To: Amber (Coffee Shop)
Amber, jangan siapkan aku lemon hangat pagi ini, karena aku ada urusan kantor. Thanks.Alicia melanjutkan dirinya bersiap-siap setelah mengirim pesan kepada Amber. Pagi ini ia akan berangkat sedikit lebih awal karena harus menemani Dazzlene bertemu dengan Supplier untuk pengecekan barang dan sebelumnya ia harus mampir ke kantor untuk absen terlebih dahulu.Alicia bersyukur teman-teman di tim Purchasing adalah orang-orang yang menyenangkan. Terutama Meghan dan Dazzlene yang terbilang cukup dekat dengannya semenjak ia berada di sana.Meghan yang tampaknya dingin dan jarang bicara nyatanya adalah seseorang yang keibuan dan perhatian kepada bawahannya. Mungkin perilaku itu didominasi oleh posisinya sebagai Manager Purchasing untuk selalu menjaga wibawa dan attitude. However, dia tetap menjadi Manager favorit bawahannya.Dan Dazzlene, seseorang yang easy going, memiliki banyak kesamaan hobi dengannya. Terkadang begitu cerewet namun memiliki hati yang tulus dalam persahabatan.Faktor kekompakan dalam pekerjaan bersama Dazzlene membuat Alicia mengenal sisi lain dari seorang Dazzlene yang 'berisik'. Dan hobi yang sama dalam berburu kuliner pedas membuat Alicia semakin akrab dengannya.โขโขโขSuasana kantor masih nampak lengang. Selesai absen fingerprint, Alicia segera menuju meja kerjanya untuk mengecek ulang dokumen yang telah disusunnya sebelum diletakkan di atas meja Meghan. Namun seketika pemandangan di mejanya membuat ia mengernyitkan dahi kebingungan.Satu cup lemon hangat tersaji di meja kerjanya, dan tiba-tiba saja teleponnya berbunyi."Selamat pagi, Williams Steel, dengan Alicia, bisa dibantu?""Morning Alicia, it's me, Jade, bisakah kau ke ruanganku sekarang?""Oh my lemon!!!" seru Alicia dalam hatinya."Baik Mr. Williams, aku segera ke sana.""Dia bahkan sudah berada di kantor sepagi ini, huh? Dia pasti mimpi buruk semalam dan berubah pikiran untuk... memecatku? Oh no! Kenapa pikiranku selalu berasumsi buruk bila dia yang mencariku. Ini tidak baik, otakku semakin tercemar setelah bertemu dengannya. Dia seperti merkuri."Alicia terus berasumsi di dalam pikirannya seraya berjalan menuju ruangan Jade hingga kenyataan yang diperhadapkan kepadanya saat ini membuat ia memeras otak berupaya mencernanya."Bukalah dan pakai!" perintah Jade yang kini duduk tepat di hadapan Alicia dengan sorot mata tajamnya.Kebingungan Alicia seketika berubah menjadi kegelisahan disaat ia mendapati sorot mata yang kemarin terlihat teduh dan hangat kini berubah menjadi tatapan tajam mematikan."Aa..paa... aku harus memakai ini, Mr. Williams, kakiku sudah membaik. Jadi kurasa aku tidak perlu untuk memakai sepatu lagi." Jawab Alicia gugup dengan tatapan lurus memandang sepasang sepatu yang terletak rapi di atas meja tanpa berani menatap wajah Jade.Tanpa menjawab apapun Jade bangun dari tempat duduknya menghampiri Alicia dan berjongkok melepas sepatu heelsnya.Alicia berjingkat dan segera beranjak dari tempat duduknya, namun urung, karena pergelangan kakinya ditahan oleh tangan Jade.Tubuh Alicia menegang, ia mencengkeram pinggiran sofa, duduk tegak bertumpu pada kedua lengannya dan memberanikan diri menatap wajah Jade yang berjarak dua jengkal di hadapannya saat ini."Diamlah! Maka ini akan cepat selesai!" Tegas Jade mengunci tatapan Alicia yang sedang dilanda kegelisahan itu.Alicia hanya bisa pasrah membiarkan Jade memakaikan sepatu kets yang dibawanya dan yang mengherankan bagaimana ukuran sepatu itu bisa pas sesuai ukurannya, ini gila!Apa dia mantan salesman sepatu sebelum menjadi seorang Billionare? Batin Alicia dan menahan sedikit tawa dalam hatinya.Selesai memakaikan Alicia sepatu, Jade meletakkan heels Alicia ke dalam kotak sepatu tadi dan memasukkannya dalam paper bag, yang kemudian