"Alice, Harry memiliki menu Dakbal dengan pedas ekstrem. Aku sudah memintanya untuk menyiapkan satu porsi jumbo untuk kita. "Ujar Dazzlene yang sedang menyetir."Hemm..." Alicia berdeham pelan sambil memainkan rambutnya dengan memelintirnya menggunakan jari telunjuk. Ia masih terbayang kejadian siang tadi tentang perkataan Jade, berusaha mengartikannya dengan logis.Suasana Downtown malam begitu ramai. Namun tidak sulit bagi mereka untuk menemukan tempat parkir, karena Harry telah mengosongkan satu tempat khusus untuk Dazzlene bisa memarkirkan mobilnya.Alicia mengikuti langkah Dazzlene dari belakang. Tak jauh di depan sana tampak seorang pria berdiri nan gagah dengan senyum yang menawan.Dazzlene memberikan pelukan hangat kepada Harry, pemilik restoran sekaligus sahabat Dazzlene yang memiliki kulit putih susu dan bertubuh jangkung. Ia mengenakan setelan jas berwarna navy dan kemeja light blue. Perpaduan warna yang membuat ia terlihat maskulin."Harry, kau rapi sekali hari ini, kau ti
Jade masih bergeming dan menatap Alicia. Jade memang mengetahui bahwa Dazzlene bersama Alicia di di dalam restoran, namun kecemburuannya mematahkan fakta itu. Baru saja Alicia hendak bersuara, Jade telah memotong perkataannya. "Aku tidak menyukai situasimu tadi! Jangan pernah mengulanginya dengan pria manapun!" "Itu tidak seperti yang kau lihat. Dazzlene sedang berada di toilet. Dan pria itu, maksudku Kakak angkat Dazzlene menemani kami sedari tadi. Dan kami hanya mengobrol sambil menunggu Dazzlene. That's all! Tidak ada yang lebih, di mana letak kesalahanku?" Alicia berusaha menjelaskan dalam kebingungan yang masih menderanya.Mendengar penjelasan Alicia membuat Jade kembali menggeram. "Kesalahanmu adalah menghabiskan waktu dengan pria lain! Kesalahanmu adalah kau bisa tertawa lepas dengannya! Kesalahanmu adalah kau bisa berbicara dengan begitu leluasa dengan tatapan intens! Kesalahanmu adalah kau bisa melakukan semua itu dengan pria yang baru saja kau kenal tapi tidak kepadaku!"Ta
Alicia menatap jam di tangannya, lantas bergegas dengan setengah berlari mengejar jadwal Bus menuju Cafe Sit & Chat. Dazzlene yang berjalan membelakangi Alicia setengah berteriak kepadanya."Alice, apa yang membuatmu terburu-buru? Kau bahkan tidak menungguku untuk pulang bersama." Protes Dazzlene yang sudah terbiasa pulang bersama dan berburu kuliner hampir setiap hari usai bekerja dengan Alicia.Dengan raut wajah bersalah Alicia meminta maaf kepada Dazzlene. "Aku tidak melihatmu di toilet dan ruangan kantor jadi aku keluar duluan untuk mengejar Bus. Sorry, sweety..." Alicia mengerjap manja sambil mencolek lengan Dazzlene yang berpura-pura tak ingin menatapnya.Tingkah lucu Alicia membuatnya tak dapat menahan tawa. "Akh, sudahlah... kau membuatku merasa geli. Aku tadi berada di lantai lima dan turun sedikit terlambat."Lalu lintas yang padat membawa mereka sampai di tempat tujuan sedikit lebih lama dari biasanya. Dazzlene yang tidak memiliki janji dengan siapapun hari ini membuatnya m
