawa sample darahmu ke laboratorium.” Ariel menyimpan sample darah Shawn ke dalam tas kecil. “Nanti, kau juga harus memeriksakan organ-organ vitalmu. Aku tidak mau hal buruk menimpamu.”Shawn mengangguk patuh, sambil membelai pipi Ariel. “Aku percaya padamu.”“Siapa dokter yang menanganimu? Apa dia dokter di Orlando Hospital?” tanya Ariel lagi.“Bukan. Sampai detik ini keluargaku tidak tahu kalau racun yang ada di tubuhku masih aktif. Yang mereka tahu, aku sudah pulih.” “Kau menutupi sakitmu dari keluargamu juga?”“Aku tidak ingin membuat ibuku menangis, Ariel.”Shawn memiliki
“Shawn, kau jangan ke kantor. Hari ini, kau ikutlah denganku.” Ariel berkata, melarang Shawn untuk pergi ke kantor. Dokter cantik itu sudah rapi dan cantik dengan balutan dress sederhana.“Kau ingin mengajakku ke mana?” Shawn mendekat, menghampiri Ariel.“Kita akan ke klinik di mana temanku bekerja. Aku memiliki teman seorang apoteker. Kita akan periksakan kondisimu. Selain test darah, aku harus memeriksa organ vitalmu.” Ariel berucap dengan nada pelan, namun tersirat serius.Shawn terdiam sejenak. “Aku tidak bisa menggunakan identitasku setiap aku memeriksa kondisiku, Ariel. Aku belum siap keluargaku tahu.”Ariel mengangguk. “Aku tahu. Aku sudah mempersiapkan semuanya. Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan menggunakan nama aslimu. Aku mohon ikutlah denganku. Aku harus memeriksa kondisimu.”Shawn membawa tangannya membelai pipi Ariel. “Jangan memohon. Aku pasti akan menuruti keinginanmu.”Ariel tersenyum lega mendengar apa yang Shawn katakan. Detik selanjutnya, dia dan Shawn melang
“Apa kau lapar? Aku akan meminta pelayan membuatkan makanan untukmu.” Shawn berkata pelan dan penuh kehangatan, di kala dia dan Ariel sudah tiba di penthouse. Demi mencairkan suasana, dia mencoba mengalihkan pikiran kekasihnya itu. Tidaklah mudah, tapi dia akan terus berusaha mengalihkan pikiran sang kekasih.Shawn yakin hasil test yang dilihat Ariel, pasti sangatlah membuat kekasihnya itu ketakutan. Bagi Shawn, apa pun hasil dari test kesehatannya bukanlah masalah. Yang paling terpenting adalah dia masih diberikan kesempatan hidup, agar terus berada di sisi kekasihnya itu.Ariel menggelengkan kepalanya. “Aku tidak lapar. Aku tidak ingin makan apa pun. Yang aku inginkan adalah kau menjawab pertanyaanku.”Shawn menuruti keinginan Ariel. Pria itu mengajak Ariel duduk di sofa kamar mereka. “Katakan, apa yang ingin kau tanyakan?”Ariel terdiam sejenak. “Kenapa kau mengorbankan nyawamu demi menyelamatkan Nicole? Apa kau tidak mencintai dirimu sendiri?”“Jangan benci Nicole. Dia tidak bersa
“Tidak bisa.” Shawn langsung menolak permintaan Ariel, yang menginginkan bicara dengan pamannya. Bukan bermaksud ingin menghalangi, tapi Shawn tak ingin menyusahkan pamannya.Raut wajah Ariel berubah kecewa di kala mendengar penolakan kekasihnya itu. “Shawn, aku butuh bicara dengan Paman Dominic. Aku sudah bicara pada Rose. Temanku yang apoteker itu mengatakan racun di tubuhmu tidak memiliki penawar. Bahkan Rose sudah bertanya pada apoteker senior yang sudah pensiun. Jawaban tetap sama. Tidak ada penawar untuk racun di