Asahi menarik kursi lalu duduk. "Kamu pasti mau tanya kondisi Erik, kan?" Tebak Asahi tepat sasaran. "Erik sudah di rawat di rumahnya. Dia baik-baik saja hanya demam biasa."
Mika bernafas lega. Semalaman di tidak bisa tidur karena kawatir terjadi sesuatu dengan Erik. Erik yang biasanya kuat, sangar tiba-tiba lemah tidak sadarkan diri membuatnya kawatir.
"Semalam kamu pulang jam berapa, Asa?"
Diam-diam Asahi tersenyum karena Mika memanggil namanya dengan panggilan akrab "Jam 12, Mika."
Mika memajukan wajah "Erik tidak di marahi orang tuanya, kan?" Tanyanya seperti menanyakan sesuatu hal yang rahasia.
Asahi terkekeh, dia menyadarkan punggungnya pada sandara kursi lalu menautkan jari membuat Mika kembali menegakkan badan. "Kawatir?" Tanya Asahi mendapat anggukan dari Mika membuatnya berteriak dalam diam untuk sadar diri dan bangun. "Enggak. Semalam yang keluar Bi Jum."
Mika mengangguk, dia menyandarakan punggungnya di sandaran kursi denga
Erik terbangun secara alami. Dia menghirup udara dalam-dalam lalu membuangnya kasar. Erik mengusap wajah yang tak lama mengumpat karena merasa sakit pada wajahnya. Ingatan semalam mengingatkan Erik pada pukulan Han dan ayahnya. "Mika!" Erik segera bagun saat tersadar semalam dia bertemu Mika di tempat rahasia.Erik menyambar jaket yang mengantung di balik pintu lalu keluar. Dia menoleh saat mendengar suara ramai dari arah dapur tapi Erik tidak ambil pusing, dia segera menuju pintu utama."Mau kemana kamu?"Erik menoleh. Ayahnya dan ibu Han duduk di ruang tamu sambil minum kopi dan makan jajan pasar. Tidak peduli, Erik segera keluar."Nanti malam kita kerumah Rika untuk melamar. Apa kamu tidak dengar suara ramai di dapur, hm?"Erik menghentikan langkahnya tanpa menoleh "enggak!""Kamu harus tanggung jawab, Erik!""Enggak!" Tegas Erik tidak mau di ganggu gug
Erik tidak pernah bohong pada Mika. Dia mengatakan yang sejujurnya. Saat acara adat keboan beberapa minggu lalu, Erik berniat untuk bergabung. Dia sudah menyiapkan diri berdandan rapi dan wangi untuk bertemu Mika. Juga sudah menyiapkan diri untuk berhadapan dengan Han kalau Han menghalanginnya lagi. Perjalanan Erik terganggu saat dalam jarak seratus meter melihat Darman bersama Rika di tempat bidan Atun. Tadinya Erik tidak mau peduli, tapi melihat mereka bertengkar lalu dengan tega Darman meninggalkan Rika yang menangis akhirnya Erik luluh. Dia menghampiri Rika. Mengantarnya pulang sampai rumah. Saat kembali, Mika dan Yama sudah tidak ada. Erik kerumah Mika tapi di depan rumahnya ada mobil akhirnya Erik ke tempat rahasia sambil menunggu jam 11 malam. Ternyata mobil itu belum pergi membuat Erik berfikir Mika tidak akan mungkin bisa keluar jadilah dia ke tempat rahasia berjaga kalau-kalau Mika datang. Me
Bobby melihat sekitar, matanya terus menelisik seisi rumah yang di datanginya bersama Hansol untuk mengambil barang Hansol yang tertinggal. Rumah kosong ini memiliki interior mewah, warnanya elegan juga di lengkapi kecanggihan teknologi moderen. Gemricik air terjun mini membuat suasana menjadi tenang. Banyaknya tumbuhan hijau yang mengelilingi rumah membuat rumah terasa sejuk. Definisi rumah impian Bobby yang sesungguhnya. "Gue pengen tinggal di sini." Hansol menoleh dengan raut tidak terima "enggak! Ini rumah Yama. Rumah ini tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan ataupun karir keartisan Yama. Dia tinggal di sini jauh sebelum ikut SMYVS3." "Tapi gue pengen tinggal di sini!" "Jangan egois! Semua milik Yama sudah lo ambil. Mulai dari pekerjaan, fans, vershow, BA, iklan, drama. Stop! Jangan serakah, Bobb." Bobby berdecak dia menendang kursi makan sampai terjatuh membuat Hansol yang jalan lebih dulu s
