Dominic membisu dengan kilat mata dingin, menatap Ariel yang duduk di hadapannya. Aura wajahnya menunjukkan jelas keterkejutan yang nyata. Beberapa detik dia berusaha mencerna, dan semua perkataan Ariel ini sangat jelas.“Ulangi sekali lagi, Ariel,” ucap Dominic dengan nada suara yang nampak terdengar menahan emosi dan kemarahan.Ariel memejamkan mata singkat seraya mengatur napasnya. Dokter cantik itu tidak memiliki pilihan lain. Dia memang salah karena memberi tahu Dominic di belakang Shawn. Dia terlalu takut dan khawatir hal buruk menimpa kekasihnya itu.“Maafkan aku, Paman. Harusnya aku tidak boleh bercerita padamu. Shawn pasti akan marah padaku. Tapi aku tidak memiliki pilihan lain. Aku takut terlambat menyelamatkan Shawn.” Nada bicara Ariel terdengar pelan dan lemah.Dominic menatap serius Ariel. “Katakan. Jangan menutupi apa pun dariku. Jika itu menyangkut racun yang pernah ada di tubuh Shawn dulu, maka hanya aku yang tahu solusi ini semua.” Ariel mengatur napasnya, berusaha
Shawn menatap Ariel yang terlelap di sampingnya. Infus sudah tinggal sedikit, dan pria itu tetap masih berbaring di ranjang sambil memeluk kekasihnya—yang tidur dalam pelukannya. Pria itu membelai lembut pipi Ariel. Tatapannya menatap mata sembab Ariel. Hatinya benar-benar merasa tercabik-cabik melihat kekasihnya menamgis seperti ini.Shawn tak pernah sanggup terus menerus melihat Ariel menangis. Dia tak ingin kekasihnya itu bersedih. Andai saja waktu bisa diputar, dia ingin menghabiskan waktunya lebih lama bersama dengan Ariel.Shawn mengecupi bibir Ariel, menghirup aroma napas kekasihnya itu. Lalu perlahan, mata Ariel mulai terbuka—merasakan ada yang mencium bibirnya. Dokter cantik itu kini menatap Shawn yang memberikan senyuman padanya.“Kau sudah bangun?” bisik Shawn pelan.Ariel menyeka matanya. “Ini jam berapa, Shawn?”“Jam tujuh.” Shawn menjawab dengan nada hangat.“Ya Tuhan, aku belum menyiapkan makan malam untukmu.” Ariel segera bangkit, namun Shawn langsung memeluk erat dokt
Mobil Shawn melaju dengan kecepatan penuh berada di belakang mobil Dominic. Pria itu menuruti keinginan pamannya yang ingin bermaksud mengajak Ariel pergi. Ini memang sudah gila. Dia tak mengira Ariel diam-diam menemui pamannya, tanpa bilang apa pun padanya.Shawn memang sedikit marah, namun perasaan bersalah jauh lebih besar dari pada kemarahan dalam dirinya. Dia mengerti tindakan Ariel semua demi dirinya. Kekasihnya itu takut kehilangannya sama sepertinya.Shawn melirik sebentar Ariel yang duduk di sampingnya, dengan sorot mata serius dan cemas. Tanpa harus bertanya, dia sudah tahu apa yang ada di dalam pikiran kekasihnya itu. “Jangan cemas.” Shawn menyentuh tangan Ariel, dan satu tangannya lain memegang stir mobil.Ariel menatap Shawn yang mengemudikan mobil. “Tidak, aku tidak cemas,” ucapnya berdusta. Sejak di mana Dominic datang, memberi tahu dirinya bisa bertemu dengan teman dari Dominic—itu sudah menimbulkan kecemasan dan rasa takut. “Kau mengatakan tidak, tapi hatimu mengat