ia taruh di bawah meja. Permintaan Alicia untuk merapikan sepatu heelsnya kembali ditolak Jade dan membuat Alicia hanya bisa menatap setiap pergerakan Jade sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Terima kasih banyak Mr. Williams, kau---""Kau telah dua kali mengabaikan perintahku, apa kau menyadarinya?" sela Jade.Alicia terkesiap, lantas menatap ke atas berharap mendapatkan jawaban di langit-langit... Bukan, maksudnya ia sedang berpikir keras mencerna pernyataan pria tampan yang sedang duduk di hadapannya saat ini."Kau tidak pulang dengan Dazzlene semalam dan kau tidak memakai sepatu kets, apa kau sedang menantangku untuk memecatmu, Nona Alicia?" ucap Jade dengan menatap tajam manik mata Alicia.Pernyataan Jade membuat Alicia kebingungan. Entah sepatu miliknya ataupun dari Jade, bukankah intinya ia telah memakai sepatu kets? Mengapa sepasang sepatu kets dapat membuat situasi rumit seperti ini?"Maaf Mr. Williams, aku tidak bermaksud mengabaikan perintahmu tapi aku memiliki alasan atas dua hal yang kau sebutkan." sanggah Alicia dan menjelaskan kejadian sebenarnya atas kejadian semalam dan pagi ini ia harus bertemu Supplier jadi tentu ia harus berpenampilan rapi, lagipula sesuai peraturan perusahaan mengharuskan wanita memakai sepatu heels dan Alicia tidak ingin diistimewakan sekalipun dalam hal kecil seperti ini.Jade mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap lekat mata indah Alicia. "Kau menjadi tanggung jawabku hingga lututmu benar-benar pulih, Alicia. Pakai sepatu itu hingga lututmu sembuh dan kau boleh mengambil kembali sepatu heelsmu di sini."Belum selesai dengan kejutan sepatu baru untuknya, Jade kembali menyodorkan sebuah kotak yang Alicia curigai adalah sebuah ponsel. Ekspresi Jade yang menentang penolakan membuat nyalinya menciut. Alicia menerima kotak itu dari tangan Jade dan membelalakkan matanya tak percaya.Sebuah ponsel keluaran terbaru dengan harga fantastis bagi Alicia mendarat di hadapannya."Itu untuk mengganti ponselmu yang mungkin rusak karena kejadian kemarin." Ujar Jade sebelum Alicia menanyakannya."Mr. Williams, ini berlebihan. Ponselku hanya retak dibagian kaca, aku dapat menggantinya tanpa perlu mengganti ponsel baru. Lagipula ponselku tak sebanding dengan ini. Ini berlebihan. Aku tidak dapat menerimanya."Lagi-lagi penolakan Alicia mendapat tatapan tajam dari manik mata Jade. "Aku memberikannya tanpa meminta penjelasanmu. Kau hanya perlu menerimanya. Sudah kukatakan aku melakukan apa yang menjadi tanggung jawabku terhadapmu!"Alicia seakan tak percaya mendengar penuturan Jade yang menurutnya sangat berlebihan. Membuat ia tidak ingin tinggal lebih lama lagi di ruangan ini."Terima kasih atas perhatiannya Mr. Williams, saya permisi." Ucap Alicia datar meninggalkan Jade yang masih berdiri di depan sofa. Ia menghela napas kasar dan mengabaikan kemungkinan apa yang akan Jade pikirkan terhadapnya dengan pergi begitu saja setelah menerima pemberian darinya."Dasar tuan diktator! Saudara bukan, teman bukan, tapi selalu mendikte dan memaksa!" gerutu Alicia di dalam benaknya seraya berjalan keluar dari ruangan Jade.๐๐๐๐"Sepatu kets? Hei, apa yang kau kenakan Alice?" tanya Dazzlene keheranan dengan penampilan yang janggal di kaki Alicia."Bossmu yang menyuruhku melakukannya, ini gila! Sudahlah, let's go!" Sahut Alicia dengan nada malas."So, Alice, apa yang Mr. Williams katakan padamu kemarin? Apa dia memarahimu? Jangan katakan kalau dia mengasarimu? Seriously? Apa dia melakukannya padamu, Alice. Kau tahu, Mr. Williams selalu dingin dan jarang berbicara kepada karyawan dan---""Dia hanya memberiku obat salep untuk mengobati memar dilututku." Sela Alicia."WHAT???"CiiitttAlicia terperanjat kaget saat Dazzlene rem mendadak disela-sela teriakannya