Share

Part 3

Penulis: TheVividRed
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

3 bulan kemudian...

Cahaya matahari pagi bersinar terang memantulkan kilaunya ke jendela kamar seolah mengetuk untuk membangunkan sang penghuni yang masih terlelap. Alicia mulai mengerjapkan mata dan melompat kaget melihat jarum jam menunjukkan pukul 08.10 menit. "I'm late!" teriaknya ketika melompat turun dari ranjang single bednya.

Gosh, look at the time! Bagaimana bisa aku tidur seperti kerbau?

Alicia memberhentikan Taxi yang ditumpanginya di Coffee Shop yang terletak tidak jauh dari kantornya untuk menjemput sesuatu. Ya, menjemput sesuatu bukan seseorang.

"Hai Amber, pesananku!" ujar Alicia tergesa-gesa kepada salah satu waitress di sana.

"Hei, ada apa denganmu? Kau habis dikejar Blacky? Atau dikejar pria tampan?" tanya Amber seraya meraih satu cup lemon hangat dengan taburan daun mint di atasnya.

"Aku tidak akan lari jika dikejar keduanya, lari dari Blacky maka aku digigit, lari dari pria tampan maka aku rugi." Jawab Alicia asal sambil menyesap lemon hangat favoritnya.

Coffee Shop ini sudah menjadi langganan Alicia semenjak bekerja di Williams Steel dan Amber adalah waitress yang selalu melayani dan menyiapkan satu cup lemon hangat setiap pagi untuk Alicia, walaupun sebenarnya Coffee Shop ini hanya menyediakan lemon tea untuk kategori minuman dari lemon, ini adalah pengecualian bagi Alicia dan Amber menyanggupi permintaannya untuk selalu menyiapkan satu cup lemon hangat untuknya disetiap hari kerja.

"Sudahlah, aku terlambat. Ini uangnya, thanks Amber, bye!"

Alicia bergegas sambil sesekali berlari kecil menuju kantor. Ini adalah kali pertama ia ditunjuk Meghan untuk menemaninya menghadiri meeting, karena asisten Meghan sedang izin untuk kedokter kandungan.

Dan persiapan bahan-bahan meeting inilah yang membuatnya tidur hingga larut semalam, karena ia tidak ingin memberi kesan buruk dengan data-data yang salah dalam meeting penting ini.

Ya, penting! Karena Meghan berkata bahwa Mr. Williams akan hadir, jika Boss besar sudah hadir maka itu adalah sesuatu yang penting, karena selama ini kebanyakan meeting antar divisi hanya diwakili Mr. Steve sebagai tangan kanan Mr. Williams, itulah yang Alicia dengar.

Maklum saja, bahkan sampai detik ini Alicia belum pernah berhadapan langsung dengan Mr. Williams dan Mr. Steve, duo pria yang memiliki kuasa hampir sama atas perusahaan raksasa ini. Karena memang job desc. Alicia tidak memerlukan dirinya untuk berhadapan dengan Big Boss. Yang ia tahu, hasil kerjanya selalu berakhir di meja Meghan, that's it!

Ia memerlukan tenagaku dan aku memerlukan bayarannya!

Itulah yang tertancap dalam pemikiran Alicia. Mungkin terdengar sarkastik, namun untuk saat ini hanya sejauh itulah yang dapat ia pikirkan. Mommy terlebih penting atas semuanya!

"Alice, wait for me!" Terdengar suara teriakan seorang wanita.

"Hai Dazzlene! Arùnsawat ká."

"Bahasa Thai-mu tidak buruk." Ucap Dazzlene sambil bercermin di tembok lift. Ia terlihat begitu senang mengetahui bahwa Alicia juga memiliki keturunan Thai-Korea seperti dirinya.

"Aku tidak fasih, hanya bisa beberapa kata saja, saat aku kecil, aku sering mendengar ucapan selamat pagi dari nenekku."

"Apa hanya kata itu pula yang nenekmu bisa?" ujar Dazzlene menatapnya usai bercermin.

"Kau bisa mencobanya, mau membuat janji temu dengan nenekku?" Alicia menyeringai ke arah Dazzlene.

"Tentuuu ... Aku mau ... Aku mau ..." Dazzlene bergelayut manja dengan menggoyang-goyangkan lengan Alicia.

"I always feel homey walaupun tinggal di negara asing bila bertemu sesama orang Thai. Jadi di mana aku bisa bertemu nenekmu?" tanya Dazzlene dengan antusias.

