Jordan kembali memasuki lift pribadi yang terhubung langsung dengan Penthouse milik tuannya. Meninggalkan Alicia di sana.Ia meletakkan tasnya di atas meja. Baru saja ia menjejakkan dua langkah kaki di ruangan yang luas itu, sosok Jade tampil dengan keadaan yang tak seperti biasanya, ia terlihat agak... kacau, namun ketampanannya tak memudar sedikitpun.Alicia berjingkat melihat keberadaan Jade. Ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Tatapan mata Jade dengan kilat amarah dan sangat tajam menatapnya sangar. Baru saja ia menghadapi Anthony, kini ia harus berhadapan dengan amarah Jade, lagi? Alicia, kau sedang dalam masalah besar!Ia menyesal dengan kekhawatiran yang membawanya berada di tempat ini. Cara tercepat untuk melarikan diri dari tempat ini adalah melompat dari jendela dan itu sangat mengerikan. Sebab pintu lift di belakangnya tidak akan menutup cepat seperti pintu lemarinya. Alicia berusaha keras menenangkan diri, berharap ia dapat mengendalikan situasi ini. Jade yang se
"Kau tidak bisa melakukan ini padaku Jade! Kau benar-benar menyebalkan!" Alicia terus menggedor pintu kamar mandi. "Berhentilah berteriak atau aku akan keluar dan memberikan hukuman lain padamu!"Dasar badak bercula! Alicia menyugar rambutnya yang tergerai dan menghadap tembok. Ia tidak ingin tinggal seharian di Penthouse luas dan hening seperti ini, ia ingin ke kantor atau ia akan mati kebosanan di sini.Tak patah arang, Alicia kembali membalikkan badan dan menggedor pintu kamar mandi, namun urung oleh pemandangan di depannya yang telah berdiri dengan melipat kedua tangan di dada dan bersandar di kusen pintu. Pria yang hanya mengenakan handuk putih melingkar di pinggangnya, dengan rambut setengah basah dan tubuh atletisnya yang masih menyisakan sedikit percikan air dari shower tersebar di atas otot-otot yang sempurna itu. Don't you think it's... hot!Alicia membelalakkan matanya kaget. Dengan cepat ia membalikkan badannya. See! Sudah kuduga, banyak kotak di permukaan perutnya! Ouch
Alicia menggigit ujung kukunya terlihat gusar, berjalan mondar-mandir di depan ruang operasi. "Alice, duduklah apa kau tidak lelah berdiri?" Anna mengusap bahu Alicia berusaha menenangkannya.Dari sudut ruangan terlihat Dazzlene datang membawa makanan dan minuman. "Alicia makanlah, kau belum makan dari siang tadi.""Aku tidak lapar. Sudah 2 jam 35 menit Mommy di dalam. Mengapa operasi itu lama sekali?"Melihat sahabatnya yang sedang gelisah, Anna mendekap Alicia berusaha menyalurkan ketenangan untuknya. "Everything will be alright, sweetheart! Kami ada di sini untukmu.""Thanks." Jawab Alicia menyandarkan tubuh yang terasa lelah pada bahu Anna. "Glad to have both of you." Lirih Alicia."Aku akan ke toilet sebentar." Ujar Dazzlene sedikit terburu-buru, tidak dapat menahan diri lebih lama lagi untuk buang air kecil.Hampir genap 2 minggu, akhirnya Mommy mendapatkan ginjal yang cocok dengannya. Setelah melakukan serangkaian persiapan, hari ini Mommy dijadwalkan untuk melakukan transplant