Dazzlene kembali menenggak gelas ketiganya. Sedangkan Alicia kembali menenggak gelas keenamnya. Baginya alkohol rendah seperti ini bukan tandingannya. Kesanggupan dirinya menyesap alkohol diperoleh saat ia masih dibangku kuliah.Berawal dari keisengannya mengikuti teman-temannya yang berpartisipasi dalam lomba minum bir di pasar malam yang berhadiah sejumlah uang. Membuatnya menjadi juara bertahan walaupun awalnya ia harus tumbang dengan berakhir menginap di rumah temannya dan itu berlangsung sampai ia menyelesaikan kuliahnya. Ia berhenti ketika dipergoki oleh Anthony dan mengancam akan memberitahu kepada Mommy bila Alicia tidak segera menghentikan kebiasaan liarnya itu.Melihat Dazzlene yang semakin meracau tak jelas membuat Alicia penasaran. Ia ingin menguji ketahanan toleransi alkohol ditubuhnya. Ia kemudian meminta segelas minuman kepada Joey persis seperti yang diminum Dazzlene.Rasanya cukup pahit, menyengat leher dan memanas dibagian perut. Satu gelas cukup baginya. Ya, hanya s
Senja menyapa, Jade kembali menghampiri pintu kamar yang sudah tidak terkunci setelah ia membawa makan siang untuk Alicia. Sama seperti sebelumnya, makanan masih tetap tertata rapi tak tersentuh sama sekali.Ia masih melihat Alicia yang meringkuk tidur di atas ranjang. Perasaan bersalah semakin menyelimutinya. Ia melangkah keluar kamar dan melakukan panggilan melalui interkom kepada Emily. Ia berpesan agar tidak seorangpun menemui atau masuk ke ruangannya.Jade bergerak perlahan ke atas ranjang dan merebahkan tubuh atletisnya di samping Alicia sejenak. Menatap mata sembab dan mengusap perlahan wajah letih wanita pujaannya dengan lirih.Tangisan panjang membuat Alicia begitu lelah. Tangisan yang membuatnya ingin berada dalam pelukan menenangkan dari Mommy. Dan entah mengapa, kehangatan yang begitu ia perlukan terasa nyata walau hanya dari dalam mimpi.Matahari telah menghilang dibalik senja. Meninggalkan jejak suka duka yang tersimpan rapat dalam memori. Mengambil pelajaran atas kesala
Suasana kejutan ulang tahun untuk Uncle Mark sukses di sebuah restoran berkonsep fine dining. Baru saja sesi toasting berlalu, keharmonisan rumah tangga terlihat begitu hangat dengan genggaman tangan yang tak lepas dari Uncle Mark kepada Aunty Valencia, tatapan mesra saat mata mereka beradu membuat siapapun iri melihatnya. Aunty Valencia yang akhirnya menyerah dengan bujuk rayu Anthony akhirnya mengikuti pilihan pria itu yang segera mereservasi restoran terbaik di kawasan yang tak terlalu jauh dari Cafe Sit & Chat. Semua rencana yang sudah disetting di sebuah restoran sederhana seketika berubah menjadi makan malam yang cukup mewah untuk Uncle Mark. Tentu saja tak luput dari campur tangan Anthony Franklin.Semua berbaur dalam hangatnya suasana kekeluargaan. Keceriaan terpancar dari raut wajah semua orang yang hadir di sana. Terkecuali Dazzlene, ada sedikit hal yang mengganggu entah karena ia merasa bukan dari bagian dari mereka. Alicia yang baru akan beranjak dari sebuah sudut ruang
Jauh di belahan bumi sana, Jade melakukan sebuah panggilan internasional kepada Jordan. Hatinya benar-benar tidak tenang, terlebih posisinya yang sedang jauh dari New York.Kepalan tangan yang begitu kuat menimbulkan guratan-guratan otot yang nampak jelas di punggung tangannya. "Jordan, jangan beritahu apapun lagi kepada si brengsek itu. Bersikaplah seperti biasa padanya, jangan menimbulkan kecurigaan. Aku akan membuat perhitungan dengannya tepat pada waktu yang kutentukan! Dan awasi orang-orang terdekatku termasuk Alicia Carter. Pastikan si pembunuh biadab dan si brengsek itu tidak hilang dalam pantauanmu. Terus informasikan kepadaku dan jangan sampai kehilangan jejak kedua manusia itu!""Baik Tuan Williams. Jangan khawatir! Aku akan melakukan tepat seperti perintahmu."Baru saja Jade tersenyum puas karena Detektif bayarannya telah menemukan pembunuh Jeanny beberapa minggu ini. Ia sedang sibuk memikirkan rencana balas dendam yang sedang ia lancarkan kepada targetnya. Namun ia harus
