Share

Cewek Murahan

last update Last Updated: 2022-01-24 03:03:57

Sorry. Sorry. Sorry. 

Mungkin aku akan mengecewakan kalian pada part ini, Guys. Karena Mungkin terkesan  murahan  atau minimal playgirl. Tapi sebenarnya tidak seperti itu kok, percayalah!

Jadi, kami baru saja selesai berjalan mengelilingi danau dan duduk di bangku kayu, menghadap ke arah terbenamnya matahari. Perlahan-lahan ia merendah dan turun, menyaputkan warna jingga keunguan yang begitu indah di langit sebelah sana. Ufuk Barat? Ah, jujur ya jujur, di sini aku sampai tidak mengenal arah. Kanan, kiri, depan, belakang … Hanya itu yang kukenal sebagai bekal perjalanan. Ke mana pun bepergian, selalu mengandalkan denah atau peta. 

OK, fine. Back to my story in the lake! 

(Baiklah. Kembali k

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Holiday to Wedding Day   Balada Tamu Undangan

    Oh, marah sekali rasanya mendapatkan cemoohan yang seperti itu, sakit sekali. Bisa-bisanya … Atas dasar apa? Karena aku menciumi wajah Arnold tadi? Sungguh, tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau ternyata selain tak punya otak, Aldert juga tak punya hati. Kalau misalnya aku diam saja, apa dia lantas berhenti memukuli Arnold? Tidak kan, dia pasti semakin menjadi-jadi dan entah bagaimana akhirnya. Ya ampun, dia tak ingin menghilangkan nyawa Arnold, kan?Ponsel Arnold sudah ditangan tapi aku tidak langsung menghubungi Julia. Sambil menepuk-nepuk lembut dada kiri Arnold, sebisa mungkin menjawab cemoohan Aldert. "OK, thanks. Aku catat, aku pegang kata-kata kamu ya Aldert. Aku cewek murahan. Jadi, mulai sekarang jangan lagi dekat aku dalam bentuk apa pun, oke? Oh ya, satu yang kamu perlu tahu, Aldert. Walaupun seluruh orang di dunia ini memintaku untuk menikah denganmu, aku t

    Last Updated : 2022-01-24
  • Holiday to Wedding Day   Let Me Go Home

    "Aku harus gimana, B?" pertanyaan itu muncul begitu saja setelah saluran telepon terbuka dengan sukses selebar-lebarnya. Malam ini aku terpaksa meneleponnya, walaupun tahu kalau di sana pagi masih buta. Mungkin juga berkabut tebal dan super dingin tapi tak punya pilihan lain. Tidak mungkin menelepon Mama, sejak beberapa hari yang lalu itu aku sudah menetapkan Mama sebagai musuh. Dalam kaitannya dengan Aldert dan orangtuanya, maksudku. "Aku benar-benar buntu, B. Bingung. Nggak tahu harus gimana."Batik tertawa kecil. "Lho, kok gitu? Memangnya kamu kenapa Hill, ada apa?"Ada perasaan tidak enak juga untuk membeberkan semuanya pasa Baik. Nanti kalau dia tersinggung atau malah marah, salah sangka bagaimana?"Sebenarnya aku nggak betah di sini, B. Pingin cepat pulang

    Last Updated : 2022-01-25
  • Holiday to Wedding Day   Brussel, Segumpal Kepahitan

    Tak ada balasan apa pun lagi dari Batik, membuatku tergempur gelisah. Di satu sisi, ingin menelepon untuk memastikan tapi di sisi yang lain, Tante Ariane sudah memanggil untuk segera turun. Jadi, tanpa berpanjang kata aku mengirimkan pesan terakhir untuk Batik.[Ya sudah, aku berangkat ya B?][Jaga diri kamu baik-baik di sana, ya?][Tetap semangat dan pantang menyerah!][Life must go on kan, B?][Kirimi foto kamu yang sekarang ya, nanti aku juga kirimi foto terbaru aku][Soal cincin, konfirmasi ya?]"Oh Hill, apa kamu sudah siap?" Om Frank menyembulkan kepala dari balik pintu. "Ada yang perlu Om bantu, Hill?

