Grandma yang bersikeras meminta Alicia dan Jade pulang akhirnya tiba di Penthouse. Keduanya terlihat lelah dengan raut wajah yang tak dapat dibaca. Bersama keheningan malam mereka menapaki tangga menuju kamar... masing-masing."Jangan pernah melakukan hal kekanak-kanakkan seperti ini lagi! Tidak semua hal dapat kau ceritakan kepada orang tua tanpa mempertimbangkan akibatnya!" Ucap Jade menghentikan langkah Alicia.Alicia mendengus tawa dan berbalik menatap Jade. "Kekanak-kanakkan? Lalu bagaimana denganmu? Bukankah semua ini tidak terjadi jika kau tidak memelihara dendam gilamu itu? Kau pikir dengan mengurung Anna di rumah sakit jiwa dalam kamar gelap adalah perbuatan dewasa? Sepertinya kau sangat puas sekarang, karena dendammu sudah terbalaskan oleh kematiannya!"Rahang tegas itu mengetat dan lengan kekar itu tampak mengepal kuat dalam kegelapan. Jade mencekal kepergian Alicia dengan menarik tangannya."Ikut aku!" Alicia berjalan dan setengah berlari mengikuti langkah lebar Jade menu
Alicia menghela napas kasar usai mendengar konfirmasi yang diceritakan sekilas oleh Jordan. Pendar cahaya jalanan tampak buram dalam tatapannya saat ia melemparkan pandangan ke luar jendela kaca mobil. Ia menyeka sudut matanya dengan jemari tak kuasa menahan haru.Jordan mengatakan bahwa Anna telah dikubur dengan layak disuatu tempat. Jordan bahkan memperlihatkan beberapa foto Anna sebelum penutupan peti dan ya... selain wajah pucat karena kekurangan darah, Anna tetap cantik pada pandangan Alicia.Sesaat kemudian, tangis Alicia pecah ketika Jordan kembali melajukan mobil setelah lampu lalu lintas menjadi hijau. Ia melihat sebuah video yang memperlihatkan Anna tewas terkulai di ranjang dengan beberapa sayatan di pergelangan tangannya. Ia terhenyak oleh apa yang ia saksikan pada video yang baru saja diputar.CittttttSuara ban mobil berdecit seketika saat Jordan mendengar suara Nyonyanya yang sedang terisak. Jordan segera menghentikan laju mobil pada pinggir trotoar. "Maaf Nyonya, sehar
"Morning, Baby..." ucap Jade saat menuruni tangga dengan pakaian tidurnya. Ia memeluk Alicia erat serta mengecup puncak kepala istrinya. Ia mengeryitkan dahi sesaat melihat Alicia yang sudah rapi dengan nuansa hitam tampak elegant serta wangi."Sepertinya kau sangat antusias berpergian hari ini, where are you going by the way?" tanya Jade sambil menyesap sisa lemon hangat yang baru saja diletakkan Alicia di atas meja. Jade kembali meraih punggung Alicia dan melingkarkan lengan kekarnya di dada Alicia dan memeluknya erat, ia semakin candu dengan wangi tubuh sang istri. "Ahh... been a while..." Gumam Jade dalam hati. Ia menyandarkan wajahnya pada sisi kepala Alicia dan mengecupnya. "Kau tidak ingin menjawabku, hemm? Kau sudah sarapan? Kau tidak boleh berangkat dengan perut kosong, duduklah aku akan menyiapkan buah potong untukmu." "Tidak perlu, aku akan sarapan di luar." Jawab Alicia cepat seraya memutar tubuhnya menghadap Jade. Sial! Ia merutuk dirinya yang seketika menjadi canggung
Matahari cerah pagi ini menemani langkah seorang wanita menuju sebuah perusahaan manufakturing kenamaan dan terbesar yang bergerak dibidang baja pusat kota New York, Williams Steel.Ia nampak antusias dalam mempersiapkan dirinya hari ini. Dimulai dari bangun subuh dan merias diri agar terlihat rapi, dan pastinya ia tidak ingin tertinggal oleh jadwal bus yang akan membawanya ke kantor tersebut.Alicia membuka lemari dan mengerjap sejenak melihat makanan instan yang bertebaran di hadapannya. Tidak ada pilihan lain. Ia menjadikan itu sebagai menu sarapannya pagi ini. Ya, kira-kira seperti itulah jika kau merantau seorang diri jauh dari keluarga.Senyum keceriaan begitu melekat dibibirnya. Bagaimana tidak! Setelah berbulan-bulan melamar pekerjaan di sana sini dan menanti panggilan interview. Dan selama penantian tak pasti itu pula menjadikan dia sedikit freak.Ya, setiap kali teleponnya berdering yang ia harapkan adalah panggilan interview dari salah satu perusahaan yang telah ia lamar.D