Hubungan yang kuat dibangun atas dasar kepercayaan, bukan saling mengendalikan."Nona, mohon tunggu sebentar, aku akan segera kembali." Suara Jordan menyentak lamunan Alicia. Ia tidak menyadari Jordan yang menghentikan mobil di depan sebuah toko obat. "Mengapa ia harus bersikeras mengantarku pulang bila ia sedang sakit? Dasar diktator! Bahkan Jordan sungkan untuk meminta izin libur karena sakit." Gerutu Alicia dalam hatinya.Hujan rintik-rintik yang berubah semakin lebat disertai suara petir yang sesekali menggelegar, membuat Jordan tampak basah oleh guyuran air hujan."Jordan, apa kau sakit? Aku bisa naik Taxi dari sini. Kau pulanglah istirahat." Suara Alicia menghentikan gerakan Jordan."Tidak Nona Carter. Aku tidak sakit, kita akan melanjutkan perjalanan ke rumahmu." Jordan kembali melajukan mobil."Lalu apa yang kau bawa dari toko obat itu?" Alicia melayangkan pandangannya pada sebuah kantong plastik yang terletak di sebelah bangku kemudi. Kondisi yang gelap menyulitkannya untuk
Melihat Jade yang gusar, Alicia memilih untuk mengakhiri percakapan mereka. Ia menangkup sisi kepala Jade. "Hentikan pikiran burukmu itu. Aku ada di sini! Kembalilah ke kamarmu dan tidur, okay?""How about you?""Aku akan mengeringkan pakaianku dan tidur di kamar tamu." Alicia melenggang pergi namun urung melanjutkan langkah kakinya karena dalam sekali tarikan pada lengannya membuat ia terduduk di atas pangkuan Jade. "Kau tidak perlu baju malam ini, Baby. Aku tuan rumah di tempat ini, aku yang menentukan di mana kau akan tidur!" Jade menyeringai nakal dan menarik pelan tali bathrobe yang dikenakan Alicia. Hemm! Menggoda Alicia adalah hobi baru dan cara Jade mengalihkan beban di kepalanya yang menggunung. Karena wajah merona Alicia selalu terlihat menggemaskan dan menghibur dirinya.Dengan cepat Alicia menghentikan gerakan tangan Jade dan segera berdiri. Semburat rona merah terlihat oleh pantulan cahaya yang masuk melalui jendela dan menerpa wajahnya."Jade! Jangan macam-macam atau a
Pagi dingin menyapa lembut dengan hadirnya kabut embun yang menutupi sebagian pemandangan Manhattan. Hujan yang membasahi bumi menyisakan awan kelabu membuat matahari berlindung seolah tersipu enggan menampakkan cahayanya.Suasana kota yang dingin di luar sana tampaknya tak menganggu dua insan yang saling menghangatkan satu sama lain. Alicia yang baru saja beranjak dari balkon menghirup udara segar dipagi hari, kembali bergelayut manja dalam pelukan hangat Jade.Ia kemudian berbaring menyamping dengan tangan bertumpu pada satu sisi kepalanya, memandang lekat pria tampan yang kembali terlelap. Paras terjujur yang dapat kau lihat dari seseorang saat ia tertidur pulas. Keletihan setelah bekerja, beban pikiran yang mungkin mendera dibalik wajah tampannya, membuat hati berdenyut iba.Alicia menggerakkan jari telunjuknya menyisir setiap lekuk wajah pria di hadapannya. Menarik garis diseluruh sisi wajah dan berhenti di rahang tegas Jade. Membelai lembut cambang, menikmati sensasi geli yang
Alicia menyesap lemon hangat di hadapannya. Ia duduk bersisian dengan Jade di meja makan, lalu menyedokkan beberapa suap sereal dan mengunyah pelan."Apakah sarapan ini sesuai dengan seleramu?" Tanya Jade dengan menatap lurus ke meja.Alicia mengangguk dan menyeka sudut bibirnya dengan tisu, kemudian menenggak kembali secangkir lemon hangat di hadapannya hingga tandas."Bukankah kau lebih menyukai lemon hangat dengan taburan daun mint dan buah segar untuk menu sarapanmu?" Ujar Jade yang masih enggan menatap wanita di sampingnya. Api cemburu kian menguar saat ia melihat sorot mata Alicia yang menyimpan kesedihan atas kepergian Anthony."Jade, aku---"Jade lantas menaruh sendok sereal dengan kasar, menyebabkan percikan susu mengotori meja. "Stop fucking lying! Why you always lying, Alicia?!" Ujar Jade dengan suara meninggi dan beranjak dari tempat duduknya menuju lantai atas.Alicia menyandarkan kepalanya sejenak di meja. Menghela napas panjang untuk menenangkan diri. Bisa saja ia meny
