Sean, Stella, bersama William dan Marsha telah tiba di rumah sakit. Mereka mengajukan pertanyaan pada Dokter John, tapi sayangnya Dokter John tak mampu menjawab rentetan pertanyaan yang ada. Cercaan Sean dan William membuat Dokter senior itu tidak berkutik sama sekali.“Dokter John, kenapa kau hanya diam saja! Aku ingin kau memberikan solusi! Kau sudah bekerja lama di Orlando Hospital, tapi kenapa kau ini seperti orang bodoh yang hanya diam tidak berdaya?!” sentak William dengan nada keras.Dokter John semakin kelimpungan dan ketakutan. “T-Tuan Geovan. Begini … racun yang ada di tubuh Tuan Shawn—”“Persetan dengan penjelasanmu! Kau dari tadi menjelaskan ada racun berbahaya di tubuh Shawn. Aku ingin solusi!” bentak Sean tak sabar.Stella dan Marsha menangis di kala melihat Shawn dari kaca, sudah terpasang alat bantu pernapasan.“Tinggalkan mereka. Biarkan aku yang menjelaskan.” Dominic muncul, menginterupsi, dan meminta Dokter John untuk pergi.“Tuan Dominic,” sapa Dokter John penuh so
Ariel berlari masuk ke dalam lobby rumah sakit dengan wajah yang nampak menunjukkan rasa putus asa. Bibir sedikit pucat. Tapi dia tak akan membiarkannya lemah. Sampai kapan pun, dia tidak akan pernah menyerah. Ada sosok pria yang dia lantunan dalam doanya sepanjang perjalanan menuju kembali ke rumah sakit. Panjatan doa yang berharap pria yang dia cintai baik-baik saja.Ariel melangkah menuju ruang rawat Shawn. Dia melihat di depan ruang rawat hanya ada para penjaga. Dia bersyukur tidak ada keluarga Shawn di sana. Sekarang yang dia lakukan adalah mencari keberadaan Harmony. Satu-satunya yang bisa menolongnya hanyalah Harmony saja. Tidak ada yang lain.“Ariel? Kau dari mana saja? Aku mencari—”“Harmony, aku membutuhkan bantuanmu.” Ariel menarik tangan Harmony, menjauh dari banyak orang.Kening Harmony mengerut dalam. “Kau ini misterius sekali. Kau butuh bantuanku apa?” tanyanya bingung dan tak mengerti.Ariel terdiam sebentar seraya menatap Harmony. “Kau benar-benar menganggapku sebagai
“Ariel mengorbankan nyawanya demi Shawn. Sebelum Shawn masuk rumah sakit. Aku membawa Ariel dan Shawn bertemu dengan salah satu orang yang aku kenal yang masih bergelut di dunia pasar gelap. Dia memberi tahu satu-satunya cara menyelamatkan Shawn adalah metode pemindahan racun. Orang yang memiliki golongan darah sama, menjadi salah satu syarat utama agar metode pemindahan racun berhasil.”“Shawn menolak permintaan orang yang aku kenal. Tapi tidak dengan Ariel. Diam-diam Ariel menemuinya di belakang. Ariel mengambil keputusan sendiri menjalankan pemindahan racun tanpa izin dari siapa pun. Seperti yang kalian dengar dari Harmony, Ariel mengatakan tidak bisa hidup di dunia ini, jika tanpa Shawn.”Dominic menjelaskan dengan nada berat begitu menyesal. Manik matanya memancarkan tatapan rasa bersalah. Sean dan William terdiam tak bisa mengatakan apa pun. Mereka sekarang berada di depan ruang rawat karena Shawn dan Ariel tengah diperiksa oleh dokter senior di Orlando Hospital.Ceklek! Pintu