tubuhmu. Dalam kondisi seperti ini, aku mohon, biarkan aku bertemu dengan Paman Dominic.”Ariel setuju Shawn masih membiarkan menyembunyikan penyakit pada keluarga pria itu. Namun kecuali Dominic—paman Shawn. Dalam kondisi seperti ini, dia tidak memiliki pilihan lain. Dia butuh bicara dengan Dominic. Ariel belum pernah mengalami kasus seperti ini. Dia membutuhkan seseorang yang memiliki pengalaman akan dunia bawah tanah.Shawn menjauh dari Ariel. “Tidak bisa. Aku tidak
“Hi, Ariel. Senang kembali bertemu denganmu.” Nicole memberikan pelukan singkat, di kala Ariel sudah tiba di hadapannya. Siang itu, memang dua wanita cantik itu sudah memiliki janji untuk bertemu.“Hi, Nicole. Senang juga bisa bertemu kembali denganmu.” Ariel memberikan senyuman di wajahnya. Lalu duduk bersama dengan Nicole. Tak selang lama, pelayan datang membawakan makanan dan minuman. “Ariel, aku memesan steak dan orange juice untukmu. Jika kau ingin menu makanan lain, kau bisa memesan lagi saja.” Nicole berkata lembut di kala sang pelayan menyajikan makanan di hadapannya dan Ariel.Ariel tersenyum. “Tidak apa-apa. Ini saja. Aku suka makan steak di sini.”“Good.” Nicole ikut tersenyum.“Nyonya, semua makanan sudah keluar. Apa ada tambahan lain?” tanya sang pelayan sopan pada Nicole dan Ariel.“Tidak. Ini saja sudah cukup. Terima kasih.” Nicole berkata lembut, mewakili.Sang pelayan menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Nicole dan Ariel. “Ayo dimakan. Aku sudah
Dominic membisu dengan kilat mata dingin, menatap Ariel yang duduk di hadapannya. Aura wajahnya menunjukkan jelas keterkejutan yang nyata. Beberapa detik dia berusaha mencerna, dan semua perkataan Ariel ini sangat jelas.“Ulangi sekali lagi, Ariel,” ucap Dominic dengan nada suara yang nampak terdengar menahan emosi dan kemarahan.Ariel memejamkan mata singkat seraya mengatur napasnya. Dokter cantik itu tidak memiliki pilihan lain. Dia memang salah karena memberi tahu Dominic di belakang Shawn. Dia terlalu takut dan khawatir hal buruk menimpa kekasihnya itu.“Maafkan aku, Paman. Harusnya aku tidak boleh bercerita padamu. Shawn pasti akan marah padaku. Tapi aku tidak memiliki pilihan lain. Aku takut terlambat menyelamatkan Shawn.” Nada bicara Ariel terdengar pelan dan lemah.Dominic menatap serius Ariel. “Katakan. Jangan menutupi apa pun dariku. Jika itu menyangkut racun yang pernah ada di tubuh Shawn dulu, maka hanya aku yang tahu solusi ini semua.” Ariel mengatur napasnya, berusaha
Shawn menatap Ariel yang terlelap di sampingnya. Infus sudah tinggal sedikit, dan pria itu tetap masih berbaring di ranjang sambil memeluk kekasihnya—yang tidur dalam pelukannya. Pria itu membelai lembut pipi Ariel. Tatapannya menatap mata sembab Ariel. Hatinya benar-benar merasa tercabik-cabik melihat kekasihnya menamgis seperti ini.Shawn tak pernah sanggup terus menerus melihat Ariel menangis. Dia tak ingin kekasihnya itu bersedih. Andai saja waktu bisa diputar, dia ingin menghabiskan waktunya lebih lama bersama dengan Ariel.Shawn mengecupi bibir Ariel, menghirup aroma napas kekasihnya itu. Lalu perlahan, mata Ariel mulai terbuka—merasakan ada yang mencium bibirnya. Dokter cantik itu kini menatap Shawn yang memberikan senyuman padanya.“Kau sudah bangun?” bisik Shawn pelan.Ariel menyeka matanya. “Ini jam berapa, Shawn?”“Jam tujuh.” Shawn menjawab dengan nada hangat.“Ya Tuhan, aku belum menyiapkan makan malam untukmu.” Ariel segera bangkit, namun Shawn langsung memeluk erat dokt
Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimatan Timur. Hal yang paling Ariel sukai adalah Indonesia kaya akan budaya alam, yang menakjubkan. Shawn mengajak Ariel ke sebuah pengalaman baru yang seumur hidupnya, tidak pernah Ariel temukan. Suasana hangat alam yang berbeda jauh dari negara-negara di benua Amerika ataupun Eropa—sangatlah indah di mata Ariel.Ariel tidak menyangka, di balik sosok Shawn yang terkenal sangat kaya, ternyata menyimpan jutaan kesederhanaan. Seperti contohnya ini. Tidak pernah sekalipun Ariel sangka bahwa Shawn bisa makan di rumah makan sederhana. Shawn selalu menuruti keinginan Ariel. Apa pun asalkan Ariel bahagia, pastinya pria itu akan menurutinya.Cinta di level yang sama, sangatlah jarang terjadi. Kebanyakan orang selalu tak imbang. Di era zaman sekarang, yang kerap mencintai lebih banyak adalah wanita, bukan sang pria. Namun, kali ini berbeda jauh. Ariel begitu beruntung memiliki Shawn yang mencintainya dengan cara luar biasa.Dua insan saling mencintai itu bagaikan
Beberapa bulan berlalu … Suara tangis bayi memecahkan ketegangan di ruang bersalin. Tangis bayi laki-laki itu bersamaan dengan air mata menetes dari kedua orang tuanya. Ya, Ariel dan Shawn sama-sama meneteskan air mata di kala putra ketiga mereka telah lahir kedua. Kontraksi yang cukup lama, dan membuat Ariel kesakitan hebat berjam-jam.Akhirnya semua itu terbayar dengan anak ketiga mereka lahir sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Kehamilan kali ini, Ariel mengalami kontraksi lebih lama. Bahkan Shawn sempat memaksa Ariel untuk melahirkan operasi sesar, tapi sayangnya Ariel menolak. Dokter cantik itu tetap berjuang untuk bisa melahirkan secara normal.Ariel dan Shawn saling melemparkan tatapan penuh cinta. Tatapan yang menunjukkan betapa mereka sangatlah bahagia. Sang dokter menyerahkan bayi laki-laki tampan itu ke dada Ariel.“Sayang, anak kita sudah lahir,” bisik Ariel pelan dengan air mata tak henti berlinang.Shawn mengecup lembut kening sang istri dan putranya. “Terima kasih kau
Ariel dan Shawn menatap hangat Stoner dan Ariana yang sudah tertidur pulas. Sepulang dari resepsi pernikahan Harmony, memang Stoner dan Ariana sudah terlelap. Sampai di rumah, Shawn hanya tinggal membaringkan tubuh Stoner dan Ariana di ranjang.“Stoner dan Ariana sudah tidur. Waktunya kita tidur,” ucap Shawn pelan—dan direspon anggukkan di kepala Ariel.Shawn memeluk pinggang sang istri, meninggalkan kamar anak mereka, menuju ke kamar mereka. Shawn dan Ariel selalu memiliki kebiasaan yaitu memastikan anak mereka tidur nyaman. Tidak lupa empat pengasuh diwajibkan berjaga anak mereka secara bergantian.Di kamar, Ariel berbaring di ranjang bersama dengan sang suami tercinta. Tampak jelas raut wajah Ariel menyimpan sesuatu. Seperti ada yang ingin dibicarakan oleh Ariel.“Kenapa kau belum tidur, hm?” Shawn membelai lembut pipi Ariel.Ariel menatap hangat Shawn. “Kau lupa dengan permintaanku ingin melahirkan di Indonesia?” tanyanya pelan.Ariel tidak akan mungkin lupa dengan permintaannya,
