Ariel berlari masuk ke dalam lobby rumah sakit dengan wajah yang nampak menunjukkan rasa putus asa. Bibir sedikit pucat. Tapi dia tak akan membiarkannya lemah. Sampai kapan pun, dia tidak akan pernah menyerah. Ada sosok pria yang dia lantunan dalam doanya sepanjang perjalanan menuju kembali ke rumah sakit. Panjatan doa yang berharap pria yang dia cintai baik-baik saja.Ariel melangkah menuju ruang rawat Shawn. Dia melihat di depan ruang rawat hanya ada para penjaga. Dia bersyukur tidak ada keluarga Shawn di sana. Sekarang yang dia lakukan adalah mencari keberadaan Harmony. Satu-satunya yang bisa menolongnya hanyalah Harmony saja. Tidak ada yang lain.“Ariel? Kau dari mana saja? Aku mencari—”“Harmony, aku membutuhkan bantuanmu.” Ariel menarik tangan Harmony, menjauh dari banyak orang.Kening Harmony mengerut dalam. “Kau ini misterius sekali. Kau butuh bantuanku apa?” tanyanya bingung dan tak mengerti.Ariel terdiam sebentar seraya menatap Harmony. “Kau benar-benar menganggapku sebagai
“Ariel mengorbankan nyawanya demi Shawn. Sebelum Shawn masuk rumah sakit. Aku membawa Ariel dan Shawn bertemu dengan salah satu orang yang aku kenal yang masih bergelut di dunia pasar gelap. Dia memberi tahu satu-satunya cara menyelamatkan Shawn adalah metode pemindahan racun. Orang yang memiliki golongan darah sama, menjadi salah satu syarat utama agar metode pemindahan racun berhasil.”“Shawn menolak permintaan orang yang aku kenal. Tapi tidak dengan Ariel. Diam-diam Ariel menemuinya di belakang. Ariel mengambil keputusan sendiri menjalankan pemindahan racun tanpa izin dari siapa pun. Seperti yang kalian dengar dari Harmony, Ariel mengatakan tidak bisa hidup di dunia ini, jika tanpa Shawn.”Dominic menjelaskan dengan nada berat begitu menyesal. Manik matanya memancarkan tatapan rasa bersalah. Sean dan William terdiam tak bisa mengatakan apa pun. Mereka sekarang berada di depan ruang rawat karena Shawn dan Ariel tengah diperiksa oleh dokter senior di Orlando Hospital.Ceklek! Pintu
Tubuh Shawn membeku duduk kursi roda, menatap Ariel terbaring lemah di ranjang dengan penuh alat bantu pernapasan. Air mata Shawn sejak tadi berlinang membasahi pipinya. Untuk pertama kalinya, Shawn menangis. Hatinya merasakan hancur berkeping-keping melihat kondisi Ariel. Dia mengulurkan tangannya, menyentuh tangan Ariel yang pucat.“Kenapa kau melakukan ini, Ariel?” ucap Shawn begitu lirih dengan air mata yang tak bisa tertahankan.“Ariel diam-diam melakukan test darah. Setelah dia tahu darah dia bisa disumbangkan padamu, dia menemui Jarrod.” Dominic menepuk bahu Shawn, berusaha menenangkan keponakannya itu.Shawn menggeleng tegas. “Lebih baik aku yang mati daripada aku harus melihat Ariel seperti ini!” “Nyatanya, Ariel tidak bisa hidup tanpamu. Shawn, jangan larut dalam kesedihan. Kita pasti akan menemukan solusi.” Sean yang ada di samping Dominic, berusaha menenangkan putra sulungnya.Sean telah mengambil keputusan untuk tidak menutupi tentang Ariel. Sekalipun dia menutupi, past
Satu minggu sudah Ariel berada di ruang ICU. Tidak ada tanda-tanda keadaan Ariel membaik. Shawn telah mengerahkan seluruh dokter terbaik yang ada di dunia ini, tapi hasilnya tetap nihil. Tidak ada obat yang mampu menyembuhkan Ariel.Dominic turut membantu. Dia sudah mengerahkan anak buahnya kembali terjun di pasar gelap, dan hasilnya tetap nihil. Apa yang dikatakan Jarrod merupakan sesuatu fakta nyata. Tidak ada obat atau ramuan yang mampu menyembuhkan Ariel.Stella sangat terpukul melihat Ariel harus berkorban untuk Shawn. Tidak jarang dia menangis di depan Ariel yang terbaring lemah di ranjang. Bahkan Nicole pun turut menangisi Ariel.Shawn tak menyalahkan siapa pun. Saat ini yang Shawn fokuskan adalah penyembuhan kekasihnya. Dia tak akan menyerah. Sekalipun harus menunggu puluhan tahun, dia akan siap.“Kau belum makan.” Oliver menghampiri Shawn yang duduk di depan ruang ICU.“Aku tidak lapar,” jawab Shawn datar.Oliver duduk di samping Shawn sambil memberikan sebotol air putih untu