Tubuh Shawn membeku duduk kursi roda, menatap Ariel terbaring lemah di ranjang dengan penuh alat bantu pernapasan. Air mata Shawn sejak tadi berlinang membasahi pipinya. Untuk pertama kalinya, Shawn menangis. Hatinya merasakan hancur berkeping-keping melihat kondisi Ariel. Dia mengulurkan tangannya, menyentuh tangan Ariel yang pucat.“Kenapa kau melakukan ini, Ariel?” ucap Shawn begitu lirih dengan air mata yang tak bisa tertahankan.“Ariel diam-diam melakukan test darah. Setelah dia tahu darah dia bisa disumbangkan padamu, dia menemui Jarrod.” Dominic menepuk bahu Shawn, berusaha menenangkan keponakannya itu.Shawn menggeleng tegas. “Lebih baik aku yang mati daripada aku harus melihat Ariel seperti ini!” “Nyatanya, Ariel tidak bisa hidup tanpamu. Shawn, jangan larut dalam kesedihan. Kita pasti akan menemukan solusi.” Sean yang ada di samping Dominic, berusaha menenangkan putra sulungnya.Sean telah mengambil keputusan untuk tidak menutupi tentang Ariel. Sekalipun dia menutupi, past
Satu minggu sudah Ariel berada di ruang ICU. Tidak ada tanda-tanda keadaan Ariel membaik. Shawn telah mengerahkan seluruh dokter terbaik yang ada di dunia ini, tapi hasilnya tetap nihil. Tidak ada obat yang mampu menyembuhkan Ariel.Dominic turut membantu. Dia sudah mengerahkan anak buahnya kembali terjun di pasar gelap, dan hasilnya tetap nihil. Apa yang dikatakan Jarrod merupakan sesuatu fakta nyata. Tidak ada obat atau ramuan yang mampu menyembuhkan Ariel.Stella sangat terpukul melihat Ariel harus berkorban untuk Shawn. Tidak jarang dia menangis di depan Ariel yang terbaring lemah di ranjang. Bahkan Nicole pun turut menangisi Ariel.Shawn tak menyalahkan siapa pun. Saat ini yang Shawn fokuskan adalah penyembuhan kekasihnya. Dia tak akan menyerah. Sekalipun harus menunggu puluhan tahun, dia akan siap.“Kau belum makan.” Oliver menghampiri Shawn yang duduk di depan ruang ICU.“Aku tidak lapar,” jawab Shawn datar.Oliver duduk di samping Shawn sambil memberikan sebotol air putih untu
Enam bulan berlalu …Hidup Shawn bagaikan mayat hidup. Seolah kehidupannya hanya gelap gulita. Tidak ada matahari yang menyinari kehidupannya lagi. Semua telah hilang senyap, ditelan oleh badai ombak. Senyuman yang selalu ada di wajah Shawn telah sirna. Pria itu tak lagi merasakan kehidupannya.Melalui enam bulan tanpa Ariel, adalah hal terberat di hidup Shawn. Selama ini Shawn sudah terbiasa, Ariel selalu ada di sisinya. Ariel memberikan sambutan di kala dia pulang bekerja. Ariel memasak sesuatu untuknya. Bahkan di kala dia sakit, Ariel juga yang sangat sigap dan peduli. Seluruh keluarga memberikan dukungan yang besar pada Shawn. Mereka selalu memberikan semangat bahwa Ariel pasti akan kembali pulih seperti sedia kala. Tidak jarang Savannah datang untuk menemani Shawn. Pun Savannah menghibur kakak sulungnya itu. Tapi, sayangnya senyuman di wajah Shawn tetap tidak bisa sama. “Rambutmu sudah panjang. Nanti saat kau sudah siuman, aku akan menemanimu ke salon untuk potong rambutmu.” S
Shawn melangkah masuk ke dalam kamar, menyentuh barang-barang milik Ariel. Aroma parfume Ariel selalu ada di aroma yang paling Shawn sukai. Jika dia merindukan kekasihnya itu, maka tindakan yang dilakukannya adalah memeluk baju Ariel dan menciumi baju kekasihnya itu.Ponsel Ariel sekarang bahkan selalu ada di tangan Shawn. Wallpaper di ponsel Ariel, dan juga sosial medianya sudah penuh dengan foto kebersamaan mereka. Meski hanya foto di mobil dan di restoran, tapi tetap foto-fotonya dengan Ariel sangatlah berkenang.Hal yang paling Shawn sesalkan adalah dulu dirinya dan Ariel tak sempat berlibur bersama. Badai menghantam hubungan mereka di awal-awal hubungan. Dan di kala mereka mampu menghadapi—malah kembali badai baru yang sekarang bahkan jauh lebih dahsyat.Setiap malam, yang Shawn takutkan adalah kehilangan Ariel. Dia berusaha keras untuk tak lagi menangis di depan Ariel. Jika dia ingin menangis, maka dia akan diam di kamar seraya menatap foto berduanya dengan Ariel.Shawn kini mem