Erna masuk kamar Erik, dia duduk di sisi ranjang lalu meletakkan nampan di pangkuan membuat Hanik yang sadar diri bergeser agar Erna bisa lebih nayaman dan tidak berhimpit-himpitan.Erna mengusap lembut rambut Erik dengan penuh kasih sayang. Erik sudah tidak berkeringat dan suhu panas badannya sudah menurun "Erik. Bangun, sayang. Makan lalu minum obat habis itu kamu bisa tidur lagi biar cepat sembuh."Belum ada tanda-tanda Erik bangun, Erna mengecup kening Erik lalu mengusapnya "Erik, sayang bangun yuk makan dulu.""Sayang.""Erik!""Erik!"Perasaan Erna jadi was-was karena Erik tidak kunjung bangun. Dia mencoba mengoyang-goyangkan badan Erik membuat air di gelas tumpah. Secara inisiatif, Han mengambil nampan memindahkannya ke meja."Erik! Bangun, Nak!""Erik!." Tangis Erna mulai pecah, dia menoleh kearah Hanik dengan perasaan takut, was-w
Mister Joe turun dari mobil. Dia melakukan peregangan ringan karena jarak dari Jakarta ke desa lumayan jauh sampai membuat seluruh badannya terasa kaku. Untung saja mengajak Pak Roy (asisten pribadi Mister Joe) untuk bergantian menyetir jadi kaki dan tangannya tidak terlalu kebas yang menyakitkan."Ini rumahnya, Mister?" Tanya Roy sambil memandangi rumah asri yang di datanginya "terlihat sepi?!"Mister Joe setuju, dia segera menuju gerbang yang langsung menyerngit saat gerbang tergembok. "Kemana mereka?" Bingung Mister Joe memperhatikan rumah yang terlihat sepi senyap tidak ada tanda-tanda kehidupan.Seorang laki-laki muda bermotor mendekat mengalihkan perhatian Mister Joe. Mereka saling bertatap dan memandang bingung.Setelah turun dan mematikan mesin, laki-laki muda itu melihat rumah lalu membuka gerbang tapi gagal saat gerbang tergembok. "Kalian siapa? Kemana Mika dan bang Yama?" Tanyanya tidak sabaran,
Kursi, tikar, dan bendera kuning sudah berkibar di depan rumah. Petugas kematian sudah mengumumkan meninggalnya Erik ke satu desa dengan pengeras suara. Kandang yang biasanya ramai pembeli kini sepi karena tuan rumah sedang berduka.Alik, Lino, Asahi, Pak Anas dan tetangga sekitar datang ke rumah duka untuk mengirim doa dan memberi kekuatan pada yang berduka. Mereka ikut bersedih dan masih tidak menyangka Erik pergi secepat ini.Erna tak henti-hentinya menangis. Dia masih belum percaya dengan apa yang menimpanya hari ini. Mulai dari pernikahannya yang hancur, di susul meninggalnya Erik yang mampu membuat hati Erna hancur berkeping-keping.Erna tidak melarang Darman untuk datang, bagaimanapun juga Darman ayah kandung Erik. Sekarang Darman ada di depannya berseberangan dengan jasad Erik. Mantan suaminya itu sedang meratapi dan menyesali perbuatannya.Hanik masih setia menemani Erna berduka, dia terus di samp