Jordan kembali memasuki lift pribadi yang terhubung langsung dengan Penthouse milik tuannya. Meninggalkan Alicia di sana.Ia meletakkan tasnya di atas meja. Baru saja ia menjejakkan dua langkah kaki di ruangan yang luas itu, sosok Jade tampil dengan keadaan yang tak seperti biasanya, ia terlihat agak... kacau, namun ketampanannya tak memudar sedikitpun.Alicia berjingkat melihat keberadaan Jade. Ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Tatapan mata Jade dengan kilat amarah dan sangat tajam menatapnya sangar. Baru saja ia menghadapi Anthony, kini ia harus berhadapan dengan amarah Jade, lagi? Alicia, kau sedang dalam masalah besar!Ia menyesal dengan kekhawatiran yang membawanya berada di tempat ini. Cara tercepat untuk melarikan diri dari tempat ini adalah melompat dari jendela dan itu sangat mengerikan. Sebab pintu lift di belakangnya tidak akan menutup cepat seperti pintu lemarinya. Alicia berusaha keras menenangkan diri, berharap ia dapat mengendalikan situasi ini. Jade yang se
Matahari kian naik dengan panas teriknya. Angin yang sesekali menerpa tubuh lemah Alicia menemaninya yang sedang duduk menangis tergugu. Tak banyak kata yang terucap sedari awal ia menginjakkan kaki di hadapan makam Anna selain ucapan maaf dan rindu.Dua jam berlalu begitu saja dalam keheningan saat Alicia tak dapat lagi mengutarakan isi hatinya, karena yamg tersisa hanyalah penyesalan. Tak seharusnya ia menunggu dan menunggu kelembutan hati Jade untuk dapat membebaskan Anna. Seharusnya ia lebih memaksa, seharusnya ia lebih histeris meneriaki Jade untuk melepaskan Anna dari hukuman itu, seharusnya ia lebih berani dan agresif dalam meminta Jade melepaskan Anna bagaimanapun caranya! Namun... semua sudah terlambat...Beberapa saat berlalu, Alicia pun menyerah kepada Jordan yang bersikeras mengajaknya pergi untuk mengisi perut. Jordan mengatakan ia telah menulis karangan bebas sedari pagi dalam membalas pesan Tuannya yang memastikan bahwa Alicia sudah makan tepat waktu. Baiklah, Alicia t
"Nyonya... Nyonya... Nyonya... kau baik-baik saja?" tanya Jordan dengan nada khawatir. Ia mendapatkan Nyonyanya terduduk diam seperti seorang ketakutan sambil memejamkan mata.Alicia yang berjingkat kaget segera membuka mata dan kembali menyeka keringat yang membasahi kening dengan ujung blazernya. Dengan langkah kaki perlahan ia mengikuti langkah kaki Jordan. Ia meremas sisi blazernya ketika suara histeris yang sesekali menggelegar semakin terdengar jelas, begitu pilu dan menyayat hati. Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan pasien-pasien itu.Alicia kini menuruni sebuah tangga yang tampak remang dari pencahayaan lampu usang yang sudah lama. Tembok yang cukup tebal meredupkan suara-suara bising dari lantai atas, yang akan kau dengarkan di tempat ini hanyalah suara derap langkah dan nafasmu."Nyonya, maaf, aku lupa membawakan senter, apakah kau mau mengikutku naik atau...""Aku akan tunggu di sini!" Sela Alicia dengan mengabaikan Jordan dan meraih handle pintu. Jordan segera berlari