Grandma yang nampak elegant memberikan sebuah pelukan hangat kepada Alicia. Melihat wajah Alicia yang masih nampak kikuk, Grandma kembali bersuara. "Kau tidak mengingatku? Aku orang yang kau tolong saat aku terjatuh di toilet Mall."Alicia mengerjap sesaat dan menyadari sebuah kejadian di pusat perbelanjaan. Di mana ia sedang berada di toilet setelah membeli kemeja kerja, beberapa hari sebelum mulai bekerja di perusahaan Jade. Ia melihat punggung seorang wanita muda berjalan cepat seakan melarikan diri setelah menyinggung bahu Grandma yang menyebabkan Grandma jatuh terjajar ke belakang. Lalu dengan sigap Alicia meminta bantuan dan segera memanggil Ambulance saat melihat Grandma mengadu kesakitan pada tubuhnya. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit hingga Grandma dipindahkan ke brankar rumah sakit, genggaman jemari Grandma tak lepas dari tangan Alicia. Tak lama kemudian, ia melihat beberapa pria berjas hitam menghampiri Grandma. Alicia mengintip dibalik pintu memperhatikan pria-pr
Matahari kian naik dengan panas teriknya. Angin yang sesekali menerpa tubuh lemah Alicia menemaninya yang sedang duduk menangis tergugu. Tak banyak kata yang terucap sedari awal ia menginjakkan kaki di hadapan makam Anna selain ucapan maaf dan rindu.Dua jam berlalu begitu saja dalam keheningan saat Alicia tak dapat lagi mengutarakan isi hatinya, karena yamg tersisa hanyalah penyesalan. Tak seharusnya ia menunggu dan menunggu kelembutan hati Jade untuk dapat membebaskan Anna. Seharusnya ia lebih memaksa, seharusnya ia lebih histeris meneriaki Jade untuk melepaskan Anna dari hukuman itu, seharusnya ia lebih berani dan agresif dalam meminta Jade melepaskan Anna bagaimanapun caranya! Namun... semua sudah terlambat...Beberapa saat berlalu, Alicia pun menyerah kepada Jordan yang bersikeras mengajaknya pergi untuk mengisi perut. Jordan mengatakan ia telah menulis karangan bebas sedari pagi dalam membalas pesan Tuannya yang memastikan bahwa Alicia sudah makan tepat waktu. Baiklah, Alicia t
"Nyonya... Nyonya... Nyonya... kau baik-baik saja?" tanya Jordan dengan nada khawatir. Ia mendapatkan Nyonyanya terduduk diam seperti seorang ketakutan sambil memejamkan mata.Alicia yang berjingkat kaget segera membuka mata dan kembali menyeka keringat yang membasahi kening dengan ujung blazernya. Dengan langkah kaki perlahan ia mengikuti langkah kaki Jordan. Ia meremas sisi blazernya ketika suara histeris yang sesekali menggelegar semakin terdengar jelas, begitu pilu dan menyayat hati. Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan pasien-pasien itu.Alicia kini menuruni sebuah tangga yang tampak remang dari pencahayaan lampu usang yang sudah lama. Tembok yang cukup tebal meredupkan suara-suara bising dari lantai atas, yang akan kau dengarkan di tempat ini hanyalah suara derap langkah dan nafasmu."Nyonya, maaf, aku lupa membawakan senter, apakah kau mau mengikutku naik atau...""Aku akan tunggu di sini!" Sela Alicia dengan mengabaikan Jordan dan meraih handle pintu. Jordan segera berlari