Doa terus terdengar, karangan bunga terus berdatangan, jajaran mobil memenuhi halaman rumah dan halaman luar pagar. Media semakin banyak yang berdatangan untuk berlomba-lomba memberitakan kematian Yama agar mendapat rating tinggi juga untuk memberi informasi pada dunia proses pemakaman si solois.Mobil alpard hitam datang membuat kerumunan terbelah saat bodyguard membuka jalan. Perhatian pelayat secara otomatis teralih ke arah lima orang yang baru saja turun dari mobil termasuk Hansol. Dia menyingkir saat Yuno, Tiffany dan Kristal datang, memberi sapaan hormat pada Mister Joe dan Pak Roy yang baru pertama kali di melihatnya.Kristal dan Tiffany langsung ke peti Yama sedangkan Yuno ke peti Mika. Mereka datang dengan mata sembab dan aura yang berbeda. Kesedihan terasa saat Yuno menahan tangis. Dia melihat lamat-lamat adik bungsunya dengan senyum perih seperti tersayat ribuan belati. Adik yang dia sayangi itu kini telah dingin dan terbujur ka
Hansol menghampiri Yuno yang sedang duduk santai di sofa setelah menerima banyak tamu. Walau belum semua tamu pulang, tapi rumah lumayan lega jadi tuan rumah bisa sedikit lebih santai. Yuno yang di hampiri menegakkan badan, dia tersenyum pada Hansol membuat Hansol lagi-lagi merasa berdosa karena semua keluarga Thomson berhati baik."Mas Hansol ya?" Yuno menyalami Hansol lalu mempersilahkan Hansol duduk di sofa sampingnya. "Yama maupun Mika banyak cerita tentang mas Hansol. Maaf baru sekarang menyapa karena tadi benar-benar masih syok." cerita Yuno membuat Hansol mengangguk paham. "Terima kasih sudah banyak membantu Yama dan Mika semasa hidup mereka dan tolong maafkan mereka kalau memiliki salah baik sengaja maupun tidak sengaja."Hansol mengangguk, hatinya kembali tergores. Lagi-lagi di tampar dengan kebaikan dan ketulusan Thomson's "saya sudah memaafkan. Mereka orang baik, saya yang banyak berbuat salah." Hansol memberika sebuah paper
Mia yang baru keluar dari kamar mandi segera ke warung saat mendengar suara pembeli yang terus-menerus memanggil. Dia segera masuk warung lalu tersenyum pada pembeli yang menatapnya bad mood karena menunggu lama.Entah kemana ayahnya, Mia tidak tahu karena setaunya Pak Anas menjaga warung karena dirinya masih masa pingit. "Beli apa, bu Tri?""Minyak goreng 1/4 sama sampo dua ribu aja!" Jawab bu Tri ketus sambil memotong sampo yang mengantung di depannya dengan wajah merengut. "Pada kemana toh, mbak Mia? Aku sampai paduan suara loh."Mia tersenyum sambil menimbang minyak goreng pesanan bu Tri ke plastik bening. "Saya masak di dalam, bu. Sekarang agak santai karena enggak ada pesanan jadi masaknya rada siang. Kalau bapak kemana, enggak tahu mungkin keluar sebentar." Jawab Mia ramah seperti biasa.Bu Tri meletakkan gunting ke atas toples dengan sedikit membanting. Rupanya masih kesal. Dia me
Tangkai bunga terus memenuhi pusaran seiring bertambahnya hari. Fans dari berbagai kota dan negara datang untuk berkunjung, berdoa, meminta maaf karena telah berhianat maupun ikut memberi komentar buruk, juga meninggalkan setangkai bunga sebagai bentuk penghormatan.Banyaknya selebriti yang datang lalu berfoto di pusaran, menjadikan pusaran Yama menjadi spot foto bukti atau ajang pamer ke antar fans karena telah ke makan Yama. Seperti suatu hal yang wajib untuk di lakukan agar seperti selebriti atau idola lakukan, tak jarang membuat fans saling berebut spot yang berakhir pada keributan.Namanya juga orang banyak, ada yang datang tulus mendoakan ada juga sebagai ajang ikut-ikut supaya bisa berfoto dengan latar belakang yang sama dengan idola. Terkadang niat baik seseorang rusak demi atensi, pujian, dan 'wah'Seperti 'wah dia ke makan Yama' 'wah dia seperti idola A yang mengenakan drees putih milik LV' 'wah selebriti B datang mengenakan mantel Gucci' 'wah wa