"Di kuburan!" sahut Alicia dengan tertawa. "And don't forget to feel homey!"

Ting

Pintu lift terbuka dan Alicia mengambil langkah seribu meninggalkan Dazzlene yang mulutnya masih melongo lebar dengan mata membulat hendak mendaratkan sebuah sentilan membalas Alicia.

"What the hell! Tunggu .... tunggu aku, Alice! Kau mengerjaiku, huh?"

Alicia tidak berhenti tertawa dan terus berjalan cepat sambil sesekali berlari menjauhi Dazzlene yang sedang mengejarnya. Ia membuka tas dan merogoh ponselnya yang berbunyi dan tiba-tiba...

Bruuukk

Ia jatuh terjerembab dengan isi tas yang berhamburan keluar dan...

"OH MY LEMON!!!" serunya dengan meringis menatap minuman favoritnya tumpah begitu saja.

Dazzlene terkesiap dan segera mengumpulkan isi tas Alicia yang berhamburan di lantai. "Kau sedang menyembah lemon? Kau kualat!" Bisik Dazzlene menahan tawanya.

"Are you okay?" terdengar suara bariton seorang pria. Ia mengulurkan tangan bermaksud menolong Alicia berdiri, namun uluran tangan itu tak dihiraukannya.

Masih dalam posisi yang mulai duduk dan berusaha bangun Alicia menatapnya datar. "Kau pikir aku menjatuhkan tubuhku dengan sukarela seperti seorang stuntman, huh?" Alicia berusaha bangkit berdiri dengan sedikit sempoyongan karena lututnya yang terasa nyeri dan heels yang agak sulit diseimbangkan, "Of Course I'm not okay!" gerutunya yang kini memandang tepat wajah pria itu.

Damn!

Alicia merasakan hangat di wajahnya, ia menatap sekilas sorot mata abu-abu nan teduh dan senyum menawan itu, lalu segera berpaling dan berlalu begitu saja menghampiri Dazzlene dengan sedikit tertatih dan yang sedari tadi tak bergerak memeluk erat tas Alicia dengan posisi kedua tangan membekap mulut menganganya.

Baiklah! Wajahnya terlalu tampan untuk kucaci maki! Dia harus berterima kasih kepada hati nuraniku!

"Alicia Carterrrr... Kau mendengarku?" teriak Dazzlene yang ternyata sedari tadi memanggil, ketika Alicia sedang asyik bermonolog sendiri. "You're in trouble!"

"Yeah! I know, lutut kananku sakit dan ponselku retak, lemon hangatku tumpah, Arrgghhh...! Pagi yang kacau!" Alicia membanting tubuhnya ke kursi dan menjambak rambutnya kesal.

"Bahkan lebih kacau dari itu, Nona! Kau tahu siapa yang telah kau tabrak dan gertak tadi?" Dazzlene melipat kedua tangannya di dada dan menatap iba Alicia.

"Hei, dia yang menabrakku, dia tiba-tiba muncul dari belokan sambil berteleponan dan berjalan seperti Terminator mengejar musuh, aku sudah sempat menjauhinya tapi dia berjalan kearahku dengan tergesa-gesa sambil melihat ke lantai dan tabrakan itu tiba-tiba saja terjadi, jadi dialah-"

"Alicia! Itu Mr. Jade Wayden Williams, your Boss, our Boss!" ujar Dazzlene datar, memotong pembicaraan Alicia. Ia tahu temannya saat ini dalam masalah serius atas kejadian barusan.

Alicia membelalakkan matanya dan menyambar kedua lengan Dazzlene dan mengguncang-guncangnya. "What did you say? Boss? Ma...ksudd..muu itu tadi Mr. Williams yang sering Meghan antarkan dokumen untuk ditanda-" Alicia tergagap tak percaya.

"Yes, exactly!" Dazzlene memotong pertanyaan Alicia lagi dan mengangguk pelan.

"Morning ladies. Alicia aku menghubungimu tadi. Ada apa hari ini? Kau biasanya selalu datang lebih awal." Kemunculan Meghan membuyarkan lamunan Alicia setelah mendengar penjelasan Dazzlene.

Ternyata selama ini ia salah mengira, orang tua yang dilihatnya pada hari pertama bekerja itu adalah bukanlah Mr. Williams, melainkan Mr. Steve, Paman dari Jade Wayden Williams. Siapa yang menyangka, perusahaan sebesar ini dikendalikan oleh seorang pria muda, biasanya jabatan tinggi apalagi Boss di perusahaan-perusahaan berisi para pria tua, right?

