Dazzlene kembali menenggak gelas ketiganya. Sedangkan Alicia kembali menenggak gelas keenamnya. Baginya alkohol rendah seperti ini bukan tandingannya. Kesanggupan dirinya menyesap alkohol diperoleh saat ia masih dibangku kuliah.Berawal dari keisengannya mengikuti teman-temannya yang berpartisipasi dalam lomba minum bir di pasar malam yang berhadiah sejumlah uang. Membuatnya menjadi juara bertahan walaupun awalnya ia harus tumbang dengan berakhir menginap di rumah temannya dan itu berlangsung sampai ia menyelesaikan kuliahnya. Ia berhenti ketika dipergoki oleh Anthony dan mengancam akan memberitahu kepada Mommy bila Alicia tidak segera menghentikan kebiasaan liarnya itu.Melihat Dazzlene yang semakin meracau tak jelas membuat Alicia penasaran. Ia ingin menguji ketahanan toleransi alkohol ditubuhnya. Ia kemudian meminta segelas minuman kepada Joey persis seperti yang diminum Dazzlene.Rasanya cukup pahit, menyengat leher dan memanas dibagian perut. Satu gelas cukup baginya. Ya, hanya s
Senja menyapa, Jade kembali menghampiri pintu kamar yang sudah tidak terkunci setelah ia membawa makan siang untuk Alicia. Sama seperti sebelumnya, makanan masih tetap tertata rapi tak tersentuh sama sekali.Ia masih melihat Alicia yang meringkuk tidur di atas ranjang. Perasaan bersalah semakin menyelimutinya. Ia melangkah keluar kamar dan melakukan panggilan melalui interkom kepada Emily. Ia berpesan agar tidak seorangpun menemui atau masuk ke ruangannya.Jade bergerak perlahan ke atas ranjang dan merebahkan tubuh atletisnya di samping Alicia sejenak. Menatap mata sembab dan mengusap perlahan wajah letih wanita pujaannya dengan lirih.Tangisan panjang membuat Alicia begitu lelah. Tangisan yang membuatnya ingin berada dalam pelukan menenangkan dari Mommy. Dan entah mengapa, kehangatan yang begitu ia perlukan terasa nyata walau hanya dari dalam mimpi.Matahari telah menghilang dibalik senja. Meninggalkan jejak suka duka yang tersimpan rapat dalam memori. Mengambil pelajaran atas kesala
Suasana kejutan ulang tahun untuk Uncle Mark sukses di sebuah restoran berkonsep fine dining. Baru saja sesi toasting berlalu, keharmonisan rumah tangga terlihat begitu hangat dengan genggaman tangan yang tak lepas dari Uncle Mark kepada Aunty Valencia, tatapan mesra saat mata mereka beradu membuat siapapun iri melihatnya. Aunty Valencia yang akhirnya menyerah dengan bujuk rayu Anthony akhirnya mengikuti pilihan pria itu yang segera mereservasi restoran terbaik di kawasan yang tak terlalu jauh dari Cafe Sit & Chat. Semua rencana yang sudah disetting di sebuah restoran sederhana seketika berubah menjadi makan malam yang cukup mewah untuk Uncle Mark. Tentu saja tak luput dari campur tangan Anthony Franklin.Semua berbaur dalam hangatnya suasana kekeluargaan. Keceriaan terpancar dari raut wajah semua orang yang hadir di sana. Terkecuali Dazzlene, ada sedikit hal yang mengganggu entah karena ia merasa bukan dari bagian dari mereka. Alicia yang baru akan beranjak dari sebuah sudut ruang
Jauh di belahan bumi sana, Jade melakukan sebuah panggilan internasional kepada Jordan. Hatinya benar-benar tidak tenang, terlebih posisinya yang sedang jauh dari New York.Kepalan tangan yang begitu kuat menimbulkan guratan-guratan otot yang nampak jelas di punggung tangannya. "Jordan, jangan beritahu apapun lagi kepada si brengsek itu. Bersikaplah seperti biasa padanya, jangan menimbulkan kecurigaan. Aku akan membuat perhitungan dengannya tepat pada waktu yang kutentukan! Dan awasi orang-orang terdekatku termasuk Alicia Carter. Pastikan si pembunuh biadab dan si brengsek itu tidak hilang dalam pantauanmu. Terus informasikan kepadaku dan jangan sampai kehilangan jejak kedua manusia itu!""Baik Tuan Williams. Jangan khawatir! Aku akan melakukan tepat seperti perintahmu."Baru saja Jade tersenyum puas karena Detektif bayarannya telah menemukan pembunuh Jeanny beberapa minggu ini. Ia sedang sibuk memikirkan rencana balas dendam yang sedang ia lancarkan kepada targetnya. Namun ia harus