"Morning, Baby..." ucap Jade saat menuruni tangga dengan pakaian tidurnya. Ia memeluk Alicia erat serta mengecup puncak kepala istrinya. Ia mengeryitkan dahi sesaat melihat Alicia yang sudah rapi dengan nuansa hitam tampak elegant serta wangi."Sepertinya kau sangat antusias berpergian hari ini, where are you going by the way?" tanya Jade sambil menyesap sisa lemon hangat yang baru saja diletakkan Alicia di atas meja. Jade kembali meraih punggung Alicia dan melingkarkan lengan kekarnya di dada Alicia dan memeluknya erat, ia semakin candu dengan wangi tubuh sang istri. "Ahh... been a while..." Gumam Jade dalam hati. Ia menyandarkan wajahnya pada sisi kepala Alicia dan mengecupnya. "Kau tidak ingin menjawabku, hemm? Kau sudah sarapan? Kau tidak boleh berangkat dengan perut kosong, duduklah aku akan menyiapkan buah potong untukmu." "Tidak perlu, aku akan sarapan di luar." Jawab Alicia cepat seraya memutar tubuhnya menghadap Jade. Sial! Ia merutuk dirinya yang seketika menjadi canggung
Alicia menghela napas kasar usai mendengar konfirmasi yang diceritakan sekilas oleh Jordan. Pendar cahaya jalanan tampak buram dalam tatapannya saat ia melemparkan pandangan ke luar jendela kaca mobil. Ia menyeka sudut matanya dengan jemari tak kuasa menahan haru.Jordan mengatakan bahwa Anna telah dikubur dengan layak disuatu tempat. Jordan bahkan memperlihatkan beberapa foto Anna sebelum penutupan peti dan ya... selain wajah pucat karena kekurangan darah, Anna tetap cantik pada pandangan Alicia.Sesaat kemudian, tangis Alicia pecah ketika Jordan kembali melajukan mobil setelah lampu lalu lintas menjadi hijau. Ia melihat sebuah video yang memperlihatkan Anna tewas terkulai di ranjang dengan beberapa sayatan di pergelangan tangannya. Ia terhenyak oleh apa yang ia saksikan pada video yang baru saja diputar.CittttttSuara ban mobil berdecit seketika saat Jordan mendengar suara Nyonyanya yang sedang terisak. Jordan segera menghentikan laju mobil pada pinggir trotoar. "Maaf Nyonya, sehar
Grandma yang bersikeras meminta Alicia dan Jade pulang akhirnya tiba di Penthouse. Keduanya terlihat lelah dengan raut wajah yang tak dapat dibaca. Bersama keheningan malam mereka menapaki tangga menuju kamar... masing-masing."Jangan pernah melakukan hal kekanak-kanakkan seperti ini lagi! Tidak semua hal dapat kau ceritakan kepada orang tua tanpa mempertimbangkan akibatnya!" Ucap Jade menghentikan langkah Alicia.Alicia mendengus tawa dan berbalik menatap Jade. "Kekanak-kanakkan? Lalu bagaimana denganmu? Bukankah semua ini tidak terjadi jika kau tidak memelihara dendam gilamu itu? Kau pikir dengan mengurung Anna di rumah sakit jiwa dalam kamar gelap adalah perbuatan dewasa? Sepertinya kau sangat puas sekarang, karena dendammu sudah terbalaskan oleh kematiannya!"Rahang tegas itu mengetat dan lengan kekar itu tampak mengepal kuat dalam kegelapan. Jade mencekal kepergian Alicia dengan menarik tangannya."Ikut aku!" Alicia berjalan dan setengah berlari mengikuti langkah lebar Jade menu
Jade meremas kertas yang mendatangkan malapetaka untuknya dengan penuh amarah dan melemparkannya ke tong sampah. Ia berjalan menuju ruangan gym dan melayangkan tinjunya berulang kali pada punchbag, berniat mengalihkan pikiran kacaunya. Peluh yang membasahi sekujur tubuhnya tak cukup untuk menenangkannya. Berbagai olahraga berat satu persatu ia lakukan, tak kunjung meredakan pikiran yang begitu berkecamuk.Pukul dua dini hari, Alicia masih terjaga dalam kesedihan mendalam, menyendiri dalam keheningan di kamar. Bagaimana sekarang? Ia berpikir keras atas langkah yang harus ia ambil saat ini.Tidak! Mommy selalu berpesan padanya untuk tidak mengambil keputusan apapun disaat emosi menguasai diri, karena keputusan itu selalu cenderung salah! Dengan susah payah ia memaksakan diri untuk dapat terlelap.Malam yang berat baru saja berlalu, Alicia mengusap mata sembabnya. Akhirnya, kegelapan malam telah undur dari langit kota New York berganti sinar mentari cerah dan indah, tapi tidak dengan ha