🍋🍋🍋🍋

Alicia duduk bersebelahan dengan Meghan. Ia menyalakan laptop membuka file-file yang telah ia update. Pantulan sinar yang menembus kaca jendela di ruang kotak ini rasanya tidak cukup untuk menghangatkan tangan Alicia yang sudah dingin seperti es. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan bila berhadapan kembali dengan Bossnya karena kejadian tadi.

"Ingat Alice, catat semua poin penting dalam meeting ini dan salin rapi kepadaku dalam hardcopy dan softcopy." ujar Meghan membuyarkan pikiran buruk yang berlalu-lalang dalam kepala Alicia.

"Kau gugup, Alice?"

"Sedikit."

"Santai saja. Kau akan terbiasa dengan hal seperti ini." Ujar Meghan menenangkan Alicia.

Suara derap langkah kaki nan gagah memecah keheningan ruang meeting. Membuat irama jantung Alicia semakin tak beraturan, keringat dingin, wajah pucat dan jemari dingin seperti es, ahh! Lengkap sudah rasanya. Alicia terus menunduk dan berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik layar laptop, karena ia sudah bisa menebak siapa yang datang.

Belum berakhir rasa was-wasnya, pria itu mengambil tempat duduknya tepat di depan Alicia dan membuat Alicia terbelalak kaget. Ia segera menarik nafas dalam dan memejamkan matanya sesaat, berusaha menenangkan diri.

"Tamatlah riwayatku! Seseorang tolong jelaskan padaku bagaimana aku harus bersikap, please!

Andai laptop ini dapat menyedotku masuk seperti film Jumanji, kurasa akan lebih baik. Dan mata itu, oh please! Mata itu terus saja menatapku sedari tadi, mungkin ini hari terakhirku bekerja di sini!" Alicia terus bermonolog tak karuan di dalam hatinya.

Alicia berjalan gontai keluar dari toilet menuju meja kerjanya. Meeting itu telah berakhir beberapa saat yang lalu, 30 menit di dalam ruangan itu dengan tatapan horor Jade terasa seperti berpuluh-puluh jam. Dan Alicia harus terus memaksakan dirinya untuk fokus mencatat poin-poin pembahasan manusia-manusia di ruangan itu.

Ini sungguh melelahkan...

🍋🍋🍋🍋

Jade berkutat pada sebuah map yang dipegangnya, membaca dengan teliti dan seksama isi tulisan di dalamnya.

"Apa benar dia Alicia Carter yang kau maksud, Bryan?" tanya Jade sementara tangannya sesekali membalik kertas-kertas yang berisi informasi tentang Alicia Carter.

"Benar, Tuan. Dia orang yang telah menolong Nyonya Andrea waktu itu.

"Baiklah. Kau boleh pergi."

"Permisi Tuan."

"I think she is special," batin Jade.

Jade menyunggingkan senyumnya mengingat wajah gelisah Alicia di ruang meeting, sungguh sangat menarik perhatiannya. Baru saja ia melihat Alicia yang keras kepala, namun dalam sekejap ia nampak seperti orang yang sangat gugup.

Wanita dengan wajah polos dan berhati malaikat, menurut Jade. Ya, Alicia tidak menyadari bahwa nenek tua yang ditolongnya beberapa waktu lalu disebuah pusat perbelanjaan adalah Grandma, nenek dari Jade.

Jade Wayden Williams tidak pernah ingin berhutang dengan siapapun! Ia menitahkan anak buahnya untuk mencari tahu orang yang telah menolong Grandma.

Bukan sebuah kebetulan, orang yang menolong Grandma adalah orang yang sama, yang sedang melamar pekerjaan di perusahaannya waktu itu. Mengetahui hal itu, menjadi peluang bagi Jade untuk mempekerjakannya sebagai ucapan terima kasih.

Awalnya Jade tidak tahu menahu apalagi mengenal orang yang telah menyelamatkan Grandma kala itu hingga Bryan memberitahukan kepadanya bahwa wanita yang baru saja ditabraknya adalah orang yang telah menolong Grandma.

🍋🍋🍋🍋

Alicia duduk melipat tangannya di meja dan menidurkan kepalanya.

"Alice... Alice..." suara Dazzlene memburu telinga Alicia. Ia berlari tergesa-gesa dari arah mesin fotocopy yang terletak dua meter dari meja kerja mereka.