    Last Updated : 2022-01-25
  • Holiday to Wedding Day   Diare Keberuntungan

    Siapa yang ingin jatuh sakit, Guys?Pasti tidak ada, termasuk aku tapi inilah yang terjadi bahkan sejak pertama kali menginjakkan kaki di Brussel. Diare itu mulai menyerang setelah makan siang yang cukup sadis di hotel. Maksudku, restoran yang ada di hotel. Bagaimana bisa aku menyebutnya dengan makan siang yang cukup sadis?Karena selera makan masih switched off, aku tidak terlalu memperhatikan menu apa yang kupilih. Semacam spaghetti chilli sauce, udang krispi dan kerupuk super pedas. Minumnya orange juice dingin. Selama proses makan semua masih baik-baik saja tapi begitu kembali ke kamar, perut mulai sakit. Mulas, panas dan melilit-lilit.Tante Ariane dan Om Frank langsung be

    Last Updated : 2022-01-25
  • Holiday to Wedding Day   Fixed, Semua Gila!

    Siapa sangka, liburan yang awalnya terasa begitu menyenangkan tiba-tiba berubah menjadi sebuah bencana? Tiba-tiba Tante Ariane dan Om Frank melamarku untuk dinikahkan dengan Aldert, anak angkat mereka. Kami sedang berlibur di Brussel waktu itu terjadi, mengacaukan daya kerja otak, jantung dan pernapasanku secara total. Menjajah kebahagiaan yang selama hampir satu bulan kudapatkan di Netherlands, tentu saja. Merubah istilah holiday menjadi broken day.Apakah aku tidak berusaha untuk menolak? Sudah. Mati-matian bahkan, dengan mengerahkan seluruh kekuatan jiwa dan raga. Tapi mereka ditambah dengan Mama justru semakin gigih untuk mengalahkan pendirianku. Oh, sebenarnya aku mengalah---pada akhirnya---karena Batik tak merespon sama sekali ketika aku berterus terang dan meminta pendapatnya."Jadi, gimana ini, B?" tanyaku setenga

    Last Updated : 2022-01-25
  • Holiday to Wedding Day   Tunangan Paksaan

    "Ha, oh, eh maksud Tante?" antara terkejut, bingung dan takut aku bertanya. Berusaha mencegah kemungkinan terburuk yang akan terjadi dalam hidup ini. Ya Tuhan, berarti benar hari ini mereka akan melamarku? Oh, tadi saat melihat roti tart dan kotak perhiasan itu … Berharap hanyalah setangkai bunga tidur semata-mata tapi kenyataannya? Oh, kadang-kadang aku memang separah itu! Seharusnya aku melarikan diri, bukan? Sejauh mungkin. Lebih baik hilang dan tak ditemukan lagi dari pada seperti ini ceritanya. Alur hitam dalam sebuah drama tanpa naskah. Kalaupun ada, naskah mentah. "Para tetangga sudah menunggu kita?"Sialnya, Tante Ariane justru menyimpulkan sebuah senyuman. Memandangku dengan sorot mata super lembut, menghangatkan. "Ya, para tetangga. Kita mengundang mereka untuk menyaksikan pertunangan kalian. Aldert sudah selesai didandani papanya dan sekarang saatnya Tante mendandani Hill. L

    Last Updated : 2022-01-27
  • Holiday to Wedding Day   The Craziest Story

    "Saya, emh, Hill permisi ke toilet dulu Om …!" kataku pada Om Frank dengan penuh permohonan di dalam hati. "Sebentar …?"Om Frank mengangguk, bangkit dari tempat duduknya dan mengantarkan aku sampai ke pintu ruang gang. "Bisa sendiri Hill, atau perlu Om panggilan Tante Ariane?"Secepat mungkin aku menggeleng-gelengkan kepala. Berjalan cepat ke luar ruang multi fungsi, berpikir dengan cepat bagaimana cara menghubungi Mama. Ini puncak perjuangan untuk membebaskan diri dari alur cerita gila Ariane-Rumi. Jadi, aku harus menuntaskannya meskipun sudah berada tepat di ujung tanduk. Yeaaah, aku harus mendengar langsung dari Mama mengenai semua kegilaan hidup ini. Harus."Mama, Mama?" aku yakin, saat ini sudah seperti Rose dalam film Titanic saat menem

    Last Updated : 2022-01-27
  • Holiday to Wedding Day   Cincin Berlian Bunga Mawar