Perkataan Jarrod sontak membuat Ariel yang berlindung di belakang Shawn, langsung berdiri di depan Shawn. Tindakan dokter cantik itu membuat Shawn dan Dominic begitu terkejut.“Tidak mungkin tidak ada penawar untuk racun yang sudah kalian buat! Jangan bohong!” seru Ariel menggebu-gebu.Melihat kemarahan Ariel, membuat Shawn menarik tangan Ariel. “Ariel, tenangkan dirimu.”“Wow, wanita cantik dan pemberani. Aku suka sekali dengannya. Ah, jadi namamu Ariel?” Jarrod mendekat bermaksud menyentuh pipi Ariel, namun Shawn langsung menepis kasar tangan Jarrod.“Don’t touch my girlfriend,” desis Shawn tajam dan penuh penekanan.Jarrod tersenyum samar, menatap Shawn. “Jangan-jangan keponakan yang dimaksud Dominic adalah dirimu?”Dominic langsung maju, memberikan peringatan. “Jangan macam-macam, Jarrod! Aku datang ke sini bersama keponakanku dan kekasihnya.”Jarrod mengangkat kedua tangannya sambil menyeringai. “Rupanya wanita cantik yang bersamamu adalah kekasih keponakanmu. Sayang sekali. Pada
Ketegangan menyelimuti ruangan di mana Shawn berada bersama kekasih dan pamannya. Sepulang dari Jarrod, pria itu langsung pulang ke penthouse-nya. Dia enggan untuk membahas perkataan omong kosong dari Jarrod. Namun, sayangnya yang sejak tadi bersikeras adalah Ariel. Kekasihnya itu meminta pada pamannya untuk kembali agar bertemu lagi dengan Jarrod.“Paman, kita tidak bisa langsung pergi begitu saja. Kita harus meminta obat yang dimaksud oleh Jarrod. Aku akan menyelidiki obat apa yang terkandung itu,” seru Ariel mendesak Domonic.Dominic mengembuskan napas kasar seraya memejamkan mata singkat. “Ariel, penjelasan Jarrod masih tidak aku mengerti.”“Pria itu hanya mengatakan omong kosong. Aku tidak mau lagi membahas tentangnya.” Shawn menyela percakapan yang terjadi antara Ariel dan Dominic.Bagi Shawn, perkataan Jarrod hanyalah omong kosong semata. Dia tak sudi percaya pada pria itu. Mencari orang untuk mengorbankan nyawa demi dirinya adalah sebuah tindakan yang benar-benar gila dan kony
Malam semakin larut. Ariel terbangun menatap Shawn yang terlelap seraya memeluknya. Dokter cantik itu tak pernah takut apa pun yang ada di dunia ini. Yang sangat dia takutkan di dunia ini adalah dirinya tidak bisa lagi melihat Shawn.Sejenak, Ariel terdiam berusaha mengingat perkataan Jarrod. Dia bangun perlahan, menyingkirkan tangan Shawn yang memeluknya dengan erat. Ariel mengambil iPad-nya yang ada di atas meja—dan mencari di internet tentang semua informasi yang diberikan oleh Jarrod. Akan tetapi, sayangnya Ariel tidak mendapatkan apa pun dari internet.Ariel berdecak pelan. Ini pertama kalinya dia dihadapkan dengan kerumitan, dalam menyembuhkan sebuah penyakit. Tampak jelas kemarahan muncul dalam diri Ariel. Dia membenci dirinya sendiri yang bodoh dalam hal ini.Ariel meletakan iPad-nya ke tempat semula. Tatapannya menatap hangat Shawn yang terlelap di sampingnya. Dia membelai lembut pipi Shawn, dan memberikan kecupan di sana. “Aku akan melakukan apa pun, asalkan kau sembuh, Sha
Mata dan bibir Harmony melebar terkejut melihat Ariel berlari dengan mata sembab seperti habis menangis. Tunggu! Tatapan Harmony teralih pada sosok pria yang terbaring di brankar rumah sakit. Dalam hitungan detik, Harmony menganga terkejut melihat Shawn terbaring lemah dengan wajah pucat. Pun banyak darah di area pipi dan leher.“Ariel? Ada apa?” Harmony berlari menghampiri Ariel yang nampak menunjukkan kepanikan, dan rasa cemas.Mata Ariel memerah, menatap Harmony. “Maaf, Harmony. Aku tidak bisa cerita sekarang. Tapi aku butuh bantuanmu untuk menolong Shawn.”Harmony mengangguk tanpa sama sekali ragu. Detik selanjutnya, Ariel melangkah masuk ke dalam ruang pemeriksaan—bersama dengan Harmony. Mereka sama-sama memeriksa kondisi Shawn. Jan yang berada di luar bertugas menghubungi Dominic dan keluarga Geovan lain. Dalam kondisi seperti ini, tidak bisa lagi menutup-nutupi tentang kondisi yang menimpa Shawn.***Alat bantu pernapasan telah terpasang di tubuh Shawn. Ariel dibantu Harmony se