--------------Tok tok tok"Masuklah. Dengan Nona Alicia Carter?""Iya Mrs. ...?""Kau bisa memanggilku Meghan, mari ikut denganku, aku akan menunjukkan letak meja kerjamu dan menjabarkan sedikit tentang pekerjaanmu."Alicia menyusuri lorong menuju lift mengikuti Meghan, semakin diperhatikan kantor ini terbilang cukup megah dalam balutan minimalis dan pastinya nyaman. Mungkin pemiliknya tidak menyukai motif rumit atau bercorak. Terbukti dari interiornya yang sederhana. Hanya bermotif kayu dan beberapa kaca menjulang tinggi menghiasi tembok sepanjang lorong.Ting"Kau tunggu di sini sebentar Nona Carter, aku akan memberikan dokumen kepada Mr. Williams, aku segera kembali.""Baiklah Meghan, dan kau panggil saja aku Alicia.""Okay Alicia." Ucap Meghan sambil berlalu dari hadapan Alicia menuju sebuah ruangan yang tertutup oleh pintu kayu yang lebar dan tinggi.Sekilas saat Meghan membuka pintu kayu itu, Alicia melihat samar sesosok pria paruh baya berpenampilan rapi dengan senyum menawan
3 bulan kemudian...Cahaya matahari pagi bersinar terang memantulkan kilaunya ke jendela kamar seolah mengetuk untuk membangunkan sang penghuni yang masih terlelap. Alicia mulai mengerjapkan mata dan melompat kaget melihat jarum jam menunjukkan pukul 08.10 menit. "I'm late!" teriaknya ketika melompat turun dari ranjang single bednya. Gosh, look at the time! Bagaimana bisa aku tidur seperti kerbau?Alicia memberhentikan Taxi yang ditumpanginya di Coffee Shop yang terletak tidak jauh dari kantornya untuk menjemput sesuatu. Ya, menjemput sesuatu bukan seseorang."Hai Amber, pesananku!" ujar Alicia tergesa-gesa kepada salah satu waitress di sana."Hei, ada apa denganmu? Kau habis dikejar Blacky? Atau dikejar pria tampan?" tanya Amber seraya meraih satu cup lemon hangat dengan taburan daun mint di atasnya."Aku tidak akan lari jika dikejar keduanya, lari dari Blacky maka aku digigit, lari dari pria tampan maka aku rugi." Jawab Alicia asal sambil menyesap lemon hangat favoritnya.Coffee Sh
Dengan tangan yang agak gemetar Alicia mengetuk pintu itu dan terdengar suara dari dalam, "Masuk.""Duduklah.""Terima kasih." Alicia hanya menunduk dan meremas jemarinya berusaha setenang mungkin mengontrol dirinya atas keputusan yang akan segera ia dengar.Namun tiba-tiba ia merasakan langkah kaki Jade semakin mendekat duduk tepat di samping kanannya. Ia terperanjat saat Jade menggerakkan tangannya menyentuh lututnya dan mengoleskan sesuatu sejenis cream di lutut memarnya. Alicia sontak berdiri dan mundur selangkah."Jangan takut. I won't hurt you. Aku hanya ingin mengoleskan obat ini di lutut memarmu." Ujar Jade yang juga terkejut melihat pergerakan Alicia."Aa...kuu... bisa melakukannya sendiri, Mr. Williams." Alicia kembali duduk dan ia memilih untuk duduk di ujung sofa.Jade tersenyum, kekakuan Alicia menjadi pemandangan lucu di matanya. "Ada keperluan apa Mr. Williams mencariku?" Tanya Alicia dengan gugup, ia merasakan detak jantung yang semakin tak beraturan disaat ia mulai b
To: Amber (Coffee Shop)Amber, jangan siapkan aku lemon hangat pagi ini, karena aku ada urusan kantor. Thanks. Alicia melanjutkan dirinya bersiap-siap setelah mengirim pesan kepada Amber. Pagi ini ia akan berangkat sedikit lebih awal karena harus menemani Dazzlene bertemu dengan Supplier untuk pengecekan barang dan sebelumnya ia harus mampir ke kantor untuk absen terlebih dahulu.Alicia bersyukur teman-teman di tim Purchasing adalah orang-orang yang menyenangkan. Terutama Meghan dan Dazzlene yang terbilang cukup dekat dengannya semenjak ia berada di sana.Meghan yang tampaknya dingin dan jarang bicara nyatanya adalah seseorang yang keibuan dan perhatian kepada bawahannya. Mungkin perilaku itu didominasi oleh posisinya sebagai Manager Purchasing untuk selalu menjaga wibawa dan attitude. However, dia tetap menjadi Manager favorit bawahannya. Dan Dazzlene, seseorang yang easy going, memiliki banyak kesamaan hobi dengannya. Terkadang begitu cerewet namun memiliki hati yang tulus dalam p