Jordan kembali memasuki lift pribadi yang terhubung langsung dengan Penthouse milik tuannya. Meninggalkan Alicia di sana.Ia meletakkan tasnya di atas meja. Baru saja ia menjejakkan dua langkah kaki di ruangan yang luas itu, sosok Jade tampil dengan keadaan yang tak seperti biasanya, ia terlihat agak... kacau, namun ketampanannya tak memudar sedikitpun.Alicia berjingkat melihat keberadaan Jade. Ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Tatapan mata Jade dengan kilat amarah dan sangat tajam menatapnya sangar. Baru saja ia menghadapi Anthony, kini ia harus berhadapan dengan amarah Jade, lagi? Alicia, kau sedang dalam masalah besar!Ia menyesal dengan kekhawatiran yang membawanya berada di tempat ini. Cara tercepat untuk melarikan diri dari tempat ini adalah melompat dari jendela dan itu sangat mengerikan. Sebab pintu lift di belakangnya tidak akan menutup cepat seperti pintu lemarinya. Alicia berusaha keras menenangkan diri, berharap ia dapat mengendalikan situasi ini. Jade yang se
"Kau tidak bisa melakukan ini padaku Jade! Kau benar-benar menyebalkan!" Alicia terus menggedor pintu kamar mandi. "Berhentilah berteriak atau aku akan keluar dan memberikan hukuman lain padamu!"Dasar badak bercula! Alicia menyugar rambutnya yang tergerai dan menghadap tembok. Ia tidak ingin tinggal seharian di Penthouse luas dan hening seperti ini, ia ingin ke kantor atau ia akan mati kebosanan di sini.Tak patah arang, Alicia kembali membalikkan badan dan menggedor pintu kamar mandi, namun urung oleh pemandangan di depannya yang telah berdiri dengan melipat kedua tangan di dada dan bersandar di kusen pintu. Pria yang hanya mengenakan handuk putih melingkar di pinggangnya, dengan rambut setengah basah dan tubuh atletisnya yang masih menyisakan sedikit percikan air dari shower tersebar di atas otot-otot yang sempurna itu. Don't you think it's... hot!Alicia membelalakkan matanya kaget. Dengan cepat ia membalikkan badannya. See! Sudah kuduga, banyak kotak di permukaan perutnya! Ouch
Alicia menggigit ujung kukunya terlihat gusar, berjalan mondar-mandir di depan ruang operasi. "Alice, duduklah apa kau tidak lelah berdiri?" Anna mengusap bahu Alicia berusaha menenangkannya.Dari sudut ruangan terlihat Dazzlene datang membawa makanan dan minuman. "Alicia makanlah, kau belum makan dari siang tadi.""Aku tidak lapar. Sudah 2 jam 35 menit Mommy di dalam. Mengapa operasi itu lama sekali?"Melihat sahabatnya yang sedang gelisah, Anna mendekap Alicia berusaha menyalurkan ketenangan untuknya. "Everything will be alright, sweetheart! Kami ada di sini untukmu.""Thanks." Jawab Alicia menyandarkan tubuh yang terasa lelah pada bahu Anna. "Glad to have both of you." Lirih Alicia."Aku akan ke toilet sebentar." Ujar Dazzlene sedikit terburu-buru, tidak dapat menahan diri lebih lama lagi untuk buang air kecil.Hampir genap 2 minggu, akhirnya Mommy mendapatkan ginjal yang cocok dengannya. Setelah melakukan serangkaian persiapan, hari ini Mommy dijadwalkan untuk melakukan transplant
Hubungan yang kuat dibangun atas dasar kepercayaan, bukan saling mengendalikan."Nona, mohon tunggu sebentar, aku akan segera kembali." Suara Jordan menyentak lamunan Alicia. Ia tidak menyadari Jordan yang menghentikan mobil di depan sebuah toko obat. "Mengapa ia harus bersikeras mengantarku pulang bila ia sedang sakit? Dasar diktator! Bahkan Jordan sungkan untuk meminta izin libur karena sakit." Gerutu Alicia dalam hatinya.Hujan rintik-rintik yang berubah semakin lebat disertai suara petir yang sesekali menggelegar, membuat Jordan tampak basah oleh guyuran air hujan."Jordan, apa kau sakit? Aku bisa naik Taxi dari sini. Kau pulanglah istirahat." Suara Alicia menghentikan gerakan Jordan."Tidak Nona Carter. Aku tidak sakit, kita akan melanjutkan perjalanan ke rumahmu." Jordan kembali melajukan mobil."Lalu apa yang kau bawa dari toko obat itu?" Alicia melayangkan pandangannya pada sebuah kantong plastik yang terletak di sebelah bangku kemudi. Kondisi yang gelap menyulitkannya untuk