Mika belum mengeluarkan suara sejak keluar dari tempat rahasia. Hatinya penuh bunga dan perutnya penuh kupu-kupu. Hanya berjalan di samping Erik, kecupan Erik masih terasa nyata. Thor mengonggong membuat Mika memakai tudung jaket untuk menutupi wajah merah juga wajah tersenyumnya sampai akhirnya wajah Mika turun saat mengingat sesuatu.
"Perempuan semalam siapa?"
"Siapa?"
"Yang semalam boncengan sama kamu."
"Oh, Rika."
Mika melirik Erik sinis di balik tudung jaketnya, dia kecewa. Rasanya ingin marah saat Erik hanya menjawab singkat seolah tidak ada beban dan perasaan bersalah. Padahal Mika penasaran siapanya Rika. "Ck!" Baru saja di buat melambung tinggi sudah di buat terjun bebas.
Atau di sini hanya ada satu hati yang belum terbalas? Berciuman bisa di artikan banyak hal kan? Bisa saja Erik hanya napsu bukan cinta. "Ck!" Mika jadi ragu untuk tetap stay padahal tadi
Han dan gengnya sudah tidak mengawasi rumah Yama semenjak tahu Mika dan Erik saling berhubungan. Sebenarnya mereka sudah tidak mengawasi rumah Yama sedari Alik protes dan semua anggota setuju untuk menegor Han. Walau masih nongkrong di warung Pak Anas, mereka hanya nongkrong biasa atau melakukan aktivitas dengan Yama ataupun Mika seperlunya.Han sadar apa yang di lakukan terlalu berlebihan dan membebani anggotnya juga kenyamanan Yama dan Mika. Untuk itu dia mengalah tapi dia tidak akan membiarkan Erik menyakiti Mika apalagi berbuat lebih.Seperti sekarang, Han memperhatikan Erik yang sedang hahahihi bersama Mika di teras depan. Dia melirik sengit. Dalam fikirnya akan menebas kepala Erik kalau Erik berani mencium Mika."Suka?"Han menoleh, "aku sudah pernah bilang kan, aku kukuh menjaga Mika karena dia mengingatkanku dengan Mila."Alik terkekeh, dia mengigit pisang gorengnya sampai
Yama menerima belanjaannya setelah dia membayar, kini dia menunggu kembalian sambil memandangi Mia yang sibuk menghitung uang pecahan lima ribuan. "Mbak Mia, di sini ada semacam ... guru private?"Mia memberikan kembalian, dia keluar agar lebih nyaman mengobrol "tidak ada, mas. Adanya guru SD dan guru SMP. Kebanyakan guru SMP kos di kota karena SMP adanya di kota dan desa ini jauh dari kota. "Yama mengangguk. Dia menghembuskan nafas panjang karena sudah dua minggu ini Mika tidak mendapat pelajaran sekolah. Walau bisa mengulang semester depan tapi tetap saja Yama was-was Mika tidak mendapat pendidikan yang wajar dan baik, ketinggalan dengan teman seusianya."Untuk Mika ya, mas?! Kenapa enggak daftar di SMA saja?" Tanya Mia. "SMAnya Asa bagus. kalau daftar di sana biar sekalian di jaga Asa." Usulnya.Yama tersenyum kecut "Mika tidak bisa bersosialisasi dengan orang banyak, mbak Mia. Dia memiliki panic attac
Betapa bahagia Erik melihat ibunya tertawa saat bercerita dengan Mika, Mika juga terlihat enjoy mendengar cerita ibunya yang menceritakannya sewaktu kecil membuat kebahagiaan Erik bertambah dua kali lipat.Semenjak pernikahan ayahnya dengan ibu Han, ibunya sering melamun dan menyendiri. Jarang makan, jarang bicara, jarang tersenyum, jarang berbaur karena insecure.Ayah mengantikan posisi ibu Erik yang biasa menemani kemanapun pergi, dengan ibu Han hingga membuat tubuh tambun ibu Erik menyusut. Bukan diet dengan sengaja, tapi sakit hati yang berujung kurangnya nafsu makan.Walau ibu Erik berhubungan baik dengan ibu Han tapi rasa kecewa dan cemburu pasti ada. Kepura-puraan itu membuat Erik marah dan membenci ibu Han juga Han."Pernah waktu SD, Erik main prosotan. Celana sekolahnya nyangkut di permen karet yang di tempel siapa dulu ya? Han atau Alik, ibu lupa. Pas sampai bawah celananya bolo
