Lio membuka matanya karena mendengar suara seseorang yang sedang memasak di dapur. Apa bibinya datang untuk memasak? Tidak mungkin kalau Trisha datang pagi-pagi sekali hanya untuk membuatkan sarapan. Ditambah lagi di tengah marah karena menolak tawarannya.
Dia pun memutuskan untuk kembali tertidur karena masih sangat mengantuk.Di sisi lain, wanita gemuk itu memasak dengan ekspresi penuh rencana. Ya, dia adalah Trisha yang sudah memikirkan cara lain untuk memaksa Lio menjadi asisten. Kali ini dia pasti tidak akan menolak tawarannya.Trisha sudah membeli banyak sekali bahan makanan untuk ke depannya. Sesuai yang diucapkan Vanda tadi malam, membuat perasaannya sampai tersentuh dan menerima menjadi asisten. Kalau hari ini Lio masih menolak tawarannya, setiap hari Trisha akan membuatnya sarapan dan makan malam untuknya.Trisha mempercepat gerakannya agar selesai tepat waktu. Waktu yang tersisa tidaklah banyak, wanita gemuk itu hanya mempunyai waktu satu jam untuk memasak“Ternyata beneran lo?” tanyanya dengan senyuman menyeringai.Tatapan benci dari sorot mata Trisha pun membuat lelaki itu langsung melepas tarikannya dengan tertawa kecil, dia sedikit membungkukkan tubuhnya dengan mengangkat dagu wanita gemuk itu perlahan. Dia menarik bibirnya membentuk senyuman menyeringai. “Belum berubah lo? Makin lebar pula!” ejeknya dengan menurunkan dagu Trisha dengan kasar.Trisha yang di perlakukan seperti itu memilih diam daripada melawan. Bukan karena takut, dia hanya menghemat tenaga. Kecuali kalau dia semakin keterlaluan.Berbeda dengan lelaki yang berdiri di hadapan Trisha dengan tatapan merendahkan wanita gemuk itu. “Oh, selain semakin lebar, lo juga bisu setelah putus sama gue?” sarkasnya dengan mendorong tubuh wanita berkacamata itu. Untung saja Trisha bisa menjaga keseimbangan tubuhnya, jadi dia tidak terjatuh seperti lima tahun lalu.“Mau lo sebenarnya apa. Dan?!” pekik Trish
“Lo ngapain balik ke rumah lagi?” tanya Lio yang sedang makan.Trisha hanya tersenyum tanpa menjawab ucapan Lio, dia duduk di hadapannya dengan memperhatikan lelaki itu makan dengan lahap. Sedangkan orang yang ditatap itu melihat wanita gemuk curiga. Apa lagi rencananya? Tidak mungkinkan kalau dia langsung menarik paksa menjadi asisten?“Apa lagi?” tanya Lio mengangkat satu alis.“Enak?” tanya Trisha dengan nada lembut.Lelaki itu menganggukkan kepalanya sambil memasukan satu suap ke dalam mulut. Trisha sangat senang melihatnya makan dengan lahap. Wanita gemuk itu seketika bergerak maju ke depan, spontan membuat Lio sedikit memundurkan kepalanya. Keduanya saling bertatapan satu sama lain.Trisha yang merasa suasana mendadak canggung pun langsung berdeham pelan dan mengambil satu butir nasi yang menempel di sudut bibir sambil menyengir. “Maaf, gue cuma ambil ini,” ucapnya menunjukan butiran itu di jarinya. Lio pun hanya tersenyum paksa, ia kemba
Sev menatap engsel pintu sejenak, lalu menarik napas dan membuka pintu itu dengan senyuman paksa. Matanya membuka lebar saat melihat orang yang datang.“Lama banget, sih!” protesnya yang langsung masuk.Sev menatap punggung wanita itu dengan menghela napas lega, ternyata tidak seperti yang ia pikirkan. Ya, bukan Trisha yang datang. Melainkan Tiana, yang datang karena khawatir pada kondisi Sev.“Lo nggak sakit?” tanya Tiana meletakan keranjang buah di meja makan.“Siapa yang bilang?” Bukannya menjawan, lelaki itu malah kembali bertanya seraya kembali menutup pintu dan melangkahkan kakinya ke sofa.“Sutradara yang bilang,” jawabnya seraya duduk di samping Sev dan memberikan piring yang berisi buah.Sev tidak menjawab lagi dan memilih untuk menonton televisi. Tiana pun hanya menatap heran lelaki itu. Dia sedikit beda dari biasanya. Apa dia lagi ada masalah dengan sutradara?“Lo kenapa? Ada masalah?” tanya Tiana dengan memas