    "Lepaskan, Aldert!" kataku setengah menjerit. Dia merangkulku dari belakang, menyentuhkan bibir hangat dan basahnya ke tengkukku.Jelas dia semakin gila. Apa lagi? Acara tunangan paksaan sudah selesai digelar. Mama, Tante Ruby, Uta, Eyang Putri dan Budhe juga ikut menyaksikan melalui video call. Sekarang, di jari manis kiriku sudah melingkar cincin kawin dengan huruf A terukir di bagian dalam ulirnya. Begitu juga dengan jari manis kiri Aldert. Melingkar cincin kawin berbentuk bundar polos dengan huruf T terukir di bagian dalam ulirnya. Cincin kawin yang meremukkan seluruh hati ini dengan sempurna. Hebat, dahsyat."Lepaskan aku, Aldert. Jangan kurang ajar kamu, kita belum menikah!" larangku dengan air mata yang mulai berjatuhan di wajah. Jangan tanyakan lagi bagaimana kabar otak, jantung, saraf-saraf dan

    Last Updated : 2022-01-27

Latest chapter

  • Holiday to Wedding Day   No, I Can't Marry You!

    "Hill?"Aku tak menjawab panggilan Arnold. Canggung sekali rasanya berada dalam situasi ambigu seperti ini. Rasanya seperti terseret ke dalam sebuah film tanpa naskah. Aku yakin, aktris handal sekalipun akan kelimpungan, tak tahu harus bagaimana?"Hill?" Arnold menggenggam jari-jemari tanganku dan anehnya aku tak menolak. Padahal seharusnya seluruh rasa sakit dalam diri, mendorongku untuk menampiknya, bukan? Menampar, memukuli atau menendang. Aneh, aku memang aneh. Padahal sama sekali tidak minum wine lho. Tidak pernah. "I am very sorry for …?" Arnold mengusap-usap perutku dan entah bagaimana aku merasa nyaman.

  • Holiday to Wedding Day   Hormon Kehamilan dan Kemistri

    Tidak tahu mengapa hari ini galau berat, Guys. Sampai-sampai aku menelepon Miss Kirana dan menceritakan semuanya dengan jujur, terbuka seperti biasa. Mulai dari pertemuan dengan Pak Verrel yang tak pernah kedua sebelumnya, sampai Arnold yang mangkir datang tadi pagi.Yeaaah!Dia tak mengirimkan breakfast tetapi tidak masalah. Toh, sudah menyediakan banyak persediaan makanan. Roti tawar, selai---coklat, kacang, strawberry---messes, butter, dan daging untuk isian. Roti tawarnya saja dua pack.Kalau aku mau memasak juga sudah ada bayam, jagung manis, brokoli, tomat, wortel, ayam tanpa tulang, bakso dan sosis. Nugget ayam sayur juga ada. Tadi aku sudah memeriksa lemari pendingin. Beras pun ada, lima kilo gram.

  • Holiday to Wedding Day   The Best Lawyer

    Arnold datang pagi-pagi sekali dan bukan hanya breakfast yang dia bawa melainkan TV, VCD dan beberapa kaset film. Semuanya baru. Katanya dia sengaja membelikan semua itu untukku, supaya tidak terlalu kesepian atau jenuh.Gombal!Katakan saja supaya aku tidak sempat berpikir untuk pergi ke luar rumah. Iya kan, Guys? Ingin tertawa tetapi takut tersedak dosa. Memangnya aku anak kecil yang polos?"To evening, I will bring you some story book." katanya lagi penuh percaya diri. "You still like reading book, don't you?"Aku mengangguk. "I do. Thanks."

  • Holiday to Wedding Day   Keep Fighting, Hill!

    "Hai, Hill!" kupikir Arnold akan mengingkari janji tapi ternyata tidak.Dia datang dengan membawa makan malam---kalkun panggang, nasi dan salad---juga satu kantong besar persediaan makanan dan minuman. Awalnya aku merasa baik-baik saja melihat semua itu. Terkesan baik, bertanggung jawab tetapi melihat gesture jahatnya, radar dalam diriku bekerja ekstra, memindai pengkhianatan."Hai, Arnold!" aku berusaha untuk tetap bersikap tenang saat menyapanya kembali. "You haven't bring me so many stocks of food and drink. I hold your promise in a long my life that you will here twice in a day. In the morning for sending me any breakfast dan in the evening for sending me any dinner."Arnold terlihat terkesiap, jadi aku me

  • Holiday to Wedding Day   Don't Try to Lie Me!