Mister Joe terbangun saat pohon yang di jadikannya tempat beristirahat sementara bergoyang-goyang sampai membuatnya hampir terjatuh kalau saja tidak mengikat badan ke batang pohon dengan sabuk. Mister Joe segera terkesiap saat menyadari apa yang telah terjadi dengannya, dia melihat bawah dengan pisisi waspada yang tak lama menghembuskan nafas lega saat lagi-lagi dua orang anggota pecinta alam mendatanginya."Ada apa?"Laki-laki berbadan tinggi yang kemarin naik untuk menolong Mister Joe mendongak "ayo turun, pak. Sarapan."Mister Joe menengguk ludah, dia memegan perutnya yang baru terasa keroncongan karena kemarin saat sarapan dua orang berbadan besar mendobrak apartmen membuatnya hanya makan tiga suap nasi goreng. Lalu siang melawan mereka di tengah laut karena mereka akan membuangnya ke tengah laut, kemudian malamnya bersembunyi karena ada yang mengejar.Atau malah hanya halusinasinya saja?Yang pasti, lain kali Mister Joe akan menghargai s
Kicauan burung di pagi hari, kokokan ayam serta suara sapi yang menggema membuat rumah kembali hidup. Kandang kembali ramai, para pembeli dan penjual memenuhi kandang seperti biasa.Area dalam rumah yang biasa gelap, kini terang karena jendela dan korden di buka. Ruang makan yang biasanya sepi karena makan di kamar masing-masing atau beda jam makan atau sengaja menghindar, kini ramai.Rumah yang dulunya mati kini benar-benar terasa hidup. Erna tidak henti-hetinya tersenyum dan tertawa mendengar celotehan Han yang bercerita pengalam pertamannya mengurus kandang. Mulai dari di seruduk anakan sapi, keinjak tai sapi sampai tersabet buntut sapi."Makannya kamu itu hati-hati." Ceramah Hanik mengambil satu ikan menaruhnya ke piring Han. "Maaf ya, Mbak. Han enggak punya pengalaman sama sekali. Dulu mending bapaknya manjain dia, jadi enggak pernah di ajarin kerja."Erna tertawa "enggak papa, pelan-pelan nanti juga
Rika merasakan kepalanya pening, badannya pegal juga kaku. Rasanya seperti terbaring lama hingga membuat semua anggota tubuh terasa kebas.Rika membuka mata, cahaya terang nan menyilaukan langsung menyorot mata membuatnya berkedip berkali-kali karena terasa seperti disiram debu halus. Rika memejamkan mata beberapa detik sambil menekannya dengan jari telunjuk dan ibu jari lalu membuka lagi hingga perlahan cahaya yang masuk mulai netral.Rika melihat sekitar, aroma khas rumah sakit langsung menusuk hidung membuat Rika tersadar kalau dirinya berada di ruang inap. Tapi siapa yang membawanya kesini?"Sudah bangun?!"Rika menoleh ke arah pintu yang baru saja terbuka. Dia tersenyum saat seorang suster mendorong troli makanan masuk. "Sudah." Jawab Rika paruh dan lemah. Badannya benar-benar lemas."Sarapan, ya. Biar tenaganya terisi." Titah suster menyiapkan meja, menaikkan kasur agar Rika mudah un