"Not now, Dazzlene, aku sedang lelah dan tidak ada tenaga untuk mengerjaimu." Jawab Alicia masih dalam posisi menunduk.

Namun ucapan Dazzlene berhasil membuat Alicia mendongakkan kepalanya secepat kilat.

"Sekarang?" tanya Alicia tidak percaya.

Dazzlene memutar bola matanya, kesal dengan tampang Alicia yang seperti orang linglung saat ini. "Tahun depan! Of course now young lady! Bergegaslah."

"Ahh! Aku tidak pernah berpikir akan dipecat secepat ini. Ini gila! Mommy... Bagaimana dengan biaya pengobatan Mommy? Aku baru saja bisa bernafas lega sedikit, tapi kenapa harus berakhir secepat ini, hanya karena kejadian tubruk-menubruk. So silly!" batin Alicia dengan perasaan sedih, khawatir dan kecewa menjadi satu.

Alicia terus bermonolog dengan pikiran kacaunya, hingga langkah kakinya terhenti di sebuah pintu kayu yang lebar. Ia menggenggam erat handle pintu dengan kedua tangannya. Ini kedua kalinya Alicia berada di depan ruangan Mr. Williams.

Dazzlene berkata bahwa telepon di meja kerja Alicia berbunyi pada saat ia sedang ke toilet dan Dazzlene terkejut saat mengetahui bahwa suara dibalik telepon itu adalah Jade yang menitahkan agar Alicia datang menemuinya di ruang kerjanya.

Seseorang tolong beritahu pada Alicia, alasan paling menyayat hati seperti apa yang dapat membuat ia berbaik hati agar tidak memecatnya?

🍋🍋🍋🍋

Tbc

Bab terkait

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 4

    Dengan tangan yang agak gemetar Alicia mengetuk pintu itu dan terdengar suara dari dalam, "Masuk.""Duduklah.""Terima kasih." Alicia hanya menunduk dan meremas jemarinya berusaha setenang mungkin mengontrol dirinya atas keputusan yang akan segera ia dengar.Namun tiba-tiba ia merasakan langkah kaki Jade semakin mendekat duduk tepat di samping kanannya. Ia terperanjat saat Jade menggerakkan tangannya menyentuh lututnya dan mengoleskan sesuatu sejenis cream di lutut memarnya. Alicia sontak berdiri dan mundur selangkah."Jangan takut. I won't hurt you. Aku hanya ingin mengoleskan obat ini di lutut memarmu." Ujar Jade yang juga terkejut melihat pergerakan Alicia."Aa...kuu... bisa melakukannya sendiri, Mr. Williams." Alicia kembali duduk dan ia memilih untuk duduk di ujung sofa.Jade tersenyum, kekakuan Alicia menjadi pemandangan lucu di matanya. "Ada keperluan apa Mr. Williams mencariku?" Tanya Alicia dengan gugup, ia merasakan detak jantung yang semakin tak beraturan disaat ia mulai b

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 5

    To: Amber (Coffee Shop)Amber, jangan siapkan aku lemon hangat pagi ini, karena aku ada urusan kantor. Thanks. Alicia melanjutkan dirinya bersiap-siap setelah mengirim pesan kepada Amber. Pagi ini ia akan berangkat sedikit lebih awal karena harus menemani Dazzlene bertemu dengan Supplier untuk pengecekan barang dan sebelumnya ia harus mampir ke kantor untuk absen terlebih dahulu.Alicia bersyukur teman-teman di tim Purchasing adalah orang-orang yang menyenangkan. Terutama Meghan dan Dazzlene yang terbilang cukup dekat dengannya semenjak ia berada di sana.Meghan yang tampaknya dingin dan jarang bicara nyatanya adalah seseorang yang keibuan dan perhatian kepada bawahannya. Mungkin perilaku itu didominasi oleh posisinya sebagai Manager Purchasing untuk selalu menjaga wibawa dan attitude. However, dia tetap menjadi Manager favorit bawahannya. Dan Dazzlene, seseorang yang easy going, memiliki banyak kesamaan hobi dengannya. Terkadang begitu cerewet namun memiliki hati yang tulus dalam p