dan reflek menahan tubuhnya dengan kedua telapak tangannya yang berpegangan pada dashboard menjaga kepalanya agar tidak menghantam dashboard. Untunglah jalan yang mereka lewati saat ini masih lengang."Dazzlene are you crazy? Kau mau mati muda, huh?" teriak Alicia."Sorry...sorry, aku hanya kaget dengan jawabanmu tadi." Dazzlene menyeringai dan menampilkan wajah tak berdosanya, kemudian melajukan mobilnya kembali."Dia menyukaimu, Alice! Whoaa... Aku tak percaya, akhirnya Mr. Williams akan segera memiliki tambatan hati." Dazzlene tertawa dan menggoda Alicia dengan cubitan-cubitan kecil di lengan Alicia."Aku tidak peduli dengan yang kau katakan! Sekali lagi kau menyetir seperti itu aku tidak akan pernah menemanimu lagi, kemanapun!" ujar Alicia menekankan kata-katanya dalam kondisi yang masih shock dengan kejadian tadi."Okay...okay, I'm sorry for that. Jadi bagaimana menurutmu tentang tindakan Mr. Williams?" Dazzlene kembali kepo."I don't know. Mungkin dia hanya bersimpati, tidak lebih. Lagipula apa salahnya seorang atasan memberi perhatian kepada bawahannya?" jawab Alicia santai."Rasa perhatian adalah awal dari perjalanan cinta, Nona. Mungkin saja...""Dazzlene ... please ... hentikan asumsimu itu! Aku tidak sedang dalam mood bercanda." pinta Alicia dengan merengek, menyerah kepada Dazzlene yang usil menggodanya.Dan lagu Ronan Keating yang berjudul When You Say Nothing At All, mengiringi perjalanan mereka.From: Unknown NumberAlicia, kembalilah sebelum jam makan siang dan datanglah keruanganku saat kau kembali ke kantor. JadeDeg"Oh my lemon! Apa maunya kali ini? Ini sudah kedua kali ia memanggilku ke ruangannya hari ini, sudah seperti minum obat saja." Batin Alicia tidak percaya.Usai mendapat SMS dari Jade, Alicia berusaha mengajak Dazzlene untuk segera bergegas kembali ke kantor. Ia tidak ingin mendapat masalah baru dengan Jade bila terlambat kembali ke kantor.Namun apa daya, Alicia tak dapat menolak permintaan Dazzlene untuk singgah ke rumah Kakak angkatnya yang sudah lama tak ditemuinya. Rengekannya sungguh membuat Alicia jenuh dan akhirnya menyerah.Alicia tak mengerti berapa banyak saudara angkat yang Dazzlene miliki. Rasa-rasanya ke manapun mereka pergi selalu saja ada saudara angkat di sana sini, bertebaran disetiap sudut kota New York. Dazzlene benar-benar 'sesuatu'."Sebentar, okay? Aku akan menunggu di mobil." Tawar Alicia."Yes, dear! I promise." Jawab Dazzlene dengan sumringah.๐๐๐๐Akhirnya pukul setengah dua mereka berdua sampai kembali di kantor. Alicia berharap Bossnya dalam kondisi good mood untuk menerima alasannya.Setelah meletakkan dokumen di atas meja Meghan dan meninggalkan tasnya di meja kerja, Alicia bergegas kembali ke lift untuk menuju ruangan Jade.Alicia berpas-pasan masuk dengan sekretaris Jade, ia merasa sedikit tertolong, setidaknya ada sesuatu hal yang mengalihkan perhatian Jade dan mungkin saja bisa menolongnya terhindar dari kekesalan Jade kepadanya yang sedari tadi menampakkan wajah datar.Saat ini Alicia duduk di sofa setelah Jade menyuruhnya untuk menunggu di sana. Alicia terpaku dengan apa yang ia lihat di hadapannya, meja yang penuh dengan bermacam-macam makanan. Dan semua makanan itu belum tersentuh sama sekali, mungkin saja Jade belum makan karena menungguinya."Oh my lemon! Apa ia memindahkan isi restoran ke kantor ini?" gumam Alicia saat melihat sayur mayur yang terhidang di atas meja."Let's eat!" suara bariton itu membuyarkan lamunan Alicia."Aku tidak tahu apa yang kau sukai, jadi aku memesan ini semua, makanlah yang kau suka. Khusus untuk steak salmon, tumis paprika, sup bayam, dan salad sayur harus kau habiskan, karena itu bagus untuk tulangmu." Ucap Jade datar dan hanya menatap lurus meja yang penuh dengan makanan.Alicia hanya