“Ariel!” Shawn terbangun dari tidurnya, dengan napas terengah-engah, dan keringat membanjirinya. Tampak raut wajah pria itu menunjukkan jelas ketakutan dan kepanikan di kala matanya sudah terbuka.Dalam keadaan napas yang terengah-engah, Shawn mengendarkan pandangannya, menatap ke sekitar—di mana dirinya berada di ruang kerjanya. Dia terdiam sejenak, berusaha mengingat apa yang terjadi.Seketika Shawn langsung mengucapkan Syukur di kala dirinya mengingat dia hanya bermimpi. Dia baru saja selesai video conference—dan tertidur di ruang kerjanya. Tatapannya menatap ke jam dinding—waktu menunjukkan pukul delapan malam.Shawn mengendarkan pandangannya kembali, memastikan bahwa memang dirinya ini hanyalah mimpi. Dia berusaha mengatur napasnya, mengatasi rasa takut dan cemas yang telah melanda dirinya. Suara ketukan pintu terdengar…“Masuk!” seru Shawn meminta pelayan untuk masuk.Sang pelayan masuk setelah mendapatkan izin. “Tuan, maaf mengganggu Anda. Saya ingin memberi tahu Anda kalau di
Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimatan Timur. Hal yang paling Ariel sukai adalah Indonesia kaya akan budaya alam, yang menakjubkan. Shawn mengajak Ariel ke sebuah pengalaman baru yang seumur hidupnya, tidak pernah Ariel temukan. Suasana hangat alam yang berbeda jauh dari negara-negara di benua Amerika ataupun Eropa—sangatlah indah di mata Ariel.Ariel tidak menyangka, di balik sosok Shawn yang terkenal sangat kaya, ternyata menyimpan jutaan kesederhanaan. Seperti contohnya ini. Tidak pernah sekalipun Ariel sangka bahwa Shawn bisa makan di rumah makan sederhana. Shawn selalu menuruti keinginan Ariel. Apa pun asalkan Ariel bahagia, pastinya pria itu akan menurutinya.Cinta di level yang sama, sangatlah jarang terjadi. Kebanyakan orang selalu tak imbang. Di era zaman sekarang, yang kerap mencintai lebih banyak adalah wanita, bukan sang pria. Namun, kali ini berbeda jauh. Ariel begitu beruntung memiliki Shawn yang mencintainya dengan cara luar biasa.Dua insan saling mencintai itu bagaikan
Beberapa bulan berlalu … Suara tangis bayi memecahkan ketegangan di ruang bersalin. Tangis bayi laki-laki itu bersamaan dengan air mata menetes dari kedua orang tuanya. Ya, Ariel dan Shawn sama-sama meneteskan air mata di kala putra ketiga mereka telah lahir kedua. Kontraksi yang cukup lama, dan membuat Ariel kesakitan hebat berjam-jam.Akhirnya semua itu terbayar dengan anak ketiga mereka lahir sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Kehamilan kali ini, Ariel mengalami kontraksi lebih lama. Bahkan Shawn sempat memaksa Ariel untuk melahirkan operasi sesar, tapi sayangnya Ariel menolak. Dokter cantik itu tetap berjuang untuk bisa melahirkan secara normal.Ariel dan Shawn saling melemparkan tatapan penuh cinta. Tatapan yang menunjukkan betapa mereka sangatlah bahagia. Sang dokter menyerahkan bayi laki-laki tampan itu ke dada Ariel.“Sayang, anak kita sudah lahir,” bisik Ariel pelan dengan air mata tak henti berlinang.Shawn mengecup lembut kening sang istri dan putranya. “Terima kasih kau