Fansign adalah acara tanda tangan album oleh idola kepada fans yang berhasil mendapat invitation ke acara tersebut. Fansign juga momen yang di tunggu-tunggu setiap fans maupun idola untuk temu-kangen sekaligus memberi dukungan secara langsung kepada idola tak terkecuali Bobby dan BF (Bobi Fans). Bobby berdiri di tengah panggung, dia baru saja mempersembahkan sebuah lagu sebagai penutup fansign. Dia mengucap banyak terima kasih kepada fans maupun fansite yang datang. Bobby juga meminta dukungan dan meminta penggemar menyukai karyanya. Tepuk tangan bergemuruh mengiringi Bobby turun dari pangung. Semua bodyguard yang berjaga langsung ke posisi untuk memastikan Bobby kembali ke mobil dengan aman dan nyaman. Hansol segera menyusul setelah memastikan semua kado Bobby di bawa ke mobil, tidak ada barang yang tertinggal dan berkoordinasi dengan penanggung jawab acara juga berterima kasih dengan semua p
Yama tersenyum, dia memberikan rantang kosong ke Asahi lalu menerima rantang berisi makan malam. Reflek kepalanya menoleh ke warung pak Anas yang terlihat ramai. Mungkin itu alasan kenapa Asahi yang mengantar bukan Mia, fikir Yama. "Terima kasih, Asa."Asahi mengangguk sambil tersenyum, dia melihat ke dalam rumah seperti mencari sesuatu "Mika, ada?" Tanya Asahi bertepatan suara motor terdengar membuat Asahi menoleh. Betapa terkejutnya dia saat melihat Mika berboncengan dengan Erik.Erik yang baru mengantar Mika langsung pamit pulang."Jam berapa ini? Kenapa baru pulang, Mika?" Tanya Yama membuntut Mika yang langsung masuk, meninggalkan Asahi di luar sendiri membuat Asahi bingung harus pulang atau menunggu karena kata Mia, Mika mencarinya, untuk itu malam ini Asahi yang mengantar makan malam sekalian bertemu Mika.Akhirnya Asahi memilih duduk di teras.
Asahi tidak bisa tidur karena gerah. Kipas yang biasa ada di kamarnya tadi sore di pindahkan ke ruang tamu karena ada tamu. Sebelum memindah kipas ke kamar, Asahi memilih keluar rumah untuk menikmati suasana malam sekaligus uji nyali karena listrik sudah padam.Baru membuka pintu setengah, mata Asahi memincing saat melihat seseorang lari ke gang samping rumahnya. "Mika?" Cicit Asahi memanjangkan kepala, antara yakin dan tidak yakin dengan penglihatannya. "Mau kemana dia?" Asahi menutup pintu, dia segera mengikuti kemana perginya Mika sebelum kehilangan jejak.Asahi melega karena Mika tidak menoleh ke belakang. Mungkin karena takut jadi Mika fokus ke depan, fikir Asahi yang tak lama bergidik ngiri. Sedikit menakutkan karena bisa saja Mika mengalami mimpi berjalan atau kesurupan atau malah yang dia ikuti bukan Mika melainkan makhluk halus yang menyerupai Mika?Asahi mengusap kedua lengan saat bulu kuduknya meremang.