bergeming, namun seketika sorot kilat mata tajam yang mematikan itu menatapnya, akhirnya ia pasrah dengan situasi ini dan ... makan.Tak lama kemudian Office Boy datang merapikan meja. Syukurlah porsi masing-masing makanan tidak terlalu besar, jadi ia masih mampu menghabiskan empat menu yang disebutkan Jade.Baginya, semua rasa makanan yang masuk ke perutnya sama hambarnya dengan perasaannya saat ini. Karena Jade yang menolak penjelasan Alicia tentang keterlambatannya membuat suasana semakin tegang dan mencekam baginya.Jade berjalan dari arah meja kerjanya mengambil ponsel kemudian duduk disisi Alicia. Yang tentu saja membuat membuat Alicia terperanjat dan menggeser posisi duduknya. Sialnya, ia duduk diujung sofa sehingga hanya memungkinkan dirinya begeser seinchi. Sekalipun posisi duduk mereka masih berjarak dua jengkal, tetap saja Alicia merasa tidak nyaman."Jelaskan alasan keterlambatanmu, Alicia." Ujar Jade meletakkan ponsel di sampingnya."Ehmm ... Ta-dii i-tuu ... ada sedikit kepadatan lalu lintas jadi kami sedikit terlambat, sorry." Ujar Alicia terbata-bata karena sorot tajam mata Jade ke arahnya membuatnya mati kutu."Jelaskan secara terperinci padaku atau aku yang akan menjelaskannya padamu!"Alicia mengernyitkan dahinya tak mengerti ucapan Jade. Pria itu kemudian menunjukkan sebuah foto ketika Alicia memasuki sebuah wisma dan keluar dua jam kemudian dari tempat itu.Alicia membelalakkan matanya terkejut. Dan keterkejutan Alicia membuat emosi Jade semakin memuncak, namun ia berusaha menahannya untuk menunggu respon dari Alicia.Tidakkah kau berpikir Alicia Carter sedang dalam masalah besar atau... mungkin saja ia ketahuan atas sesuatu yang seharusnya tidak diketahui Jade dan orang lain...?๐๐๐๐TbcAlicia bergeming memikirkan nasibnya menjadi karyawan dari Boss yang diktator, hobi menguntit, kepo dan otoriter.Untung saja kontraknya hanya dua tahun, kalau lebih dari itu mungkin aku akan benar-benar berkarat di perusahaan ini."Sudah kukatakan, kau menjadi tanggung jawabku sampai kakimu sembuh, jadi aku menyuruh orangku untuk mengikutimu, memastikan keselamatanmu, dan apa yang kau lakukan di dalam sana?" tanya Jade mengunci tatapan terkejut Alicia."Mr. Williams, maafkan aku, aku tidak berusaha membohongimu, tapi tolong jangan menatapku seperti itu, aku ... akan menjelaskannya." Raut wajah memelas dan takut Alicia meredakan sedikit emosi Jade, terlihat dari Jade yang menghela napas mendengar jawaban Alicia."Alicia, jangan takut padaku. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, okay?" suara Jade saat ini terdengar melembut. Bukannya ia tidak tahu apa yang Alicia lakukan. Namun Jade murka ketika mendapat laporan bahwa Alicia masuk ke dalam sebuah wisma yang menjadi tempat pro
Alicia memijit kedua pelipisnya, terlihat gusar. Ia sedang menanti lift untuk menuju ruang kerjanya. Dan tiba-tiba saja ia terperanjat dengan sebuah tepukan lembut di bahunya. Anna Hillenburg, HRD baru yang telah beberapa bulan bekerja di perusahaan ini. Kedekatan dirinya kepada Anna terbilang cukup cepat karena sifat Anna yang dewasa dan lembut membuat Alicia nyaman berteman dengannya. Entah bagaimana menjelaskannya, namun pernahkah kau mengalami sebuah pertemanan singkat yang menjadi akrab saat 'frekuensi' kalian berada dalam satu gelombang yang sama?Tak jarang Dazzlene dan Alicia sering diajak Anna untuk mampir ke Apartemen tempat ia tinggal yang terbilang cukup mewah. Membuat Alicia salut akan sosok seorang Anna. Yang walaupun memiliki harta melimpah tapi masih mau bekerja sebagai seorang karyawan bahkan menjalin persahabatan tanpa memandang status dan sosial. "Alice, are you okay?""Hai Anna, aku hanya sedikit pusing." jawab Alicia tersenyum."Apa kau mau izin pulang untuk is