Ariel dan Shawn menatap hangat Stoner dan Ariana yang sudah tertidur pulas. Sepulang dari resepsi pernikahan Harmony, memang Stoner dan Ariana sudah terlelap. Sampai di rumah, Shawn hanya tinggal membaringkan tubuh Stoner dan Ariana di ranjang.“Stoner dan Ariana sudah tidur. Waktunya kita tidur,” ucap Shawn pelan—dan direspon anggukkan di kepala Ariel.Shawn memeluk pinggang sang istri, meninggalkan kamar anak mereka, menuju ke kamar mereka. Shawn dan Ariel selalu memiliki kebiasaan yaitu memastikan anak mereka tidur nyaman. Tidak lupa empat pengasuh diwajibkan berjaga anak mereka secara bergantian.Di kamar, Ariel berbaring di ranjang bersama dengan sang suami tercinta. Tampak jelas raut wajah Ariel menyimpan sesuatu. Seperti ada yang ingin dibicarakan oleh Ariel.“Kenapa kau belum tidur, hm?” Shawn membelai lembut pipi Ariel.Ariel menatap hangat Shawn. “Kau lupa dengan permintaanku ingin melahirkan di Indonesia?” tanyanya pelan.Ariel tidak akan mungkin lupa dengan permintaannya,
Hari pernikahan Harmony telah tiba. Seluruh keluarga Geovan diundang dipernikahan Harmony. Perancang busana yang dipilih adalah Stella—ibu kandung Shawn. Merupakan sebuah kebanggaan bisa memakai gaun pengantin rancangan Stella—yang merupakan seorang perancang busana yang handal.Harmony bahkan mendapatkan gaun pengantin indah secara gratis. Wajar saja, karena Harmony merupakan sahabat baik Ariel. Bukan hanya gaun pengantin gratis, tapi hotel yang dipilih Harmony pun gratis. Kebetulan hotel yang dipilih Harmony adalah hotel milik keluarga Geovan.Ariel yang merupakan bridesmaid, turut ikut membantu dalam persiapan pernikahan Harmony dengan kekasihnya. Namun, tentunya Shawn tidak memberikan izin pada Ariel untuk terlalu sibuk. Shawn mengutus sekretarisnya untuk membantu sang istri. “Shawn, sepertinya aku tidak cocok memakai gaun ini. Lihatlah aku terlihat gemuk.” Ariel mengadu pada Shawn, di kala sudah selesai mengenakan gaun indah khusus menghadiri pernikahan Harmony.Senyuman di waj
“Ariel, aku akan pulang malam. Nanti sopir ibuku akan menjemput Stoner dan Ariana. Ibuku dan ayahku merindukan Stoner dan Ariana. Kau istirahatlah duluan, jangan menungguku.” Shawn membenarkan dasi, bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.Ariel mendekat menghampiri Shawn, membantu membenarkan dasi sang suami. “Sayang, kau belum menjawab permintaanku yang kemarin.”Ariel semalaman tidak tidur nyenyak, akibat permintaannya pada Shawn tidak dikabulkan. Dia ingin melahirkan di Indonesia, tapi belum mendapatkan jawaban dari sang suami tercinta.Shawn mengecup bibir Ariel. “Aku sedang tidak ingin berdebat. Aku berangkat dulu ke kantor. Hari ini aku memiliki meeting. I love you.” Pria tampan itu langsung melangkah pergi meninggalkan Ariel—tanpa menunggu balasan dari sang istri.Ariel menghela napas dalam melihat Shawn yang sudah pergi meninggalkannya. “I love you too, Shawn,” jawabnya, tapi sang suami sudah pergi.“Nyonya…” Seorang pelayan mengetuk pintu.Ariel mempersilakan pelayan itu untu
Satu tahun berlalu … “Stoner, Ariana, jangan main pisau. Ya Tuhan, nanti tangan kalian terkena pisau, Nak. Aduh, kalau Daddy kalian tahu kalian terluka sedikit saja, dia akan mengomel tujuh hari tujuh malam.” Ariel mengambil pisau yang ada di tangan Stoner dan Ariana dengan hati-hati. Buah hatinya dengan Shawn itu sudah bisa berjalan, itu yang membuat Stoner dan Ariana sangat lincah ke sana kemari. Empat pengasuh saja dibuat pusing akibat tingkah Stoner dan Ariana.“Nyonya, maafkan kami.” Empat pengasuh itu menundukkan kepala seraya mengambil pisau di tangan Ariel. Mereka sangat ceroboh di kala tengah menjaga Stoner dan juga Ariana. Ariel ingin memarahi empat pengasuh itu. Akan tetapi, dia memilih untuk bersabar. Pun dia mengerti bagaimana lincahnya bayi kembarnya itu. Jadi wajar jika sampai pengasuh dibuat pusing.“Lain kali hati-hati dalam menjaga Stoner dan Ariana. Suamiku akan sangat marah jika sampai Stoner dan Ariana terluka. Kalian tahu itu, kan?” tegur Ariel mengingatkan emp