Enam bulan berlalu …Hidup Shawn bagaikan mayat hidup. Seolah kehidupannya hanya gelap gulita. Tidak ada matahari yang menyinari kehidupannya lagi. Semua telah hilang senyap, ditelan oleh badai ombak. Senyuman yang selalu ada di wajah Shawn telah sirna. Pria itu tak lagi merasakan kehidupannya.Melalui enam bulan tanpa Ariel, adalah hal terberat di hidup Shawn. Selama ini Shawn sudah terbiasa, Ariel selalu ada di sisinya. Ariel memberikan sambutan di kala dia pulang bekerja. Ariel memasak sesuatu untuknya. Bahkan di kala dia sakit, Ariel juga yang sangat sigap dan peduli. Seluruh keluarga memberikan dukungan yang besar pada Shawn. Mereka selalu memberikan semangat bahwa Ariel pasti akan kembali pulih seperti sedia kala. Tidak jarang Savannah datang untuk menemani Shawn. Pun Savannah menghibur kakak sulungnya itu. Tapi, sayangnya senyuman di wajah Shawn tetap tidak bisa sama. “Rambutmu sudah panjang. Nanti saat kau sudah siuman, aku akan menemanimu ke salon untuk potong rambutmu.” S
Shawn melangkah masuk ke dalam kamar, menyentuh barang-barang milik Ariel. Aroma parfume Ariel selalu ada di aroma yang paling Shawn sukai. Jika dia merindukan kekasihnya itu, maka tindakan yang dilakukannya adalah memeluk baju Ariel dan menciumi baju kekasihnya itu.Ponsel Ariel sekarang bahkan selalu ada di tangan Shawn. Wallpaper di ponsel Ariel, dan juga sosial medianya sudah penuh dengan foto kebersamaan mereka. Meski hanya foto di mobil dan di restoran, tapi tetap foto-fotonya dengan Ariel sangatlah berkenang.Hal yang paling Shawn sesalkan adalah dulu dirinya dan Ariel tak sempat berlibur bersama. Badai menghantam hubungan mereka di awal-awal hubungan. Dan di kala mereka mampu menghadapi—malah kembali badai baru yang sekarang bahkan jauh lebih dahsyat.Setiap malam, yang Shawn takutkan adalah kehilangan Ariel. Dia berusaha keras untuk tak lagi menangis di depan Ariel. Jika dia ingin menangis, maka dia akan diam di kamar seraya menatap foto berduanya dengan Ariel.Shawn kini mem
“Ariel!” Shawn terbangun dari tidurnya, dengan napas terengah-engah, dan keringat membanjirinya. Tampak raut wajah pria itu menunjukkan jelas ketakutan dan kepanikan di kala matanya sudah terbuka.Dalam keadaan napas yang terengah-engah, Shawn mengendarkan pandangannya, menatap ke sekitar—di mana dirinya berada di ruang kerjanya. Dia terdiam sejenak, berusaha mengingat apa yang terjadi.Seketika Shawn langsung mengucapkan Syukur di kala dirinya mengingat dia hanya bermimpi. Dia baru saja selesai video conference—dan tertidur di ruang kerjanya. Tatapannya menatap ke jam dinding—waktu menunjukkan pukul delapan malam.Shawn mengendarkan pandangannya kembali, memastikan bahwa memang dirinya ini hanyalah mimpi. Dia berusaha mengatur napasnya, mengatasi rasa takut dan cemas yang telah melanda dirinya. Suara ketukan pintu terdengar…“Masuk!” seru Shawn meminta pelayan untuk masuk.Sang pelayan masuk setelah mendapatkan izin. “Tuan, maaf mengganggu Anda. Saya ingin memberi tahu Anda kalau di
Shawn keluar dari kamar Ariel, di kala dia sudah lega dari rasa khawatir dan rasa cemas yang melandanya. Detak jantung Ariel masih ada. Itu menandakan Ariel masih berada di langit yang sama dengannya. Meski belum sadar, setidaknya hati Shawn sudah lega akan fakta di mana Ariel masih ada di dunia. “Bagaimana kondisi Ariel?” Mika bertanya di kala Shawn baru saja keluar dari ruang rawat Ariel.“Masih seperti biasanya.” Shawn menjawab dengan nada tenang.Mika menepuk-nepuk bahu Shawn. “Aku yakin Ariel akan segera siuman. Teruslah berpikir positive.”“Thanks, Mika.” Shawn tersenyum samar.“Ibumu tadi pulang. Ayahmu meminta ibumu istirahat di rumah. Besok, Savannah yang akan membantumu menjaga Ariel,” ujar Dominic memberi tahu.Shawn mengangguk singkat. “Ya, Paman. Biarkan ibuku beristirahat. Dia sudah banyak membantuku dalam menjaga Ariel.”Dominic menepuk-nepuk bahu Shawn dan memberikan senyuman tipis di wajahnya.“Tuan…” Eldon melangkah terburu-buru menghampiri Dominic.Shawn, Dominic,