Setelah selesai memakaikan sepatu, Jade mengusap lembut lutut kanan Alicia dan menatap wajahnya. "Jangan membuatnya terluka lagi, atau kau akan bertemu dengan empat macam sayur itu siang dan malam." Ucap Jade dengan seringainya.Mendengar penuturan Jade, Alicia tak kuasa menahan tawanya. Ia menggigit bibir bawahnya sehingga ia hanya mengeluarkan sedikit suara tawa yang ia tahan.Jade beranjak dari posisinya dan mengambil tempat duduk di sebelah Alicia. Ia menggenggam tangan Alicia. Dan dikesempatan inilah Alicia mengumpulkan keberaniannya mencari sebuah petunjuk dalam manik mata abu-abu itu."Alicia, aku memiliki dua permintaan padamu. Pertama, berhentilah memanggilku Mr. Williams, aku ingin kau memanggil namaku dan yang kedua, aku ingin kau makan malam denganku nanti. Kau tidak keberatan bukan? I promise, just a dinner, please?" tanya Jade seraya mengelus lembut punggung tangan Alicia dengan ibu jarinya."Untuk yang pertama aku tidak bisa melakukannya dan untuk yang kedua aku akan me
Pendar cahaya lampu di kota yang tak pernah tidur ini menampakkan kesemarakannya, terutama pada malam hari. Di mana kebanyakan orang telah menghentikan aktifitas hariannya dan berkumpul dengan orang-orang terkasih untuk melepaskan penat dan kejenuhan hari ini.Alicia mengabaikan manusia di sebelahnya dengan menikmati alunan musik klasik Johann Pachelbel - Canon In D yang mengalun lembut di dalam mobil Jade, menghangatkan suasana yang dingin di malam hari ini.Namun tiba-tiba saja Alicia merasakan sentuhan lembut pada tangan kanannya dan tangan itu kian menghangat. Jemari kokoh Jade yang bertaut menyelusup setiap celah pada jemari Alicia. Tanpa harus mencari tahu penyebabnya Alicia sudah dapat menebak, bahwa tangan Jade sedang menggenggam erat jemarinya. Alicia berusaha meloloskan jemarinya dari genggaman itu, namun usahanya sia-sia. Genggaman Jade semakin erat di tangannya. Alicia bergeming, enggan menatap pria di sampingnya. Ia terus menikmati alunan musik klasik itu dan terus meni
Melihat Alicia yang terlelap bersandar di kursi membuat Jade sigap memposisikan diri agar leher wanita pujaannya tidak pegal. Dengan perlahan ia membawa Alicia berbaring dalam pelukannya, di atas dada bidangnya.Kebahagiaan malam ini sungguh tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Jade merasa dirinya selangkah lebih dekat dengan wanita pujaannya.Sepanjang perjalanan Jade terjaga, hatinya kian menghangat tatkala Alicia menggeliat di atas dadanya dan memeluk pinggangnya. Sekalipun ia tidak mengetahui alasan dibalik kenyamanan wanita itu saat berada dalam pelukannya, karena Jade memang belum mengetahuinya.Tak lama kemudian Bryan telah membawa mereka tepat di depan rumah Alicia. Dikarenakan Jade tidak ingin moment ini segera berlalu, ia menitahkan Bryan untuk menepikan mobilnya di area parkir dan menginstruksikan Bryan untuk meninggalkan mereka sejenak. Jade membelai lembut rambut indah Alicia dan sesekali mengecup puncak kepalanya. Ia memeluk erat Alicia seperti saat ia memeluknya sia
Dazzlene yang menaruh curiga, tak henti memperhatikan gerak-gerik sahabatnya itu. Tatapannya membuat Alicia tak berkutik. Ia sedari tadi merengek mengajak Alicia makan siang bersama di rumah makan Korea milik Harry, sahabatnya.Dazzlene yang merengek dan Jade yang tak henti-hentinya menelepon benar-benar membuat kepala Alicia terasa nanar. Ia berpikir mungkin seperti ini ruwetnya jika memiliki anak kembar."Alice, kau sudah sering meninggalkanku makan siang sendiri belakangan ini. Hari ini kau harus menemaniku." Dazzlene memelas dan bergelayut manja di lengan Alicia.Setelah tawar-menawar dengan Dazzlene selama setengah jam, akhirnya Alicia terbebas darinya, dengan syarat Alicia harus menemaninya makan malam di rumah makan Korea milik sahabatnya.Alicia setengah berlari ketika keluar dari lift menuju ruangan Jade. Ia mengetuk berkali-kali namun tidak ada jawaban. Akhirnya ia memberanikan diri masuk setelah Jade juga tak kunjung mengangkat teleponnya.Sepi.Namun tiba-tiba Alicia mende