Trisha berjalan menuju dapur untuk memasak makan siang, dia melihat Sev dari kejauhan yang tengah mengobrol dengan Tiana. Entah apa yang mereka bicarakan, wanita gemuk itu sama sekali tidak mendengar apa yang diucapkan. Namun, dia bisa melihat raut wajah Sev yang terlihat terkejut.Apa Tiana memberitahu kalau dia sudah mempunyai calon suami? Trisha menggeleng cepat, seharusnya Sev sudah tau akan hal itu.Trisha memilih untuk tidak berpikir terlalu banyak, dia memulai untuk memasak sebelum dia mengomel. Wanita gemuk itu melirik Sev yang kembali duduk di sofa dengan sekilas, ia sendiri masih tidak paham alasan lelaki itu memanggilnya untuk pulang.Saat melihat wajah Sev dari samping, dia merasa kalau wajahnya itu sedikit mirip dengan Lio. Sifat pun hampir sama, hanya saja Lio sekarang tidak seperti saat pertama kali ketemu. Berbeda dengan Sev yang suka berubah-ubah. Kadang baik, kadang sifat iblis kembali muncul.Apa karena Sev tidak mempunyai orang tua yan
Selesai menelpon Lio, Trisha meletakan ponsel ke atas nakas seraya mengeluarkan laptop dan peralatan untuk menggambar yang dia letakkan di bawah kasur. Ini adalah kesempatan yang tepat untuk menggambar karena Sev sudah tidur.Trisha beranjak dari kasurnya, lalu berjalan cepat menuju pintu untuk memastikan kalau sudah terkunci. Wanita gemuk itu menghela napas lega dan kembali ke kasur. Dia mulai berkonsentrasi agar gambarnya semakin bagus, akhir-akhir ini ia merasa kalau gambarnya kurang halus. Meski Lio sudah resmi menjadi asisten, Trisha tidak boleh menggampangkan masalah ini.Wanita gemuk itu tersenyum tipis saat membayangkan Sev saat marah, entah kenapa raut wajahnya semakin tampan. Apalagi saat tatapannya berubah menjadi dingin, sangat tampan meskipun menakutkan.Trisha menggelengkan kepalanya cepat saat membayangkan Sev menjadi pacarnya. Hatinya seakan terasa sesak saat memikirkan semua ini, bukan karena dia gemuk atau tidak pantas. Hanya saja, Trisha tidak
Sev keluar dari kamar dengan merapikan pakaian yang ia kenakan. Lelaki itu mengambil kotak obat tanpa membaca tulisan terlebih dahulu dan langsung meminum dua butir agar demamnya turun dengan cepat. Ia meletakan gelas itu kembali seraya menatap pintu kamar Trisha yang masih tertutup.“Sha, cepat!” teriak Sev dengan suara keras yang membuat Trisha langsung keluar dari kamarnya. Lelaki itu berdecak melihat rambut wanita gemuk itu masuk berantakan. “Rambut lo—““Iya, gue tau.” Trisha kembali masuk ke dalam kamarnya.Tidak ada lima menit, dia kembali keluar dengan rambut yang sudah dia kucir satu. Wanita gemuk itu berjalan mendekati Sev dengan tersenyum percaya diri.“Gimana rambut gue? Bagus?”Sev tersenyum sekilas. “Biasa aja,” jawabnya seraya berjalan lebih dulu meninggalkan Trisha.Wanita gemuk itu menghela napas panjang untuk menahan amarahnya. Bagaimana pun hari ini adalah p