Sean, Stella, bersama William dan Marsha telah tiba di rumah sakit. Mereka mengajukan pertanyaan pada Dokter John, tapi sayangnya Dokter John tak mampu menjawab rentetan pertanyaan yang ada. Cercaan Sean dan William membuat Dokter senior itu tidak berkutik sama sekali.“Dokter John, kenapa kau hanya diam saja! Aku ingin kau memberikan solusi! Kau sudah bekerja lama di Orlando Hospital, tapi kenapa kau ini seperti orang bodoh yang hanya diam tidak berdaya?!” sentak William dengan nada keras.Dokter John semakin kelimpungan dan ketakutan. “T-Tuan Geovan. Begini … racun yang ada di tubuh Tuan Shawn—”“Persetan dengan penjelasanmu! Kau dari tadi menjelaskan ada racun berbahaya di tubuh Shawn. Aku ingin solusi!” bentak Sean tak sabar.Stella dan Marsha menangis di kala melihat Shawn dari kaca, sudah terpasang alat bantu pernapasan.“Tinggalkan mereka. Biarkan aku yang menjelaskan.” Dominic muncul, menginterupsi, dan meminta Dokter John untuk pergi.“Tuan Dominic,” sapa Dokter John penuh so
Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimatan Timur. Hal yang paling Ariel sukai adalah Indonesia kaya akan budaya alam, yang menakjubkan. Shawn mengajak Ariel ke sebuah pengalaman baru yang seumur hidupnya, tidak pernah Ariel temukan. Suasana hangat alam yang berbeda jauh dari negara-negara di benua Amerika ataupun Eropa—sangatlah indah di mata Ariel.Ariel tidak menyangka, di balik sosok Shawn yang terkenal sangat kaya, ternyata menyimpan jutaan kesederhanaan. Seperti contohnya ini. Tidak pernah sekalipun Ariel sangka bahwa Shawn bisa makan di rumah makan sederhana. Shawn selalu menuruti keinginan Ariel. Apa pun asalkan Ariel bahagia, pastinya pria itu akan menurutinya.Cinta di level yang sama, sangatlah jarang terjadi. Kebanyakan orang selalu tak imbang. Di era zaman sekarang, yang kerap mencintai lebih banyak adalah wanita, bukan sang pria. Namun, kali ini berbeda jauh. Ariel begitu beruntung memiliki Shawn yang mencintainya dengan cara luar biasa.Dua insan saling mencintai itu bagaikan
Beberapa bulan berlalu … Suara tangis bayi memecahkan ketegangan di ruang bersalin. Tangis bayi laki-laki itu bersamaan dengan air mata menetes dari kedua orang tuanya. Ya, Ariel dan Shawn sama-sama meneteskan air mata di kala putra ketiga mereka telah lahir kedua. Kontraksi yang cukup lama, dan membuat Ariel kesakitan hebat berjam-jam.Akhirnya semua itu terbayar dengan anak ketiga mereka lahir sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Kehamilan kali ini, Ariel mengalami kontraksi lebih lama. Bahkan Shawn sempat memaksa Ariel untuk melahirkan operasi sesar, tapi sayangnya Ariel menolak. Dokter cantik itu tetap berjuang untuk bisa melahirkan secara normal.Ariel dan Shawn saling melemparkan tatapan penuh cinta. Tatapan yang menunjukkan betapa mereka sangatlah bahagia. Sang dokter menyerahkan bayi laki-laki tampan itu ke dada Ariel.“Sayang, anak kita sudah lahir,” bisik Ariel pelan dengan air mata tak henti berlinang.Shawn mengecup lembut kening sang istri dan putranya. “Terima kasih kau