Dengan setengah berlari ia menyusuri lorong dan membuka pintu, masuk tanpa mengetuk lagi. Emily, sekretaris Jade yang melihat Alicia menerobos masuk sengaja membiarkannya. Karena ia memang sudah hafal Alicia yang sering keluar masuk ruangan Jade hampir setiap hari. Tenang saja, Emily tak pernah kepo, ia sekretaris setia Jade yang juga mendukung hubungan Jade dan Alicia dalam diam. Karena selama bekerja bersama Jade, Emily yang masih seusia Alicia tak pernah melihat Jade seceria ini sebelumnya akibat jatuh cinta.Alicia mengetuk dan memanggil Jade dari luar pintu kamarnya, namun tak mendapat jawaban. Ia memberanikan diri membuka pintu secara perlahan. Lampu kamar temaram menampakkan siluet seorang pria yang sedang tertidur.Ia berjalan sedikit mengendap agar tidak menimbulkan suara berisik dan duduk disisi ranjang, namun tatapannya berhenti pada sebuah botol kecil di atas nakas. Ia meraih botol itu dan membaca isinya, rasa penasarannya bertambah mengingat bahwa ia jelas-jelas melihat
"Alice, Harry memiliki menu Dakbal dengan pedas ekstrem. Aku sudah memintanya untuk menyiapkan satu porsi jumbo untuk kita. "Ujar Dazzlene yang sedang menyetir."Hemm..." Alicia berdeham pelan sambil memainkan rambutnya dengan memelintirnya menggunakan jari telunjuk. Ia masih terbayang kejadian siang tadi tentang perkataan Jade, berusaha mengartikannya dengan logis.Suasana Downtown malam begitu ramai. Namun tidak sulit bagi mereka untuk menemukan tempat parkir, karena Harry telah mengosongkan satu tempat khusus untuk Dazzlene bisa memarkirkan mobilnya.Alicia mengikuti langkah Dazzlene dari belakang. Tak jauh di depan sana tampak seorang pria berdiri nan gagah dengan senyum yang menawan.Dazzlene memberikan pelukan hangat kepada Harry, pemilik restoran sekaligus sahabat Dazzlene yang memiliki kulit putih susu dan bertubuh jangkung. Ia mengenakan setelan jas berwarna navy dan kemeja light blue. Perpaduan warna yang membuat ia terlihat maskulin."Harry, kau rapi sekali hari ini, kau ti
Matahari kian naik dengan panas teriknya. Angin yang sesekali menerpa tubuh lemah Alicia menemaninya yang sedang duduk menangis tergugu. Tak banyak kata yang terucap sedari awal ia menginjakkan kaki di hadapan makam Anna selain ucapan maaf dan rindu.Dua jam berlalu begitu saja dalam keheningan saat Alicia tak dapat lagi mengutarakan isi hatinya, karena yamg tersisa hanyalah penyesalan. Tak seharusnya ia menunggu dan menunggu kelembutan hati Jade untuk dapat membebaskan Anna. Seharusnya ia lebih memaksa, seharusnya ia lebih histeris meneriaki Jade untuk melepaskan Anna dari hukuman itu, seharusnya ia lebih berani dan agresif dalam meminta Jade melepaskan Anna bagaimanapun caranya! Namun... semua sudah terlambat...Beberapa saat berlalu, Alicia pun menyerah kepada Jordan yang bersikeras mengajaknya pergi untuk mengisi perut. Jordan mengatakan ia telah menulis karangan bebas sedari pagi dalam membalas pesan Tuannya yang memastikan bahwa Alicia sudah makan tepat waktu. Baiklah, Alicia t
"Nyonya... Nyonya... Nyonya... kau baik-baik saja?" tanya Jordan dengan nada khawatir. Ia mendapatkan Nyonyanya terduduk diam seperti seorang ketakutan sambil memejamkan mata.Alicia yang berjingkat kaget segera membuka mata dan kembali menyeka keringat yang membasahi kening dengan ujung blazernya. Dengan langkah kaki perlahan ia mengikuti langkah kaki Jordan. Ia meremas sisi blazernya ketika suara histeris yang sesekali menggelegar semakin terdengar jelas, begitu pilu dan menyayat hati. Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan pasien-pasien itu.Alicia kini menuruni sebuah tangga yang tampak remang dari pencahayaan lampu usang yang sudah lama. Tembok yang cukup tebal meredupkan suara-suara bising dari lantai atas, yang akan kau dengarkan di tempat ini hanyalah suara derap langkah dan nafasmu."Nyonya, maaf, aku lupa membawakan senter, apakah kau mau mengikutku naik atau...""Aku akan tunggu di sini!" Sela Alicia dengan mengabaikan Jordan dan meraih handle pintu. Jordan segera berlari