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 6

    Alicia bergeming memikirkan nasibnya menjadi karyawan dari Boss yang diktator, hobi menguntit, kepo dan otoriter.Untung saja kontraknya hanya dua tahun, kalau lebih dari itu mungkin aku akan benar-benar berkarat di perusahaan ini."Sudah kukatakan, kau menjadi tanggung jawabku sampai kakimu sembuh, jadi aku menyuruh orangku untuk mengikutimu, memastikan keselamatanmu, dan apa yang kau lakukan di dalam sana?" tanya Jade mengunci tatapan terkejut Alicia."Mr. Williams, maafkan aku, aku tidak berusaha membohongimu, tapi tolong jangan menatapku seperti itu, aku ... akan menjelaskannya." Raut wajah memelas dan takut Alicia meredakan sedikit emosi Jade, terlihat dari Jade yang menghela napas mendengar jawaban Alicia."Alicia, jangan takut padaku. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, okay?" suara Jade saat ini terdengar melembut. Bukannya ia tidak tahu apa yang Alicia lakukan. Namun Jade murka ketika mendapat laporan bahwa Alicia masuk ke dalam sebuah wisma yang menjadi tempat pro

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 7

    Alicia memijit kedua pelipisnya, terlihat gusar. Ia sedang menanti lift untuk menuju ruang kerjanya. Dan tiba-tiba saja ia terperanjat dengan sebuah tepukan lembut di bahunya. Anna Hillenburg, HRD baru yang telah beberapa bulan bekerja di perusahaan ini. Kedekatan dirinya kepada Anna terbilang cukup cepat karena sifat Anna yang dewasa dan lembut membuat Alicia nyaman berteman dengannya. Entah bagaimana menjelaskannya, namun pernahkah kau mengalami sebuah pertemanan singkat yang menjadi akrab saat 'frekuensi' kalian berada dalam satu gelombang yang sama?Tak jarang Dazzlene dan Alicia sering diajak Anna untuk mampir ke Apartemen tempat ia tinggal yang terbilang cukup mewah. Membuat Alicia salut akan sosok seorang Anna. Yang walaupun memiliki harta melimpah tapi masih mau bekerja sebagai seorang karyawan bahkan menjalin persahabatan tanpa memandang status dan sosial. "Alice, are you okay?""Hai Anna, aku hanya sedikit pusing." jawab Alicia tersenyum."Apa kau mau izin pulang untuk is

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 8

    Setelah selesai memakaikan sepatu, Jade mengusap lembut lutut kanan Alicia dan menatap wajahnya. "Jangan membuatnya terluka lagi, atau kau akan bertemu dengan empat macam sayur itu siang dan malam." Ucap Jade dengan seringainya.Mendengar penuturan Jade, Alicia tak kuasa menahan tawanya. Ia menggigit bibir bawahnya sehingga ia hanya mengeluarkan sedikit suara tawa yang ia tahan.Jade beranjak dari posisinya dan mengambil tempat duduk di sebelah Alicia. Ia menggenggam tangan Alicia. Dan dikesempatan inilah Alicia mengumpulkan keberaniannya mencari sebuah petunjuk dalam manik mata abu-abu itu."Alicia, aku memiliki dua permintaan padamu. Pertama, berhentilah memanggilku Mr. Williams, aku ingin kau memanggil namaku dan yang kedua, aku ingin kau makan malam denganku nanti. Kau tidak keberatan bukan? I promise, just a dinner, please?" tanya Jade seraya mengelus lembut punggung tangan Alicia dengan ibu jarinya."Untuk yang pertama aku tidak bisa melakukannya dan untuk yang kedua aku akan me

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 9

    Pendar cahaya lampu di kota yang tak pernah tidur ini menampakkan kesemarakannya, terutama pada malam hari. Di mana kebanyakan orang telah menghentikan aktifitas hariannya dan berkumpul dengan orang-orang terkasih untuk melepaskan penat dan kejenuhan hari ini.Alicia mengabaikan manusia di sebelahnya dengan menikmati alunan musik klasik Johann Pachelbel - Canon In D yang mengalun lembut di dalam mobil Jade, menghangatkan suasana yang dingin di malam hari ini.Namun tiba-tiba saja Alicia merasakan sentuhan lembut pada tangan kanannya dan tangan itu kian menghangat. Jemari kokoh Jade yang bertaut menyelusup setiap celah pada jemari Alicia. Tanpa harus mencari tahu penyebabnya Alicia sudah dapat menebak, bahwa tangan Jade sedang menggenggam erat jemarinya. Alicia berusaha meloloskan jemarinya dari genggaman itu, namun usahanya sia-sia. Genggaman Jade semakin erat di tangannya. Alicia bergeming, enggan menatap pria di sampingnya. Ia terus menikmati alunan musik klasik itu dan terus meni