Ariel dan Shawn menatap hangat Stoner dan Ariana yang sudah tertidur pulas. Sepulang dari resepsi pernikahan Harmony, memang Stoner dan Ariana sudah terlelap. Sampai di rumah, Shawn hanya tinggal membaringkan tubuh Stoner dan Ariana di ranjang.“Stoner dan Ariana sudah tidur. Waktunya kita tidur,” ucap Shawn pelan—dan direspon anggukkan di kepala Ariel.Shawn memeluk pinggang sang istri, meninggalkan kamar anak mereka, menuju ke kamar mereka. Shawn dan Ariel selalu memiliki kebiasaan yaitu memastikan anak mereka tidur nyaman. Tidak lupa empat pengasuh diwajibkan berjaga anak mereka secara bergantian.Di kamar, Ariel berbaring di ranjang bersama dengan sang suami tercinta. Tampak jelas raut wajah Ariel menyimpan sesuatu. Seperti ada yang ingin dibicarakan oleh Ariel.“Kenapa kau belum tidur, hm?” Shawn membelai lembut pipi Ariel.Ariel menatap hangat Shawn. “Kau lupa dengan permintaanku ingin melahirkan di Indonesia?” tanyanya pelan.Ariel tidak akan mungkin lupa dengan permintaannya,
Hari pernikahan Harmony telah tiba. Seluruh keluarga Geovan diundang dipernikahan Harmony. Perancang busana yang dipilih adalah Stella—ibu kandung Shawn. Merupakan sebuah kebanggaan bisa memakai gaun pengantin rancangan Stella—yang merupakan seorang perancang busana yang handal.Harmony bahkan mendapatkan gaun pengantin indah secara gratis. Wajar saja, karena Harmony merupakan sahabat baik Ariel. Bukan hanya gaun pengantin gratis, tapi hotel yang dipilih Harmony pun gratis. Kebetulan hotel yang dipilih Harmony adalah hotel milik keluarga Geovan.Ariel yang merupakan bridesmaid, turut ikut membantu dalam persiapan pernikahan Harmony dengan kekasihnya. Namun, tentunya Shawn tidak memberikan izin pada Ariel untuk terlalu sibuk. Shawn mengutus sekretarisnya untuk membantu sang istri. “Shawn, sepertinya aku tidak cocok memakai gaun ini. Lihatlah aku terlihat gemuk.” Ariel mengadu pada Shawn, di kala sudah selesai mengenakan gaun indah khusus menghadiri pernikahan Harmony.Senyuman di waj
“Ariel, aku akan pulang malam. Nanti sopir ibuku akan menjemput Stoner dan Ariana. Ibuku dan ayahku merindukan Stoner dan Ariana. Kau istirahatlah duluan, jangan menungguku.” Shawn membenarkan dasi, bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.Ariel mendekat menghampiri Shawn, membantu membenarkan dasi sang suami. “Sayang, kau belum menjawab permintaanku yang kemarin.”Ariel semalaman tidak tidur nyenyak, akibat permintaannya pada Shawn tidak dikabulkan. Dia ingin melahirkan di Indonesia, tapi belum mendapatkan jawaban dari sang suami tercinta.Shawn mengecup bibir Ariel. “Aku sedang tidak ingin berdebat. Aku berangkat dulu ke kantor. Hari ini aku memiliki meeting. I love you.” Pria tampan itu langsung melangkah pergi meninggalkan Ariel—tanpa menunggu balasan dari sang istri.Ariel menghela napas dalam melihat Shawn yang sudah pergi meninggalkannya. “I love you too, Shawn,” jawabnya, tapi sang suami sudah pergi.“Nyonya…” Seorang pelayan mengetuk pintu.Ariel mempersilakan pelayan itu untu
Satu tahun berlalu … “Stoner, Ariana, jangan main pisau. Ya Tuhan, nanti tangan kalian terkena pisau, Nak. Aduh, kalau Daddy kalian tahu kalian terluka sedikit saja, dia akan mengomel tujuh hari tujuh malam.” Ariel mengambil pisau yang ada di tangan Stoner dan Ariana dengan hati-hati. Buah hatinya dengan Shawn itu sudah bisa berjalan, itu yang membuat Stoner dan Ariana sangat lincah ke sana kemari. Empat pengasuh saja dibuat pusing akibat tingkah Stoner dan Ariana.“Nyonya, maafkan kami.” Empat pengasuh itu menundukkan kepala seraya mengambil pisau di tangan Ariel. Mereka sangat ceroboh di kala tengah menjaga Stoner dan juga Ariana. Ariel ingin memarahi empat pengasuh itu. Akan tetapi, dia memilih untuk bersabar. Pun dia mengerti bagaimana lincahnya bayi kembarnya itu. Jadi wajar jika sampai pengasuh dibuat pusing.“Lain kali hati-hati dalam menjaga Stoner dan Ariana. Suamiku akan sangat marah jika sampai Stoner dan Ariana terluka. Kalian tahu itu, kan?” tegur Ariel mengingatkan emp