Ariel menunggu Shawn kembali pulang. Sudah dua hari Shawn melakukan perjalanan bisnis ke Chicago. Usia Stoner dan Ariana kini sudah empat bulan. Itu yang membuat Shawn bisa meninggalkan istri dan anak kembarnya.“Shawn kapan pulang, ya?” gumam Ariel pelan dengan bibir sedikit menekuk.Ariel sangat merindukan Shawn. Tidur sendiri tanpa sang suami, membuat Ariel benar-benar merasakan ketidaknyamanan. Ariel terbiasa memeluk erat Shawn. Pun dia terbiasa dengan tidur dalam pelukan Shawn. Sekarang membuatnya sangatlah tersiksa.Suara dering ponsel berbunyi. Ariel segera mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor sang suami di layar—tengah melakukan video call. Tampak senyuman di wajah Ariel terlukis. Detik itu juga, Ariel menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Sayang?” panggil Ariel kala panggilan terhubung. Dia tersenyum melihat sang suami yang begitu tampan berada di kamera.“Sayang, di mana Stoner dan Ariana? Mereka baik-baik
“Oh, My God! Kau memintaku untuk berkencan lagi? Bisa kau bayangkan bulan ini aku sudah berkencan lebih dari lima belas pria. Hasilnya sama! Tidak ada yang bagus!” sembur Mika emosi pada sang asisten yang memintanya untuk berkencan lagi. Sudah lima belas kali dia berkencan, dan hasilnya nihil. Tidak ada yang Mika sukai.Sang asisten menggaruk tengkuk lehernya tidak gatal. “Nona, perintah kakek Anda sudah sangat jelas. Beliau meminta Anda terus berkencan sampai Anda menemukan yang cocok.” Sang asisten terlihat jelas menunjukkan rasa panik dan khawatir. Pasalnya dia pun mendapatkan ancaman jika sampai Mika tak mau lagi berkencan. Ancaman tak main-main dari kakek bosnya—membuatnya sakit kepala.Mika mengembuskan napas kasar. “Lima belas pria yang aku temui, mereka tidak benar-benar ingin berkencan denganku. Mereka fokus ingin menjalin kerja sama dengan kakekku dan ayahku. Mendekatiku hanya bagaikan aku ini jembatan mereka. Aku tidak bodoh! Aku tidak mudah dikelabui!”Mika menenggak wine
Ariel telah dipindahkan ke ruang VVIP. Keluarga Geovan dan keluarga DiLaurentis telah berkumpul. Stella menggendong bayi laki-laki, dan Yuval menggendong bayi perempuan dengan hati-hati dibantu oleh Malvia. Tampak jelas kebahagiaan begitu terlihat sangatlah pada semua orang.“Sayang, lihatlah cucu kita mirip sekali seperti Shawn bayi,” ucap Stella pada Sean.Sean mengecup cucu laki-lakinya. “Aku tidak menyangka waktu akan secepat ini. Putra kecil kita sudah menjadi seorang ayah.”Stella tersenyum merespon ucapan Sean. “Kau benar, Sayang. Aku juga tidak pernah menyangka waktu berjalan dengan cepat.”“Selamat, Ariel.” Harmony, Nicole, Joice, dan Mika memeluk Ariel bergantian. Pun Savannah bersama Flora memeluk Ariel bergantian. Mereka semua mengucapkan selamat atas kelahiran anak Shawn dan Ariel.Stanley, Steve, Marcel, dan Oliver pun mengucapkan selamat pada Shawn dan Ariel.“Siapa nama anakmu, Shawn?” tanya William tak sabar.“Iya, siapa nama anakmu, Shawn?” sambung Yuval yang juga ta