Tangis Alicia pecah ketika mendengar penuturan Jade, bahwa... Mommy baru saja menghembuskan napas terakhirnya dua jam yang lalu. Marah? Tentu saja! Namun, tubuhnya tak cukup kuat lagi untuk mengamuk kepada Jade, bahkan sisa tenaga akibat shock tak cukup kuat untuk menopang tubuhnya saat ini.Kini ia duduk di samping tubuh Mommy yang terbujur kaku di ruangan yang dingin, sedingin jemari Mommy yang ia pegang erat saat ini. Sesekali ia mengguncang-guncang tubuh Mommy dan berteriak memanggil Mommy. Pemandangan yang sangat menyayat hati siapapun yang melihatnya."Mommy, jangan tinggalkan aku seperti ini! Aku tidak memiliki siapapun selain Mommy! Bangunlah... bangunlah, aku mohon bangunlah...!" Alicia kembali mengguncang tubuh Mommy dengan derai air mata yang membanjiri pipinya, mengabaikan Jade yang sedari tadi berupaya menenangkannya.Ia hanyut dalam tangis tergugu dan sesekali meracau dalam sisa kesadarannya, hingga semuanya terasa... gelap dan terdengar suara seorang pria yang meneriakk
Gemerlap dan semarak kota New York empat hari ini menyisakan sebuah ruang keheningan disuatu tempat. Dimana tak sedikitpun sukacita dan kenikmatan dapat menyentuhnya. Alicia menatap nanar pemandangan di hadapannya.Sudah empat hari Mommy dirujuk ke rumah sakit New York atas perintah Jade dan ditangani oleh tim medis terbaik, sesuai referensi yang diberikan oleh dokter Liam. Kondisi Mommy yang kian menurun membuat Alicia sangat khawatir. Pikiran buruk berkecamuk di dalam benaknya. Mommy yang hanya bangun sesekali dalam sehari dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur karena pengaruh obat dengan dosis tinggi, selalu menutup percakapan pelan dan lemahnya dengan meminta agar Alicia membawa Anna datang menemuinya.Dan dengan alasan yang sama pula Alicia menjawab Mommy, bahwa Anna sedang memiliki urusan yang tidak bisa ditinggalkan saat ini. Alicia telah berupaya untuk memohon kepada Jade, namun Jade tetap kepada pendiriannya dengan mengeraskan hati untuk tidak membiarkan Anna menemu
Jade membekap mulut Alicia dengan tangannya dari belakang dan merengkuhnya erat."Tunjukkan padaku, jurus apa yang akan kau lakukan bila berada dalam situasi ini, huh?" Alicia bergumam kesal di dalam hatinya. Jade benar-benar membuatnya kesal bermain-main dalam kegelapan seperti ini. Baiklah, sepertinya Alicia harus memberinya sedikit pelajaran.Alicia membuka mulutnya dan menggigit jemari Jade dengan sekuat tenaga, ia menyikut perut Jade dan melepaskan diri dengan gerakan cepat kala pria itu meringis kesakitan oleh gigitannya, kemudian melompati meja di hadapannya dan kini posisi mereka saling berseberangan."Stop!" seru Alicia saat Jade hendak melompati meja dan mendekatinya. Namun seruannya diabaikan Jade yang sekarang menindihnya di atas sofa dan mengunci pergerakannya."Aku akan membantu Mommy untuk menghukum kenakalan masa lalumu, agar kau tidak akan pernah berani melakukannya lagi sama sekali pada masa ini.""Itu hanya masa lalu, aku berjanji tidak akan pernah melakukannya lag