    Dalam bahasa Indonesia bercampur bahasa Inggris, aku memerangi si Bastard. "No, big no! Pokoknya aku nggak mau pergi. Kamu harus bisa menerima kami di sini, Arnold. This is your baby dan kamu harus bertanggung jawab. Jangan jadi laki-laki pengecut, Arnold!"Keledai saja tak mau terjatuh untuk yang ke dua kalinya, bukan? Takkan kubiarkan diri ini mengulangi kebodohan dan kesalahan yang sama. Aku wajib kuat dalam hal ini, sampai si Bastard mau menerima Adek Bayi. Setelah itu aku akan bebas, merdeka.Arnold terdesak. Terdiam. Jadi, aku melanjutkan, "You must know Arnold, there is not a man in the world touch me … Only you and that was very fierce! Kamu nggak akan bisa menhindar sekarang, Arnold. Hahahaha, jangan kamu pikir aku akan

  • Holiday to Wedding Day   Datang dan Terusir

    "Hill, bangun Hill!" Pak Verrel mengguncang-guncang pundakku. "Kita sudah mendarat di Schiphol. Kamu baik-baik saja, kan?"Sebisa mungkin, aku membuka mata yang terasa lengket plus pedih. Sedikit menggeliat, mengusap-usap perut yang sedikit mengeras. Sakit."Eh, kamu nggak apa-apa kan, Hill?"Mengangguk kecil. Hanya itu yang bisa kulakukan."Oh, syukurlah." Pak Verrel terlihat lega. "Yuk, kita turun? Bytheway ini koper kamu, sudah saya ambillah tadi. Benar yang ini, kan?"Lagi, aku mengangguk. Berusaha untuk memberikan senyuman terima kasih. Membersihkan wajah dengan tisu basah, menyisir rambut. Merapikan sweater. Memastikan tak ada yang tertinggal.&n

  • Holiday to Wedding Day   Mencari si Bastard Arnold

    "Ehem!" Pak Verrel berdeham menarik perhatian. "Kalau ditanya tapi nggak menjawab itu nggak sopan lho, Hill. Bisa jadi dosa juga."Eh?"Saya kan, bertanya karena perhatian sama kamu." blak-blakan Pak Verrel mengakui. "Ya, sebagai mantan karyawan, sih. Hehe. Sebagai sama-sama penumpang pesawat kelas bisnis jurusan Cengkareng - Schiphol. Mana seat kita bersebelahan lagi, kan? Tapi kalau kamu nggak suka saya perhatikan, ya nggak apa-apa."Aduh, apa yang harus aku katakan?"Saya, emh, sebenarnya …." kenyataan pahit membuatku tak mampu menyelesaikan kata-kata, tentu saja. Hanya mampu menggedikkan bahu, mati-mat

  • Holiday to Wedding Day   Netherlands Episode Genting

    Mata Uta membulat besar. Mulutnya menganga sempurna seolah-olah aku baru saja mengatakan kalau aku akan pindah ke bulan dan takkan pernah berpijak di bumi lagi. "Nggak, nggak. Aduh … Sekali-kali jangan gila kenapa sih, Hill? Kali ini saja lah, please? Mana mungkin kamu ke sana? Emh, maksudku kamu kan nggak punya family di sana? Kemarin juga kan, ke sananya karena diundang Tante Ariane? Aduh Hill, percaya deh sama aku … Itu tuh, bahaya banget. Bahaya kuadrat."Aku tertawa cekikikan. "Yang gila tuh, siapa? Aku nggak gila kok Ta, hanya ingin finish the problem. Apa aku salah? Hanya di sana aku bisa finish the problem. Kamu tahu kan, Ta?"Uta meng

  • Holiday to Wedding Day   Ada Sakit Ada Obat

    "Nggak Budhe, Hill nggak mau ketemu sama Mama!" aku berkeras. Memandang tajam dan dalam. Menunduk, membendung tangis. "Mama jahat, jahat. Hill jadi begini karena Mama. Papa meninggal juga karena Mama. Semua karena Mama." perlahan-lahan namun pasti aku mengangkat wajah, memandang dengan pandangan yang sama seperti tadi.Dua minggu sudah aku di rumah Bantul dan tidak menyangka sama sekali kalau ternyata Mama akan datang menjenguk. Lebih tidak menyangka lagi, dia tak sendiri melainkan bersama Tante Ariane dan Om Frank. Maksudnya? Ya ampun! Apa mereka masih belum sadar juga kalau merekalah sumber luka batinku? Sebenarnya mereka itu bodoh atau bagaimana, sih?"Budhe …?" antara sadar dan tidak, aku memanggilnya.Budhe tersenyum prihatin, sedih.

DMCA.com Protection Status