Asahi menarik kursi lalu duduk. "Kamu pasti mau tanya kondisi Erik, kan?" Tebak Asahi tepat sasaran. "Erik sudah di rawat di rumahnya. Dia baik-baik saja hanya demam biasa."Mika bernafas lega. Semalaman di tidak bisa tidur karena kawatir terjadi sesuatu dengan Erik. Erik yang biasanya kuat, sangar tiba-tiba lemah tidak sadarkan diri membuatnya kawatir."Semalam kamu pulang jam berapa, Asa?"Diam-diam Asahi tersenyum karena Mika memanggil namanya dengan panggilan akrab "Jam 12, Mika."Mika memajukan wajah "Erik tidak di marahi orang tuanya, kan?" Tanyanya seperti menanyakan sesuatu hal yang rahasia.Asahi terkekeh, dia menyadarkan punggungnya pada sandara kursi lalu menautkan jari membuat Mika kembali menegakkan badan. "Kawatir?" Tanya Asahi mendapat anggukan dari Mika membuatnya berteriak dalam diam untuk sadar diri dan bangun. "Enggak. Semalam yang keluar Bi Jum."Mika mengangguk, dia menyandarakan punggungnya di sandaran kursi denga
Erik terbangun secara alami. Dia menghirup udara dalam-dalam lalu membuangnya kasar. Erik mengusap wajah yang tak lama mengumpat karena merasa sakit pada wajahnya. Ingatan semalam mengingatkan Erik pada pukulan Han dan ayahnya. "Mika!" Erik segera bagun saat tersadar semalam dia bertemu Mika di tempat rahasia.Erik menyambar jaket yang mengantung di balik pintu lalu keluar. Dia menoleh saat mendengar suara ramai dari arah dapur tapi Erik tidak ambil pusing, dia segera menuju pintu utama."Mau kemana kamu?"Erik menoleh. Ayahnya dan ibu Han duduk di ruang tamu sambil minum kopi dan makan jajan pasar. Tidak peduli, Erik segera keluar."Nanti malam kita kerumah Rika untuk melamar. Apa kamu tidak dengar suara ramai di dapur, hm?"Erik menghentikan langkahnya tanpa menoleh "enggak!""Kamu harus tanggung jawab, Erik!""Enggak!" Tegas Erik tidak mau di ganggu gug
Mia yang baru keluar dari kamar mandi segera ke warung saat mendengar suara pembeli yang terus-menerus memanggil. Dia segera masuk warung lalu tersenyum pada pembeli yang menatapnya bad mood karena menunggu lama.Entah kemana ayahnya, Mia tidak tahu karena setaunya Pak Anas menjaga warung karena dirinya masih masa pingit. "Beli apa, bu Tri?""Minyak goreng 1/4 sama sampo dua ribu aja!" Jawab bu Tri ketus sambil memotong sampo yang mengantung di depannya dengan wajah merengut. "Pada kemana toh, mbak Mia? Aku sampai paduan suara loh."Mia tersenyum sambil menimbang minyak goreng pesanan bu Tri ke plastik bening. "Saya masak di dalam, bu. Sekarang agak santai karena enggak ada pesanan jadi masaknya rada siang. Kalau bapak kemana, enggak tahu mungkin keluar sebentar." Jawab Mia ramah seperti biasa.Bu Tri meletakkan gunting ke atas toples dengan sedikit membanting. Rupanya masih kesal. Dia me
Tangkai bunga terus memenuhi pusaran seiring bertambahnya hari. Fans dari berbagai kota dan negara datang untuk berkunjung, berdoa, meminta maaf karena telah berhianat maupun ikut memberi komentar buruk, juga meninggalkan setangkai bunga sebagai bentuk penghormatan.Banyaknya selebriti yang datang lalu berfoto di pusaran, menjadikan pusaran Yama menjadi spot foto bukti atau ajang pamer ke antar fans karena telah ke makan Yama. Seperti suatu hal yang wajib untuk di lakukan agar seperti selebriti atau idola lakukan, tak jarang membuat fans saling berebut spot yang berakhir pada keributan.Namanya juga orang banyak, ada yang datang tulus mendoakan ada juga sebagai ajang ikut-ikut supaya bisa berfoto dengan latar belakang yang sama dengan idola. Terkadang niat baik seseorang rusak demi atensi, pujian, dan 'wah'Seperti 'wah dia ke makan Yama' 'wah dia seperti idola A yang mengenakan drees putih milik LV' 'wah selebriti B datang mengenakan mantel Gucci' 'wah wa