"Morning, Baby..." ucap Jade saat menuruni tangga dengan pakaian tidurnya. Ia memeluk Alicia erat serta mengecup puncak kepala istrinya. Ia mengeryitkan dahi sesaat melihat Alicia yang sudah rapi dengan nuansa hitam tampak elegant serta wangi."Sepertinya kau sangat antusias berpergian hari ini, where are you going by the way?" tanya Jade sambil menyesap sisa lemon hangat yang baru saja diletakkan Alicia di atas meja. Jade kembali meraih punggung Alicia dan melingkarkan lengan kekarnya di dada Alicia dan memeluknya erat, ia semakin candu dengan wangi tubuh sang istri. "Ahh... been a while..." Gumam Jade dalam hati. Ia menyandarkan wajahnya pada sisi kepala Alicia dan mengecupnya. "Kau tidak ingin menjawabku, hemm? Kau sudah sarapan? Kau tidak boleh berangkat dengan perut kosong, duduklah aku akan menyiapkan buah potong untukmu." "Tidak perlu, aku akan sarapan di luar." Jawab Alicia cepat seraya memutar tubuhnya menghadap Jade. Sial! Ia merutuk dirinya yang seketika menjadi canggung
Alicia menghela napas kasar usai mendengar konfirmasi yang diceritakan sekilas oleh Jordan. Pendar cahaya jalanan tampak buram dalam tatapannya saat ia melemparkan pandangan ke luar jendela kaca mobil. Ia menyeka sudut matanya dengan jemari tak kuasa menahan haru.Jordan mengatakan bahwa Anna telah dikubur dengan layak disuatu tempat. Jordan bahkan memperlihatkan beberapa foto Anna sebelum penutupan peti dan ya... selain wajah pucat karena kekurangan darah, Anna tetap cantik pada pandangan Alicia.Sesaat kemudian, tangis Alicia pecah ketika Jordan kembali melajukan mobil setelah lampu lalu lintas menjadi hijau. Ia melihat sebuah video yang memperlihatkan Anna tewas terkulai di ranjang dengan beberapa sayatan di pergelangan tangannya. Ia terhenyak oleh apa yang ia saksikan pada video yang baru saja diputar.CittttttSuara ban mobil berdecit seketika saat Jordan mendengar suara Nyonyanya yang sedang terisak. Jordan segera menghentikan laju mobil pada pinggir trotoar. "Maaf Nyonya, sehar
Grandma yang bersikeras meminta Alicia dan Jade pulang akhirnya tiba di Penthouse. Keduanya terlihat lelah dengan raut wajah yang tak dapat dibaca. Bersama keheningan malam mereka menapaki tangga menuju kamar... masing-masing."Jangan pernah melakukan hal kekanak-kanakkan seperti ini lagi! Tidak semua hal dapat kau ceritakan kepada orang tua tanpa mempertimbangkan akibatnya!" Ucap Jade menghentikan langkah Alicia.Alicia mendengus tawa dan berbalik menatap Jade. "Kekanak-kanakkan? Lalu bagaimana denganmu? Bukankah semua ini tidak terjadi jika kau tidak memelihara dendam gilamu itu? Kau pikir dengan mengurung Anna di rumah sakit jiwa dalam kamar gelap adalah perbuatan dewasa? Sepertinya kau sangat puas sekarang, karena dendammu sudah terbalaskan oleh kematiannya!"Rahang tegas itu mengetat dan lengan kekar itu tampak mengepal kuat dalam kegelapan. Jade mencekal kepergian Alicia dengan menarik tangannya."Ikut aku!" Alicia berjalan dan setengah berlari mengikuti langkah lebar Jade menu
Jade meremas kertas yang mendatangkan malapetaka untuknya dengan penuh amarah dan melemparkannya ke tong sampah. Ia berjalan menuju ruangan gym dan melayangkan tinjunya berulang kali pada punchbag, berniat mengalihkan pikiran kacaunya. Peluh yang membasahi sekujur tubuhnya tak cukup untuk menenangkannya. Berbagai olahraga berat satu persatu ia lakukan, tak kunjung meredakan pikiran yang begitu berkecamuk.Pukul dua dini hari, Alicia masih terjaga dalam kesedihan mendalam, menyendiri dalam keheningan di kamar. Bagaimana sekarang? Ia berpikir keras atas langkah yang harus ia ambil saat ini.Tidak! Mommy selalu berpesan padanya untuk tidak mengambil keputusan apapun disaat emosi menguasai diri, karena keputusan itu selalu cenderung salah! Dengan susah payah ia memaksakan diri untuk dapat terlelap.Malam yang berat baru saja berlalu, Alicia mengusap mata sembabnya. Akhirnya, kegelapan malam telah undur dari langit kota New York berganti sinar mentari cerah dan indah, tapi tidak dengan ha