Asahi tercengang, separuh jiwanya terasa melayang dengan layar ponsel memperlihatkan berita kematian Yama dan Mika dua hari lalu dari notifikasi berita yang masuk saat ponselnya terhubung ke internet. Yang berati Mika pergi di hari yang sama dengan Erik pergi. Ternyata mereka tidak benar-benar terpisah walau Mika memutuskan pulang ke Jakarta saat mengetahui Erik menghamili Rika. Alam mendukung hubungan mereka.Baru satu jam yang lalu Asahi sampai kos, berniat memposting fotonya bersama Mika dengan caption kebahagiaan dan men-tag Mika lalu menunggu repost dari Mika seperti janjinya. Sayangnya tidak akan terjadi.Asahi memposting fotonya berama Mika dengan caption bela sungkawa yang kolom komentarnya langsung di serbu teman-temannya menanyakan bagaimana bisa dirinya foto bersama Mika dan lain sebagainya yang menyangkut keingin tahuan mereka dengan Mika di real life seperti tinggi badan, kecantikan dan lain sebagain
Yuno terbangun saat tangannya meraba tidak mendapati Tiffany di sampingnya. Dia melenguh panjang lalu tiduran dengan melihat langit-langit menunggu nyawanya terkumpul.Yuno melamun, sudah dua hari ini dia tinggal di Indonesia dan beberapa hari lagi kembali ke Inggris tapi rasanya belum tenang kalau belum membereskan kekacauan di sini. Yuno takut Yama pergi dengan tidak tenang karena fitnah skandal itu.Yuno sudah tahu siapa pelakunya dari orang suruhannya yang kemarin memberinya laporan, dia sama sekali tidak menyangka orang itu yang melakukan. Tinggal menunggu waktu yang tepat semua akan terbongkar.Yuno menyibak selimut, dia mengikat kimonon piyamanya lalu turun dari kasur. Setelahnya berjalan ke arah korden, menyibak korden lebar agar cahaya masuk kemudian mengambil segelas air yang ada di nakas, kemudian di tengguknya sampai habis.Yuno berjalan kearah kamar mandi, langkahnya berhenti saat mendengar su
Uhukk ...Uhuk ...Rika terbatuk dan terbangun saat asap rokok melewati hidung dan menggelirik tenggorokannya. Dia mengibaskan tangan di depan wajah agar asap pergi membuat seseorang yang menunggunya bangun terkekeh membuat Rika mengambil ancang-ancang untuk kabur saat wajah orang itu terlihat. "Lepaskan aku, Pak Darman!"Darman tertawa "tidak ada yang mengikatmu wanita, bodoh!" Hardiknya membuat Rika segera berdiri ke arah pintu sayangnya pintu terkunci. "Tenanglah, tidak ada yang akan berbuat jahat padamu. Sini, minum dulu." Ucapnya meyakinkan menuang sebuah minuman berwarna coklat keruh ke gelas kecil. "Minum." Titahya sekali lagi."Apa itu obat penggugur kandungan?"Darman tertawa, dia menghisap rokoknya lalu membuang asap sembarang. "Hmm ... pintar sekali. Pernah meminumnya, hmm jalang kecil?" Rika masih belum bergerak di tempatnya,
Hansol menghampiri Yuno yang sedang duduk santai di sofa setelah menerima banyak tamu. Walau belum semua tamu pulang, tapi rumah lumayan lega jadi tuan rumah bisa sedikit lebih santai. Yuno yang di hampiri menegakkan badan, dia tersenyum pada Hansol membuat Hansol lagi-lagi merasa berdosa karena semua keluarga Thomson berhati baik."Mas Hansol ya?" Yuno menyalami Hansol lalu mempersilahkan Hansol duduk di sofa sampingnya. "Yama maupun Mika banyak cerita tentang mas Hansol. Maaf baru sekarang menyapa karena tadi benar-benar masih syok." cerita Yuno membuat Hansol mengangguk paham. "Terima kasih sudah banyak membantu Yama dan Mika semasa hidup mereka dan tolong maafkan mereka kalau memiliki salah baik sengaja maupun tidak sengaja."Hansol mengangguk, hatinya kembali tergores. Lagi-lagi di tampar dengan kebaikan dan ketulusan Thomson's "saya sudah memaafkan. Mereka orang baik, saya yang banyak berbuat salah." Hansol memberika sebuah paper