Mister Joe terbangun saat pohon yang di jadikannya tempat beristirahat sementara bergoyang-goyang sampai membuatnya hampir terjatuh kalau saja tidak mengikat badan ke batang pohon dengan sabuk. Mister Joe segera terkesiap saat menyadari apa yang telah terjadi dengannya, dia melihat bawah dengan pisisi waspada yang tak lama menghembuskan nafas lega saat lagi-lagi dua orang anggota pecinta alam mendatanginya."Ada apa?"Laki-laki berbadan tinggi yang kemarin naik untuk menolong Mister Joe mendongak "ayo turun, pak. Sarapan."Mister Joe menengguk ludah, dia memegan perutnya yang baru terasa keroncongan karena kemarin saat sarapan dua orang berbadan besar mendobrak apartmen membuatnya hanya makan tiga suap nasi goreng. Lalu siang melawan mereka di tengah laut karena mereka akan membuangnya ke tengah laut, kemudian malamnya bersembunyi karena ada yang mengejar.Atau malah hanya halusinasinya saja?Yang pasti, lain kali Mister Joe akan menghargai s
Kicauan burung di pagi hari, kokokan ayam serta suara sapi yang menggema membuat rumah kembali hidup. Kandang kembali ramai, para pembeli dan penjual memenuhi kandang seperti biasa.Area dalam rumah yang biasa gelap, kini terang karena jendela dan korden di buka. Ruang makan yang biasanya sepi karena makan di kamar masing-masing atau beda jam makan atau sengaja menghindar, kini ramai.Rumah yang dulunya mati kini benar-benar terasa hidup. Erna tidak henti-hetinya tersenyum dan tertawa mendengar celotehan Han yang bercerita pengalam pertamannya mengurus kandang. Mulai dari di seruduk anakan sapi, keinjak tai sapi sampai tersabet buntut sapi."Makannya kamu itu hati-hati." Ceramah Hanik mengambil satu ikan menaruhnya ke piring Han. "Maaf ya, Mbak. Han enggak punya pengalaman sama sekali. Dulu mending bapaknya manjain dia, jadi enggak pernah di ajarin kerja."Erna tertawa "enggak papa, pelan-pelan nanti juga
Rika merasakan kepalanya pening, badannya pegal juga kaku. Rasanya seperti terbaring lama hingga membuat semua anggota tubuh terasa kebas.Rika membuka mata, cahaya terang nan menyilaukan langsung menyorot mata membuatnya berkedip berkali-kali karena terasa seperti disiram debu halus. Rika memejamkan mata beberapa detik sambil menekannya dengan jari telunjuk dan ibu jari lalu membuka lagi hingga perlahan cahaya yang masuk mulai netral.Rika melihat sekitar, aroma khas rumah sakit langsung menusuk hidung membuat Rika tersadar kalau dirinya berada di ruang inap. Tapi siapa yang membawanya kesini?"Sudah bangun?!"Rika menoleh ke arah pintu yang baru saja terbuka. Dia tersenyum saat seorang suster mendorong troli makanan masuk. "Sudah." Jawab Rika paruh dan lemah. Badannya benar-benar lemas."Sarapan, ya. Biar tenaganya terisi." Titah suster menyiapkan meja, menaikkan kasur agar Rika mudah un