Trisha duduk di kursi dan menidurkan Sev dengan perlahan di atas pahanya. Melihat lelaki itu yang sudah terlelap membuatnya tersenyum tipis, apalagi saat melihat sang aktor tampan dengan sangat dekat.Wanita gemuk itu menatap lurus ke depan menikmati embusan angin yang membuat rambutnya sedikit berantak. Trisha pun perlahan mulai merasakan nyaman bekerja menjadi asisten Sev, apalagi lelaki itu sudah sedikit berubah, meski dia masih menyebalkan.Trisha berdoa agar identitasnya menjadi mangaka tidak akan terbongkar, meski komik yang dia buat sudah selesai, ia masih ingin menjadi asisten Sev dan selalu ada di sampingnya. Wanita gemuk itu perlahan menundukkan kepalanya menatap wajah Sev yang tengah tidur itu, tangannya perlahan bergerak merapikan rambut milik Sev.Ini kedua kalinya melihat Sev yang sangat tenang.Wanita gemuk itu merogoh saku untuk mengambil ponsel karena merasakan getaran. Satu panggilan masuk dari Lio membuatnya kebingungan, Trisha takut ka
Di sisi lain, Lio yang tiba-tiba dipeluk seperti ini sedikit merasa deg-degan. Apa lagi ketika mencium aroma tubuh Trisha yang sangat harum. Lio membalas pelukan Trisha guna untuk membuat satpam itu tidak mencurigai.“Kenapa gue deg0degan gini? Nggak mungkin, kan, gue suka sama Trisha?”Trisha melepas pelukan setelah satpam itu melewatinya, dia menghela napas lega dengan menarik kembali jaketnya. Lio pun berdeham kecil untuk mengusir rasa gugupnya, ia menatap Trisha dengan senyuman tipis.“Thanks.”Trisha menganggukkan kepalanya dan merogoh sakunya dengan memberikan flashdisk pada Lio dan mengatakan, “Ini ada dua chapter, kalau udah selesai perhalus dan diwarnai langsung kirim ke platform.”Lio pun menghela napas dengan senyuman paksa. “Baik, Nyonya,” ujarnya mengambil benda itu dari tangan Trisha. Lelaki itu mulai bingung pada Trisha yang ada di mall ini seorang diri tanpa membawa tas belanjaan. Apa
Trisha berjalan di tepi pantai yang sudah tidak ada pengunjung sama sekali. Tiga tahun ini dia selalu datang ke pantai, tempat pertama kali dia bertemu dengan Sev. Dengan harapan lelaki itu datang menghampirinya.Wanita itu kembali menangis ketika teringat pada masa lalunya. Dia benar-benar merindukan lelaki itu. Dia adalah orang yang membuatnya berdiri sampai sekarang, tanpa dia mungkin Trisha tidak akan menjadi mangaka.Tiba-tiba saja ada seseorang yang berdiri di hadapannya. “Jangan nangis, nanti make-up lo luntur.”Trisha yang mendengar perkataan itu merasa tidak asing dan langsung mengangkat kepalanya, matanya menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.Severino berdiri di hadapannya dengan tersenyum lebar dan membentangkan tangannya. Trisha pun langsung berdiri dengan memeluknya erat.“Kenapa lo nggak kasih tau gue kalo udah balik?!” tanya Trisha dengan menangis sesenggukan.Sev mengelus punggung Trisha den
Tanpa dirasa tiga tahun berlalu dengan sangat cepat. Trisha melewati banyak rintangan dan sukses menjadi mangaka yang memiliki banyak penggemar. Tidak hanya dari Indonesia, tapi dari berbagai negara menyukai komik yang dibuat oleh wanita gemuk itu. Ralat, wanita yang sangat cantik dengan tubuh ideal.Trisha berhasil diet dengan cara memperbaiki pola hidupnya. Tidak ada panggilan wanita gemuk lagi untuknya.Trisha sudah sangat sukses di dunia komik, dia mendapatkan banyak penghargaan dan tawaran dari penerbit. Tidak hanya itu, satu komik yang sudah terjual jutaan eksemplar akan dijadikan film oleh salah satu sutradara terkenal. Benar-benar perkembangan yang pesat.Hanya saja, Trisha masih merasakan ada yang kurang dari semua pencapaian ini. Ya, kehadiran seseorang yang sudah dia tunggu selama tiga tahun.Tanpa di rasa wanita itu menunggu Sev selama tiga tahun. Dia sangat merindukan sosok lelaki itu yang menghilang tanpa kabar.Dua hari yang lalu, Tr