Hari pernikahan Harmony telah tiba. Seluruh keluarga Geovan diundang dipernikahan Harmony. Perancang busana yang dipilih adalah Stella—ibu kandung Shawn. Merupakan sebuah kebanggaan bisa memakai gaun pengantin rancangan Stella—yang merupakan seorang perancang busana yang handal.Harmony bahkan mendapatkan gaun pengantin indah secara gratis. Wajar saja, karena Harmony merupakan sahabat baik Ariel. Bukan hanya gaun pengantin gratis, tapi hotel yang dipilih Harmony pun gratis. Kebetulan hotel yang dipilih Harmony adalah hotel milik keluarga Geovan.Ariel yang merupakan bridesmaid, turut ikut membantu dalam persiapan pernikahan Harmony dengan kekasihnya. Namun, tentunya Shawn tidak memberikan izin pada Ariel untuk terlalu sibuk. Shawn mengutus sekretarisnya untuk membantu sang istri. “Shawn, sepertinya aku tidak cocok memakai gaun ini. Lihatlah aku terlihat gemuk.” Ariel mengadu pada Shawn, di kala sudah selesai mengenakan gaun indah khusus menghadiri pernikahan Harmony.Senyuman di waj
“Ariel, aku akan pulang malam. Nanti sopir ibuku akan menjemput Stoner dan Ariana. Ibuku dan ayahku merindukan Stoner dan Ariana. Kau istirahatlah duluan, jangan menungguku.” Shawn membenarkan dasi, bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.Ariel mendekat menghampiri Shawn, membantu membenarkan dasi sang suami. “Sayang, kau belum menjawab permintaanku yang kemarin.”Ariel semalaman tidak tidur nyenyak, akibat permintaannya pada Shawn tidak dikabulkan. Dia ingin melahirkan di Indonesia, tapi belum mendapatkan jawaban dari sang suami tercinta.Shawn mengecup bibir Ariel. “Aku sedang tidak ingin berdebat. Aku berangkat dulu ke kantor. Hari ini aku memiliki meeting. I love you.” Pria tampan itu langsung melangkah pergi meninggalkan Ariel—tanpa menunggu balasan dari sang istri.Ariel menghela napas dalam melihat Shawn yang sudah pergi meninggalkannya. “I love you too, Shawn,” jawabnya, tapi sang suami sudah pergi.“Nyonya…” Seorang pelayan mengetuk pintu.Ariel mempersilakan pelayan itu untu
Satu tahun berlalu … “Stoner, Ariana, jangan main pisau. Ya Tuhan, nanti tangan kalian terkena pisau, Nak. Aduh, kalau Daddy kalian tahu kalian terluka sedikit saja, dia akan mengomel tujuh hari tujuh malam.” Ariel mengambil pisau yang ada di tangan Stoner dan Ariana dengan hati-hati. Buah hatinya dengan Shawn itu sudah bisa berjalan, itu yang membuat Stoner dan Ariana sangat lincah ke sana kemari. Empat pengasuh saja dibuat pusing akibat tingkah Stoner dan Ariana.“Nyonya, maafkan kami.” Empat pengasuh itu menundukkan kepala seraya mengambil pisau di tangan Ariel. Mereka sangat ceroboh di kala tengah menjaga Stoner dan juga Ariana. Ariel ingin memarahi empat pengasuh itu. Akan tetapi, dia memilih untuk bersabar. Pun dia mengerti bagaimana lincahnya bayi kembarnya itu. Jadi wajar jika sampai pengasuh dibuat pusing.“Lain kali hati-hati dalam menjaga Stoner dan Ariana. Suamiku akan sangat marah jika sampai Stoner dan Ariana terluka. Kalian tahu itu, kan?” tegur Ariel mengingatkan emp