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 10

    Melihat Alicia yang terlelap bersandar di kursi membuat Jade sigap memposisikan diri agar leher wanita pujaannya tidak pegal. Dengan perlahan ia membawa Alicia berbaring dalam pelukannya, di atas dada bidangnya.Kebahagiaan malam ini sungguh tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Jade merasa dirinya selangkah lebih dekat dengan wanita pujaannya.Sepanjang perjalanan Jade terjaga, hatinya kian menghangat tatkala Alicia menggeliat di atas dadanya dan memeluk pinggangnya. Sekalipun ia tidak mengetahui alasan dibalik kenyamanan wanita itu saat berada dalam pelukannya, karena Jade memang belum mengetahuinya.Tak lama kemudian Bryan telah membawa mereka tepat di depan rumah Alicia. Dikarenakan Jade tidak ingin moment ini segera berlalu, ia menitahkan Bryan untuk menepikan mobilnya di area parkir dan menginstruksikan Bryan untuk meninggalkan mereka sejenak. Jade membelai lembut rambut indah Alicia dan sesekali mengecup puncak kepalanya. Ia memeluk erat Alicia seperti saat ia memeluknya sia

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 11

    Dazzlene yang menaruh curiga, tak henti memperhatikan gerak-gerik sahabatnya itu. Tatapannya membuat Alicia tak berkutik. Ia sedari tadi merengek mengajak Alicia makan siang bersama di rumah makan Korea milik Harry, sahabatnya.Dazzlene yang merengek dan Jade yang tak henti-hentinya menelepon benar-benar membuat kepala Alicia terasa nanar. Ia berpikir mungkin seperti ini ruwetnya jika memiliki anak kembar."Alice, kau sudah sering meninggalkanku makan siang sendiri belakangan ini. Hari ini kau harus menemaniku." Dazzlene memelas dan bergelayut manja di lengan Alicia.Setelah tawar-menawar dengan Dazzlene selama setengah jam, akhirnya Alicia terbebas darinya, dengan syarat Alicia harus menemaninya makan malam di rumah makan Korea milik sahabatnya.Alicia setengah berlari ketika keluar dari lift menuju ruangan Jade. Ia mengetuk berkali-kali namun tidak ada jawaban. Akhirnya ia memberanikan diri masuk setelah Jade juga tak kunjung mengangkat teleponnya.Sepi.Namun tiba-tiba Alicia mende

Bab terbaru

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 49

    Matahari kian naik dengan panas teriknya. Angin yang sesekali menerpa tubuh lemah Alicia menemaninya yang sedang duduk menangis tergugu. Tak banyak kata yang terucap sedari awal ia menginjakkan kaki di hadapan makam Anna selain ucapan maaf dan rindu.Dua jam berlalu begitu saja dalam keheningan saat Alicia tak dapat lagi mengutarakan isi hatinya, karena yamg tersisa hanyalah penyesalan. Tak seharusnya ia menunggu dan menunggu kelembutan hati Jade untuk dapat membebaskan Anna. Seharusnya ia lebih memaksa, seharusnya ia lebih histeris meneriaki Jade untuk melepaskan Anna dari hukuman itu, seharusnya ia lebih berani dan agresif dalam meminta Jade melepaskan Anna bagaimanapun caranya! Namun... semua sudah terlambat...Beberapa saat berlalu, Alicia pun menyerah kepada Jordan yang bersikeras mengajaknya pergi untuk mengisi perut. Jordan mengatakan ia telah menulis karangan bebas sedari pagi dalam membalas pesan Tuannya yang memastikan bahwa Alicia sudah makan tepat waktu. Baiklah, Alicia t

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 48

    "Nyonya... Nyonya... Nyonya... kau baik-baik saja?" tanya Jordan dengan nada khawatir. Ia mendapatkan Nyonyanya terduduk diam seperti seorang ketakutan sambil memejamkan mata.Alicia yang berjingkat kaget segera membuka mata dan kembali menyeka keringat yang membasahi kening dengan ujung blazernya. Dengan langkah kaki perlahan ia mengikuti langkah kaki Jordan. Ia meremas sisi blazernya ketika suara histeris yang sesekali menggelegar semakin terdengar jelas, begitu pilu dan menyayat hati. Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan pasien-pasien itu.Alicia kini menuruni sebuah tangga yang tampak remang dari pencahayaan lampu usang yang sudah lama. Tembok yang cukup tebal meredupkan suara-suara bising dari lantai atas, yang akan kau dengarkan di tempat ini hanyalah suara derap langkah dan nafasmu."Nyonya, maaf, aku lupa membawakan senter, apakah kau mau mengikutku naik atau...""Aku akan tunggu di sini!" Sela Alicia dengan mengabaikan Jordan dan meraih handle pintu. Jordan segera berlari