Tiga hari berlalu dengan sangat cepat, tidak bagi Trisha yang merasa kalau hari sangatlah lambat. Selama tiga hari dia tidak keluar dari apartemen, tidak membuka ponsel dan tidak melihat televisi. Semua itu dia lakukan hanya untuk tidak melihat wajah Sev.Trisha berhasil melakukan itu, tapi tidak berhasil melupakan lelaki itu dalam ingatannya. Entah kenapa setiap ingin melupakan, justru dia semakin ingat akan perhatian Sev yang dilakukan diam-diam. Apa kabar dengan lelaki itu? Apa dia semakin menerima banyak tawaran film?Tidak hanya Sev yang dia pikirkan, melainkan memikirkan cara agar komiknya kembali lagi dari platform dan membersihkan namanya itu. Vanda selalu menyuruhnya untuk menenangkan pikiran dan istirahat satu minggu.Namun, baru lima hari dia sudah merasa bosan dan ingin kembali bekerja seperti biasanya. Dia ingin melihat Sev meski dari kejauhan. Ia juga sudah menghitung total tabungan yang dimiliki. Uangnya hanya bisa membayar setengah dari jumlah to
Langkah Sev terhenti di tepi pantai, dia menatap tempat pertama kali bertemu dengan Trisha. Pertemuan yang pada saat itu Trisha tidak tahu kalau Sev adalah aktor. Lelaki itu duduk tanpa menggunakan alas apapun, pandangannya lurus ke depan.Entah kenapa, wanita itu membuat perubahan terbesar dalam hidupnya. Sev belum bisa melupakan Trisha, tapi dia ingin melupakan dia agar bisa pergi meninggalkan Indonesia dengan mudah. Yang ada di pikirannya adalah ‘apa dia mau menunggunya?’Sev merasa kalau Trisha sudah membenci dan tidak ingin bertemu lagi. Lelaki itu melirik ke kanan, dia mendapati wanita gemuk yang duduk seorang diri di tepi pantai dengan memakan burger. Bukankah itu sama seperti Trisha dulu? Bibir Sev perlahan tersenyum.Lelaki tampan itu mulai menyadari perasaannya. Dia tidak menyukai Tiana, yang dia sukai adalah Trisha. Hanya wanita itu yang membuatnya nyaman. Namun, sekarang sudah terlambat. Sev ingin mengulang semuanya, dia ingin lebih dekat
Tok … tok … tok …“Kak, ada yang cari lo,” ucap Beni dari luar ruangan yang sedikit berteriak.Zhui yang mendengar ucapan Beni kembali membuka matanya perlahan dengan menarik napas panjang dan mengembuskan dengan perlahan. “Ya, tunggu!” teriaknya seraya membenarkan posisi duduknya, lalu menoleh ke arah Sev yang masih memejamkan mata.“Gue harap, lo nggak melakukan hal buat gue marah! Jangan klarifikasi kalo lo nggak mau kehilangan pekerjaan lo!” perintah Zhui berdiri dari duduknya.“Gue nggak janji,” jawab Sev yang membuat Zhui mendengus dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan meninggalkan Sev.Saat mendengar suara pintu tertutup, Sev membuka matanya perlahan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku. Dia menatap seisi ruangan dengan senyuman samar. “Maaf, Zhui. Gue harus melakukan sesuatu. Gue nggak mau jadi pengecut yang selalu bersembunyi setiap ada masalah,” gum