"Morning, Baby..." ucap Jade saat menuruni tangga dengan pakaian tidurnya. Ia memeluk Alicia erat serta mengecup puncak kepala istrinya. Ia mengeryitkan dahi sesaat melihat Alicia yang sudah rapi dengan nuansa hitam tampak elegant serta wangi."Sepertinya kau sangat antusias berpergian hari ini, where are you going by the way?" tanya Jade sambil menyesap sisa lemon hangat yang baru saja diletakkan Alicia di atas meja. Jade kembali meraih punggung Alicia dan melingkarkan lengan kekarnya di dada Alicia dan memeluknya erat, ia semakin candu dengan wangi tubuh sang istri. "Ahh... been a while..." Gumam Jade dalam hati. Ia menyandarkan wajahnya pada sisi kepala Alicia dan mengecupnya. "Kau tidak ingin menjawabku, hemm? Kau sudah sarapan? Kau tidak boleh berangkat dengan perut kosong, duduklah aku akan menyiapkan buah potong untukmu." "Tidak perlu, aku akan sarapan di luar." Jawab Alicia cepat seraya memutar tubuhnya menghadap Jade. Sial! Ia merutuk dirinya yang seketika menjadi canggung
Alicia menghela napas kasar usai mendengar konfirmasi yang diceritakan sekilas oleh Jordan. Pendar cahaya jalanan tampak buram dalam tatapannya saat ia melemparkan pandangan ke luar jendela kaca mobil. Ia menyeka sudut matanya dengan jemari tak kuasa menahan haru.Jordan mengatakan bahwa Anna telah dikubur dengan layak disuatu tempat. Jordan bahkan memperlihatkan beberapa foto Anna sebelum penutupan peti dan ya... selain wajah pucat karena kekurangan darah, Anna tetap cantik pada pandangan Alicia.Sesaat kemudian, tangis Alicia pecah ketika Jordan kembali melajukan mobil setelah lampu lalu lintas menjadi hijau. Ia melihat sebuah video yang memperlihatkan Anna tewas terkulai di ranjang dengan beberapa sayatan di pergelangan tangannya. Ia terhenyak oleh apa yang ia saksikan pada video yang baru saja diputar.CittttttSuara ban mobil berdecit seketika saat Jordan mendengar suara Nyonyanya yang sedang terisak. Jordan segera menghentikan laju mobil pada pinggir trotoar. "Maaf Nyonya, sehar
Grandma yang bersikeras meminta Alicia dan Jade pulang akhirnya tiba di Penthouse. Keduanya terlihat lelah dengan raut wajah yang tak dapat dibaca. Bersama keheningan malam mereka menapaki tangga menuju kamar... masing-masing."Jangan pernah melakukan hal kekanak-kanakkan seperti ini lagi! Tidak semua hal dapat kau ceritakan kepada orang tua tanpa mempertimbangkan akibatnya!" Ucap Jade menghentikan langkah Alicia.Alicia mendengus tawa dan berbalik menatap Jade. "Kekanak-kanakkan? Lalu bagaimana denganmu? Bukankah semua ini tidak terjadi jika kau tidak memelihara dendam gilamu itu? Kau pikir dengan mengurung Anna di rumah sakit jiwa dalam kamar gelap adalah perbuatan dewasa? Sepertinya kau sangat puas sekarang, karena dendammu sudah terbalaskan oleh kematiannya!"Rahang tegas itu mengetat dan lengan kekar itu tampak mengepal kuat dalam kegelapan. Jade mencekal kepergian Alicia dengan menarik tangannya."Ikut aku!" Alicia berjalan dan setengah berlari mengikuti langkah lebar Jade menu