Tangis Alicia pecah ketika mendengar penuturan Jade, bahwa... Mommy baru saja menghembuskan napas terakhirnya dua jam yang lalu. Marah? Tentu saja! Namun, tubuhnya tak cukup kuat lagi untuk mengamuk kepada Jade, bahkan sisa tenaga akibat shock tak cukup kuat untuk menopang tubuhnya saat ini.Kini ia duduk di samping tubuh Mommy yang terbujur kaku di ruangan yang dingin, sedingin jemari Mommy yang ia pegang erat saat ini. Sesekali ia mengguncang-guncang tubuh Mommy dan berteriak memanggil Mommy. Pemandangan yang sangat menyayat hati siapapun yang melihatnya."Mommy, jangan tinggalkan aku seperti ini! Aku tidak memiliki siapapun selain Mommy! Bangunlah... bangunlah, aku mohon bangunlah...!" Alicia kembali mengguncang tubuh Mommy dengan derai air mata yang membanjiri pipinya, mengabaikan Jade yang sedari tadi berupaya menenangkannya.Ia hanyut dalam tangis tergugu dan sesekali meracau dalam sisa kesadarannya, hingga semuanya terasa... gelap dan terdengar suara seorang pria yang meneriakk
Gemerlap dan semarak kota New York empat hari ini menyisakan sebuah ruang keheningan disuatu tempat. Dimana tak sedikitpun sukacita dan kenikmatan dapat menyentuhnya. Alicia menatap nanar pemandangan di hadapannya.Sudah empat hari Mommy dirujuk ke rumah sakit New York atas perintah Jade dan ditangani oleh tim medis terbaik, sesuai referensi yang diberikan oleh dokter Liam. Kondisi Mommy yang kian menurun membuat Alicia sangat khawatir. Pikiran buruk berkecamuk di dalam benaknya. Mommy yang hanya bangun sesekali dalam sehari dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur karena pengaruh obat dengan dosis tinggi, selalu menutup percakapan pelan dan lemahnya dengan meminta agar Alicia membawa Anna datang menemuinya.Dan dengan alasan yang sama pula Alicia menjawab Mommy, bahwa Anna sedang memiliki urusan yang tidak bisa ditinggalkan saat ini. Alicia telah berupaya untuk memohon kepada Jade, namun Jade tetap kepada pendiriannya dengan mengeraskan hati untuk tidak membiarkan Anna menemu
Jade membekap mulut Alicia dengan tangannya dari belakang dan merengkuhnya erat."Tunjukkan padaku, jurus apa yang akan kau lakukan bila berada dalam situasi ini, huh?" Alicia bergumam kesal di dalam hatinya. Jade benar-benar membuatnya kesal bermain-main dalam kegelapan seperti ini. Baiklah, sepertinya Alicia harus memberinya sedikit pelajaran.Alicia membuka mulutnya dan menggigit jemari Jade dengan sekuat tenaga, ia menyikut perut Jade dan melepaskan diri dengan gerakan cepat kala pria itu meringis kesakitan oleh gigitannya, kemudian melompati meja di hadapannya dan kini posisi mereka saling berseberangan."Stop!" seru Alicia saat Jade hendak melompati meja dan mendekatinya. Namun seruannya diabaikan Jade yang sekarang menindihnya di atas sofa dan mengunci pergerakannya."Aku akan membantu Mommy untuk menghukum kenakalan masa lalumu, agar kau tidak akan pernah berani melakukannya lagi sama sekali pada masa ini.""Itu hanya masa lalu, aku berjanji tidak akan pernah melakukannya lag