“Ada apa?” tanya Sev seraya masuk ke ruangannya dan duduk di hadapan Zhui dengan raut wajah bingung.Zhui memijat pelipis untuk sedikit menghilangkan rasa pening, banyak direktur yang menelponnya setelah melihat berita di artikel. Sang manager menyuruh temannya untuk mencari tau siapa yang membuat berita tidak jelas itu. Dia juga menyuruh security untuk memperketat orang yang masuk ke perusahaan untuk mengantisipasi agar tidak ada wartawan yang masuk.Wanita itu memutar laptopnya untuk memperlihatkan kabar yang menjadi trending. Banyak yang bertanya tentang kebenaran hubungannya dengan Tiana, ada juga yang tidak percaya kalau perusak hubungan Tiana adalah Sev.Sev yang membaca isi artikel itu mengepalkan tangannya, dia sangat marah pada orang yang membuat berita tidak benar itu.“Kita harus—““Direktur dan sutradara membatalkan kontrak setelah membaca skandal ini. Masalah lo kali ini sulit untuk diselesaikan, Sev
Sev yang tengah menunggu pesanannya di restoran hanya diam dengan menatap luar jendela. Dia memikirkan ucapan Zhui. Apa dia sudah keterlaluan pada Trisha?Dia mengamati beberapa pengunjung yang bermesraan dan saling mengobrol, tiba-tiba saja dia teringat pada Trisha saat makan berdua di restoran, dia juga ingat saat dia sering mengajaknya berbicara dan bermain game.Sev mengeluarkan ponselnya dan mengabaikan panggilan telepon dari Zhui. Dia membuka platform dan mencari komik milik wanita gemuk itu. Melihat banyak chapter yang sudah diterbitkan membuat perkataan Zhui terngiang di dalam pikirannya.“Dia udah banyak berkorban sama pekerjaan ini. Pagi dia jadi asisten lo, malam dia buat komik.”Apa benar yang diucapkan oleh Zhui? Itu artinya dia hanya tidur satu jam setiap harinya? Pikir Sev yang melihat waktu penerbitan komik itu. Banyak chapter yang diterbitkan antara pukul tiga atau empat subuh. Sev tau kalau wanita gemuk itu selalu ba
Trisha sementara waktu tinggal di apartemen Vanda karena rumah dan studio sudah dikerubungi oleh wartawan untuk meminta kejelasan. Wanita gemuk itu juga terus menghubungi Sev meski pesan tidak ada yang dijawab satu pun. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.Wanita itu hanya bisa melihat Sev dari televisi. Dia tidak diperbolehkan keluar rumah sampai wartawan pergi dengan sendirinya. Sev pun tidak memberikan tanggapan lagi, dia hanya bilang kalau akan menuntutnya. Benar ucapan Lio. Sev tidak akan tinggal diam.Yang wanita gemuk itu pikirkan sekarang adalah cara membayar uang kompensasi untuk penerbit dan tuntutan Sev. Uang tabungan Trisha tidak cukup, dia juga tidak mau merepotkan orang di sekitarnya. Trisha merasa kalau ini adalah masalahnya sendiri.Seharusnya Trisha tidak menjadi asisten Sev dan memilih untuk mencari referensi lain. Namun, sudah terlambat untuk menyesali.Trisha merebahkan tubuhnya di kasur dengan menatap langit dari jendela, entah kenapa
Trisha sedari tadi melihat ke layar ponsel dengan harapan kalau Sev membalas pesannya. Namun, nihil. Sudah dua jam tidak ada balasan darinya. Hati wanita gemuk itu gusar dan bingung harus berbuat apa. Hanya satu yang diinginkan olehnya, Sev memaafkannya.Vanda yang melihat Trisha tampak gelisah pun hanya bisa menghela napas panjang sambil memakan cheese cake strawberry yang baru saja datang. Dia juga bingung harus membantu sahabatnya itu bagaimana.“Sha, udah dua jam lo lihat ke ponsel, tapi tetep aja nggak ada balesan. Sev butuh waktu buat maafin lo,” ucap Vanda dengan wajah datarnya.Trisha meletakan ponsel di meja dengan melihat ke arah Vanda. “Menurut lo … Sev bakal maafin gue nggak?” tanya Trisha.Vanda mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tau. Namun, melihat tingkah Trisha yang berbeda sebelumnya membuat ia curiga. “Kenapa lo khawatir banget soal Sev maafin lo apa nggak? Jangan bilang lo … suka