Jade meremas kertas yang mendatangkan malapetaka untuknya dengan penuh amarah dan melemparkannya ke tong sampah. Ia berjalan menuju ruangan gym dan melayangkan tinjunya berulang kali pada punchbag, berniat mengalihkan pikiran kacaunya. Peluh yang membasahi sekujur tubuhnya tak cukup untuk menenangkannya. Berbagai olahraga berat satu persatu ia lakukan, tak kunjung meredakan pikiran yang begitu berkecamuk.Pukul dua dini hari, Alicia masih terjaga dalam kesedihan mendalam, menyendiri dalam keheningan di kamar. Bagaimana sekarang? Ia berpikir keras atas langkah yang harus ia ambil saat ini.Tidak! Mommy selalu berpesan padanya untuk tidak mengambil keputusan apapun disaat emosi menguasai diri, karena keputusan itu selalu cenderung salah! Dengan susah payah ia memaksakan diri untuk dapat terlelap.Malam yang berat baru saja berlalu, Alicia mengusap mata sembabnya. Akhirnya, kegelapan malam telah undur dari langit kota New York berganti sinar mentari cerah dan indah, tapi tidak dengan ha
Tangis Alicia pecah ketika mendengar penuturan Jade, bahwa... Mommy baru saja menghembuskan napas terakhirnya dua jam yang lalu. Marah? Tentu saja! Namun, tubuhnya tak cukup kuat lagi untuk mengamuk kepada Jade, bahkan sisa tenaga akibat shock tak cukup kuat untuk menopang tubuhnya saat ini.Kini ia duduk di samping tubuh Mommy yang terbujur kaku di ruangan yang dingin, sedingin jemari Mommy yang ia pegang erat saat ini. Sesekali ia mengguncang-guncang tubuh Mommy dan berteriak memanggil Mommy. Pemandangan yang sangat menyayat hati siapapun yang melihatnya."Mommy, jangan tinggalkan aku seperti ini! Aku tidak memiliki siapapun selain Mommy! Bangunlah... bangunlah, aku mohon bangunlah...!" Alicia kembali mengguncang tubuh Mommy dengan derai air mata yang membanjiri pipinya, mengabaikan Jade yang sedari tadi berupaya menenangkannya.Ia hanyut dalam tangis tergugu dan sesekali meracau dalam sisa kesadarannya, hingga semuanya terasa... gelap dan terdengar suara seorang pria yang meneriakk
Gemerlap dan semarak kota New York empat hari ini menyisakan sebuah ruang keheningan disuatu tempat. Dimana tak sedikitpun sukacita dan kenikmatan dapat menyentuhnya. Alicia menatap nanar pemandangan di hadapannya.Sudah empat hari Mommy dirujuk ke rumah sakit New York atas perintah Jade dan ditangani oleh tim medis terbaik, sesuai referensi yang diberikan oleh dokter Liam. Kondisi Mommy yang kian menurun membuat Alicia sangat khawatir. Pikiran buruk berkecamuk di dalam benaknya. Mommy yang hanya bangun sesekali dalam sehari dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur karena pengaruh obat dengan dosis tinggi, selalu menutup percakapan pelan dan lemahnya dengan meminta agar Alicia membawa Anna datang menemuinya.Dan dengan alasan yang sama pula Alicia menjawab Mommy, bahwa Anna sedang memiliki urusan yang tidak bisa ditinggalkan saat ini. Alicia telah berupaya untuk memohon kepada Jade, namun Jade tetap kepada pendiriannya dengan mengeraskan hati untuk tidak membiarkan Anna menemu
Jade membekap mulut Alicia dengan tangannya dari belakang dan merengkuhnya erat."Tunjukkan padaku, jurus apa yang akan kau lakukan bila berada dalam situasi ini, huh?" Alicia bergumam kesal di dalam hatinya. Jade benar-benar membuatnya kesal bermain-main dalam kegelapan seperti ini. Baiklah, sepertinya Alicia harus memberinya sedikit pelajaran.Alicia membuka mulutnya dan menggigit jemari Jade dengan sekuat tenaga, ia menyikut perut Jade dan melepaskan diri dengan gerakan cepat kala pria itu meringis kesakitan oleh gigitannya, kemudian melompati meja di hadapannya dan kini posisi mereka saling berseberangan."Stop!" seru Alicia saat Jade hendak melompati meja dan mendekatinya. Namun seruannya diabaikan Jade yang sekarang menindihnya di atas sofa dan mengunci pergerakannya."Aku akan membantu Mommy untuk menghukum kenakalan masa lalumu, agar kau tidak akan pernah berani melakukannya lagi sama sekali pada masa ini.""Itu hanya masa lalu, aku berjanji tidak akan pernah melakukannya lag