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 47

    "Morning, Baby..." ucap Jade saat menuruni tangga dengan pakaian tidurnya. Ia memeluk Alicia erat serta mengecup puncak kepala istrinya. Ia mengeryitkan dahi sesaat melihat Alicia yang sudah rapi dengan nuansa hitam tampak elegant serta wangi."Sepertinya kau sangat antusias berpergian hari ini, where are you going by the way?" tanya Jade sambil menyesap sisa lemon hangat yang baru saja diletakkan Alicia di atas meja. Jade kembali meraih punggung Alicia dan melingkarkan lengan kekarnya di dada Alicia dan memeluknya erat, ia semakin candu dengan wangi tubuh sang istri. "Ahh... been a while..." Gumam Jade dalam hati. Ia menyandarkan wajahnya pada sisi kepala Alicia dan mengecupnya. "Kau tidak ingin menjawabku, hemm? Kau sudah sarapan? Kau tidak boleh berangkat dengan perut kosong, duduklah aku akan menyiapkan buah potong untukmu." "Tidak perlu, aku akan sarapan di luar." Jawab Alicia cepat seraya memutar tubuhnya menghadap Jade. Sial! Ia merutuk dirinya yang seketika menjadi canggung

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 46

    Alicia menghela napas kasar usai mendengar konfirmasi yang diceritakan sekilas oleh Jordan. Pendar cahaya jalanan tampak buram dalam tatapannya saat ia melemparkan pandangan ke luar jendela kaca mobil. Ia menyeka sudut matanya dengan jemari tak kuasa menahan haru.Jordan mengatakan bahwa Anna telah dikubur dengan layak disuatu tempat. Jordan bahkan memperlihatkan beberapa foto Anna sebelum penutupan peti dan ya... selain wajah pucat karena kekurangan darah, Anna tetap cantik pada pandangan Alicia.Sesaat kemudian, tangis Alicia pecah ketika Jordan kembali melajukan mobil setelah lampu lalu lintas menjadi hijau. Ia melihat sebuah video yang memperlihatkan Anna tewas terkulai di ranjang dengan beberapa sayatan di pergelangan tangannya. Ia terhenyak oleh apa yang ia saksikan pada video yang baru saja diputar.CittttttSuara ban mobil berdecit seketika saat Jordan mendengar suara Nyonyanya yang sedang terisak. Jordan segera menghentikan laju mobil pada pinggir trotoar. "Maaf Nyonya, sehar

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 45

    Grandma yang bersikeras meminta Alicia dan Jade pulang akhirnya tiba di Penthouse. Keduanya terlihat lelah dengan raut wajah yang tak dapat dibaca. Bersama keheningan malam mereka menapaki tangga menuju kamar... masing-masing."Jangan pernah melakukan hal kekanak-kanakkan seperti ini lagi! Tidak semua hal dapat kau ceritakan kepada orang tua tanpa mempertimbangkan akibatnya!" Ucap Jade menghentikan langkah Alicia.Alicia mendengus tawa dan berbalik menatap Jade. "Kekanak-kanakkan? Lalu bagaimana denganmu? Bukankah semua ini tidak terjadi jika kau tidak memelihara dendam gilamu itu? Kau pikir dengan mengurung Anna di rumah sakit jiwa dalam kamar gelap adalah perbuatan dewasa? Sepertinya kau sangat puas sekarang, karena dendammu sudah terbalaskan oleh kematiannya!"Rahang tegas itu mengetat dan lengan kekar itu tampak mengepal kuat dalam kegelapan. Jade mencekal kepergian Alicia dengan menarik tangannya."Ikut aku!" Alicia berjalan dan setengah berlari mengikuti langkah lebar Jade menu