Ariel menunggu Shawn kembali pulang. Sudah dua hari Shawn melakukan perjalanan bisnis ke Chicago. Usia Stoner dan Ariana kini sudah empat bulan. Itu yang membuat Shawn bisa meninggalkan istri dan anak kembarnya.“Shawn kapan pulang, ya?” gumam Ariel pelan dengan bibir sedikit menekuk.Ariel sangat merindukan Shawn. Tidur sendiri tanpa sang suami, membuat Ariel benar-benar merasakan ketidaknyamanan. Ariel terbiasa memeluk erat Shawn. Pun dia terbiasa dengan tidur dalam pelukan Shawn. Sekarang membuatnya sangatlah tersiksa.Suara dering ponsel berbunyi. Ariel segera mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor sang suami di layar—tengah melakukan video call. Tampak senyuman di wajah Ariel terlukis. Detik itu juga, Ariel menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Sayang?” panggil Ariel kala panggilan terhubung. Dia tersenyum melihat sang suami yang begitu tampan berada di kamera.“Sayang, di mana Stoner dan Ariana? Mereka baik-baik
“Oh, My God! Kau memintaku untuk berkencan lagi? Bisa kau bayangkan bulan ini aku sudah berkencan lebih dari lima belas pria. Hasilnya sama! Tidak ada yang bagus!” sembur Mika emosi pada sang asisten yang memintanya untuk berkencan lagi. Sudah lima belas kali dia berkencan, dan hasilnya nihil. Tidak ada yang Mika sukai.Sang asisten menggaruk tengkuk lehernya tidak gatal. “Nona, perintah kakek Anda sudah sangat jelas. Beliau meminta Anda terus berkencan sampai Anda menemukan yang cocok.” Sang asisten terlihat jelas menunjukkan rasa panik dan khawatir. Pasalnya dia pun mendapatkan ancaman jika sampai Mika tak mau lagi berkencan. Ancaman tak main-main dari kakek bosnya—membuatnya sakit kepala.Mika mengembuskan napas kasar. “Lima belas pria yang aku temui, mereka tidak benar-benar ingin berkencan denganku. Mereka fokus ingin menjalin kerja sama dengan kakekku dan ayahku. Mendekatiku hanya bagaikan aku ini jembatan mereka. Aku tidak bodoh! Aku tidak mudah dikelabui!”Mika menenggak wine
Ariel telah dipindahkan ke ruang VVIP. Keluarga Geovan dan keluarga DiLaurentis telah berkumpul. Stella menggendong bayi laki-laki, dan Yuval menggendong bayi perempuan dengan hati-hati dibantu oleh Malvia. Tampak jelas kebahagiaan begitu terlihat sangatlah pada semua orang.“Sayang, lihatlah cucu kita mirip sekali seperti Shawn bayi,” ucap Stella pada Sean.Sean mengecup cucu laki-lakinya. “Aku tidak menyangka waktu akan secepat ini. Putra kecil kita sudah menjadi seorang ayah.”Stella tersenyum merespon ucapan Sean. “Kau benar, Sayang. Aku juga tidak pernah menyangka waktu berjalan dengan cepat.”“Selamat, Ariel.” Harmony, Nicole, Joice, dan Mika memeluk Ariel bergantian. Pun Savannah bersama Flora memeluk Ariel bergantian. Mereka semua mengucapkan selamat atas kelahiran anak Shawn dan Ariel.Stanley, Steve, Marcel, dan Oliver pun mengucapkan selamat pada Shawn dan Ariel.“Siapa nama anakmu, Shawn?” tanya William tak sabar.“Iya, siapa nama anakmu, Shawn?” sambung Yuval yang juga ta