Asahi tercengang, separuh jiwanya terasa melayang dengan layar ponsel memperlihatkan berita kematian Yama dan Mika dua hari lalu dari notifikasi berita yang masuk saat ponselnya terhubung ke internet. Yang berati Mika pergi di hari yang sama dengan Erik pergi. Ternyata mereka tidak benar-benar terpisah walau Mika memutuskan pulang ke Jakarta saat mengetahui Erik menghamili Rika. Alam mendukung hubungan mereka.Baru satu jam yang lalu Asahi sampai kos, berniat memposting fotonya bersama Mika dengan caption kebahagiaan dan men-tag Mika lalu menunggu repost dari Mika seperti janjinya. Sayangnya tidak akan terjadi.Asahi memposting fotonya berama Mika dengan caption bela sungkawa yang kolom komentarnya langsung di serbu teman-temannya menanyakan bagaimana bisa dirinya foto bersama Mika dan lain sebagainya yang menyangkut keingin tahuan mereka dengan Mika di real life seperti tinggi badan, kecantikan dan lain sebagain
Yuno terbangun saat tangannya meraba tidak mendapati Tiffany di sampingnya. Dia melenguh panjang lalu tiduran dengan melihat langit-langit menunggu nyawanya terkumpul.Yuno melamun, sudah dua hari ini dia tinggal di Indonesia dan beberapa hari lagi kembali ke Inggris tapi rasanya belum tenang kalau belum membereskan kekacauan di sini. Yuno takut Yama pergi dengan tidak tenang karena fitnah skandal itu.Yuno sudah tahu siapa pelakunya dari orang suruhannya yang kemarin memberinya laporan, dia sama sekali tidak menyangka orang itu yang melakukan. Tinggal menunggu waktu yang tepat semua akan terbongkar.Yuno menyibak selimut, dia mengikat kimonon piyamanya lalu turun dari kasur. Setelahnya berjalan ke arah korden, menyibak korden lebar agar cahaya masuk kemudian mengambil segelas air yang ada di nakas, kemudian di tengguknya sampai habis.Yuno berjalan kearah kamar mandi, langkahnya berhenti saat mendengar su
Uhukk ...Uhuk ...Rika terbatuk dan terbangun saat asap rokok melewati hidung dan menggelirik tenggorokannya. Dia mengibaskan tangan di depan wajah agar asap pergi membuat seseorang yang menunggunya bangun terkekeh membuat Rika mengambil ancang-ancang untuk kabur saat wajah orang itu terlihat. "Lepaskan aku, Pak Darman!"Darman tertawa "tidak ada yang mengikatmu wanita, bodoh!" Hardiknya membuat Rika segera berdiri ke arah pintu sayangnya pintu terkunci. "Tenanglah, tidak ada yang akan berbuat jahat padamu. Sini, minum dulu." Ucapnya meyakinkan menuang sebuah minuman berwarna coklat keruh ke gelas kecil. "Minum." Titahya sekali lagi."Apa itu obat penggugur kandungan?"Darman tertawa, dia menghisap rokoknya lalu membuang asap sembarang. "Hmm ... pintar sekali. Pernah meminumnya, hmm jalang kecil?" Rika masih belum bergerak di tempatnya,
Hansol menghampiri Yuno yang sedang duduk santai di sofa setelah menerima banyak tamu. Walau belum semua tamu pulang, tapi rumah lumayan lega jadi tuan rumah bisa sedikit lebih santai. Yuno yang di hampiri menegakkan badan, dia tersenyum pada Hansol membuat Hansol lagi-lagi merasa berdosa karena semua keluarga Thomson berhati baik."Mas Hansol ya?" Yuno menyalami Hansol lalu mempersilahkan Hansol duduk di sofa sampingnya. "Yama maupun Mika banyak cerita tentang mas Hansol. Maaf baru sekarang menyapa karena tadi benar-benar masih syok." cerita Yuno membuat Hansol mengangguk paham. "Terima kasih sudah banyak membantu Yama dan Mika semasa hidup mereka dan tolong maafkan mereka kalau memiliki salah baik sengaja maupun tidak sengaja."Hansol mengangguk, hatinya kembali tergores. Lagi-lagi di tampar dengan kebaikan dan ketulusan Thomson's "saya sudah memaafkan. Mereka orang baik, saya yang banyak berbuat salah." Hansol memberika sebuah paper