Ariel menunggu Shawn kembali pulang. Sudah dua hari Shawn melakukan perjalanan bisnis ke Chicago. Usia Stoner dan Ariana kini sudah empat bulan. Itu yang membuat Shawn bisa meninggalkan istri dan anak kembarnya.“Shawn kapan pulang, ya?” gumam Ariel pelan dengan bibir sedikit menekuk.Ariel sangat merindukan Shawn. Tidur sendiri tanpa sang suami, membuat Ariel benar-benar merasakan ketidaknyamanan. Ariel terbiasa memeluk erat Shawn. Pun dia terbiasa dengan tidur dalam pelukan Shawn. Sekarang membuatnya sangatlah tersiksa.Suara dering ponsel berbunyi. Ariel segera mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor sang suami di layar—tengah melakukan video call. Tampak senyuman di wajah Ariel terlukis. Detik itu juga, Ariel menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Sayang?” panggil Ariel kala panggilan terhubung. Dia tersenyum melihat sang suami yang begitu tampan berada di kamera.“Sayang, di mana Stoner dan Ariana? Mereka baik-baik
“Oh, My God! Kau memintaku untuk berkencan lagi? Bisa kau bayangkan bulan ini aku sudah berkencan lebih dari lima belas pria. Hasilnya sama! Tidak ada yang bagus!” sembur Mika emosi pada sang asisten yang memintanya untuk berkencan lagi. Sudah lima belas kali dia berkencan, dan hasilnya nihil. Tidak ada yang Mika sukai.Sang asisten menggaruk tengkuk lehernya tidak gatal. “Nona, perintah kakek Anda sudah sangat jelas. Beliau meminta Anda terus berkencan sampai Anda menemukan yang cocok.” Sang asisten terlihat jelas menunjukkan rasa panik dan khawatir. Pasalnya dia pun mendapatkan ancaman jika sampai Mika tak mau lagi berkencan. Ancaman tak main-main dari kakek bosnya—membuatnya sakit kepala.Mika mengembuskan napas kasar. “Lima belas pria yang aku temui, mereka tidak benar-benar ingin berkencan denganku. Mereka fokus ingin menjalin kerja sama dengan kakekku dan ayahku. Mendekatiku hanya bagaikan aku ini jembatan mereka. Aku tidak bodoh! Aku tidak mudah dikelabui!”Mika menenggak wine
Ariel telah dipindahkan ke ruang VVIP. Keluarga Geovan dan keluarga DiLaurentis telah berkumpul. Stella menggendong bayi laki-laki, dan Yuval menggendong bayi perempuan dengan hati-hati dibantu oleh Malvia. Tampak jelas kebahagiaan begitu terlihat sangatlah pada semua orang.“Sayang, lihatlah cucu kita mirip sekali seperti Shawn bayi,” ucap Stella pada Sean.Sean mengecup cucu laki-lakinya. “Aku tidak menyangka waktu akan secepat ini. Putra kecil kita sudah menjadi seorang ayah.”Stella tersenyum merespon ucapan Sean. “Kau benar, Sayang. Aku juga tidak pernah menyangka waktu berjalan dengan cepat.”“Selamat, Ariel.” Harmony, Nicole, Joice, dan Mika memeluk Ariel bergantian. Pun Savannah bersama Flora memeluk Ariel bergantian. Mereka semua mengucapkan selamat atas kelahiran anak Shawn dan Ariel.Stanley, Steve, Marcel, dan Oliver pun mengucapkan selamat pada Shawn dan Ariel.“Siapa nama anakmu, Shawn?” tanya William tak sabar.“Iya, siapa nama anakmu, Shawn?” sambung Yuval yang juga ta