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 44

    Jade meremas kertas yang mendatangkan malapetaka untuknya dengan penuh amarah dan melemparkannya ke tong sampah. Ia berjalan menuju ruangan gym dan melayangkan tinjunya berulang kali pada punchbag, berniat mengalihkan pikiran kacaunya. Peluh yang membasahi sekujur tubuhnya tak cukup untuk menenangkannya. Berbagai olahraga berat satu persatu ia lakukan, tak kunjung meredakan pikiran yang begitu berkecamuk.Pukul dua dini hari, Alicia masih terjaga dalam kesedihan mendalam, menyendiri dalam keheningan di kamar. Bagaimana sekarang? Ia berpikir keras atas langkah yang harus ia ambil saat ini.Tidak! Mommy selalu berpesan padanya untuk tidak mengambil keputusan apapun disaat emosi menguasai diri, karena keputusan itu selalu cenderung salah! Dengan susah payah ia memaksakan diri untuk dapat terlelap.Malam yang berat baru saja berlalu, Alicia mengusap mata sembabnya. Akhirnya, kegelapan malam telah undur dari langit kota New York berganti sinar mentari cerah dan indah, tapi tidak dengan ha

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 43

    Tangis Alicia pecah ketika mendengar penuturan Jade, bahwa... Mommy baru saja menghembuskan napas terakhirnya dua jam yang lalu. Marah? Tentu saja! Namun, tubuhnya tak cukup kuat lagi untuk mengamuk kepada Jade, bahkan sisa tenaga akibat shock tak cukup kuat untuk menopang tubuhnya saat ini.Kini ia duduk di samping tubuh Mommy yang terbujur kaku di ruangan yang dingin, sedingin jemari Mommy yang ia pegang erat saat ini. Sesekali ia mengguncang-guncang tubuh Mommy dan berteriak memanggil Mommy. Pemandangan yang sangat menyayat hati siapapun yang melihatnya."Mommy, jangan tinggalkan aku seperti ini! Aku tidak memiliki siapapun selain Mommy! Bangunlah... bangunlah, aku mohon bangunlah...!" Alicia kembali mengguncang tubuh Mommy dengan derai air mata yang membanjiri pipinya, mengabaikan Jade yang sedari tadi berupaya menenangkannya.Ia hanyut dalam tangis tergugu dan sesekali meracau dalam sisa kesadarannya, hingga semuanya terasa... gelap dan terdengar suara seorang pria yang meneriakk

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 42

    Gemerlap dan semarak kota New York empat hari ini menyisakan sebuah ruang keheningan disuatu tempat. Dimana tak sedikitpun sukacita dan kenikmatan dapat menyentuhnya. Alicia menatap nanar pemandangan di hadapannya.Sudah empat hari Mommy dirujuk ke rumah sakit New York atas perintah Jade dan ditangani oleh tim medis terbaik, sesuai referensi yang diberikan oleh dokter Liam. Kondisi Mommy yang kian menurun membuat Alicia sangat khawatir. Pikiran buruk berkecamuk di dalam benaknya. Mommy yang hanya bangun sesekali dalam sehari dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur karena pengaruh obat dengan dosis tinggi, selalu menutup percakapan pelan dan lemahnya dengan meminta agar Alicia membawa Anna datang menemuinya.Dan dengan alasan yang sama pula Alicia menjawab Mommy, bahwa Anna sedang memiliki urusan yang tidak bisa ditinggalkan saat ini. Alicia telah berupaya untuk memohon kepada Jade, namun Jade tetap kepada pendiriannya dengan mengeraskan hati untuk tidak membiarkan Anna menemu

  • His Dark Side (Jade Wayden Williams)   Part 41

    Jade membekap mulut Alicia dengan tangannya dari belakang dan merengkuhnya erat."Tunjukkan padaku, jurus apa yang akan kau lakukan bila berada dalam situasi ini, huh?" Alicia bergumam kesal di dalam hatinya. Jade benar-benar membuatnya kesal bermain-main dalam kegelapan seperti ini. Baiklah, sepertinya Alicia harus memberinya sedikit pelajaran.Alicia membuka mulutnya dan menggigit jemari Jade dengan sekuat tenaga, ia menyikut perut Jade dan melepaskan diri dengan gerakan cepat kala pria itu meringis kesakitan oleh gigitannya, kemudian melompati meja di hadapannya dan kini posisi mereka saling berseberangan."Stop!" seru Alicia saat Jade hendak melompati meja dan mendekatinya. Namun seruannya diabaikan Jade yang sekarang menindihnya di atas sofa dan mengunci pergerakannya."Aku akan membantu Mommy untuk menghukum kenakalan masa lalumu, agar kau tidak akan pernah berani melakukannya lagi sama sekali pada masa ini.""Itu hanya masa lalu, aku berjanji tidak akan pernah melakukannya lag

DMCA.com Protection Status