Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (84)"Dina ikut Aa' aja lah, Dina kan nggak tau daerah sini, A'," sahut Dina."Kamu bisa pilih destinasi yang terkenal di Jakarta. Kalau saya sudah tamat semua seluk beluk Jakarta. Jadi nggak ada tempat yang ingin saya kunjungi," jawab Al lagi."Eum ... Keluarga Aa' kan banyak di Jakarta? Kenapa kita nggak mengunjungi mereka aja?" celetuk Dina.."Males saya, Din. Lagipula waktu lima jam nggak akan cukup buat nemuin mereka semua. Saya ingin menghabiskan waktu bersama kamu, Din ....""Ehm ... Iya juga ya, A', kalau begitu, kita ke Dufan aja ya? Dina penasaran deh!" ucap Dina menjatuhkan pilihan pada destinasi wisata yang sangat masyhur di Jakarta itu."Hah! Dufan, Din?""Iya, A', Dufan. Kenapa sih? Kok kaget gitu? Mahal ya?" tanya Dina polos sekaligus heran melihat ekspresi suaminya."Bukan soal itu, Din. Kamu mau belanja barang branded sepuas kamu pun ayo! Saya siap. Dari pada harus ke Dufan. Mau ngapain sih?""Ih, belanja doang mah di Surabaya
"Kenapa diam?" sahut Dina membuat Al tersadar."Nggak apa-apa.""Pasti nggak pernah, kan? Pasti Aa' sibuk kan sampai melewatkan masa muda yang begitu indah?" lanjut Dina lagi.Al hanya melirik malas."Memangnya kenapa kalau saya melewatkan masa muda? Nggak rugi juga kok? Buktinya sekarang saya bisa menikmati kesuksesan saya." Al menjawab jumawa."Benar, Aa' memang sama sekali tak rugi. Dan Dina juga tidak sedang membahas untung rugi. Dina hanya ingin membalikkan ucapan Aa' aja. Kalau dulu di masa muda Aa' menghabiskan waktu untuk hal-hal yang ingin Aa' capai di masa depan, maka saat sekarang semua itu sudah berada dalam genggaman, saatnya Aa' menebus apa yang Aa' pernah lewatkan," ucap Dina tak putus asa mengajak suaminya untuk menikmati wahana-wahana yang tersedia."Tapi saya nggak suka, Din!""Aa' nggak bisa menilai sebelum tahu rasanya. Dina pun belum pernah naik wahana-wahana ini, jadi Dina belum tahu, Dina suka apa nggak. Tapi Dina mau coba," jawab Dina.Al menghela nafas panjang
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (85)"Masih pusing, A'?" jawab Dina melihat suaminya yang langsung menghambur ke kasur saat mereka sampai di rumah."Lumayan," jawab Al singkat.Dina mendekati suaminya, meletakkan kepalanya di paha, kemudian memijatnya pelan. Merasa bersalah sebab telah memaksa suaminya bermain wahana."Maaf ya, A', gara-gara Dina Aa' jadi seperti ini," sesal Dina."Hem." Al menyahut singkat, sembari menikmati pijatan istrinya."Lagian Aa' sih, kurang ekspresif. Harusnya naik wahana tuh keluarkan ekspresinya. Teriak sekencang-kencangnya. Nggak usah gengsi, kan semua orang juga teriak? Itu untuk mengurangi rasa tegang kita. Kalau kita tegang, terus hanya diam aja, ya begini jadinya." Dina mengomel panjang kali lebar sambil terus memijat kepala suaminya."Jadi sebenarnya, kamu ini niat minta maaf atau ngomelin saya sih?"Dina terkekeh,"mungkin dua-duanya," sahutnya."Aneh!""Kok aneh?""Dua hal yang bertentangan dilakukan dalam waktu bersamaan oleh seorang yang
"Apa saya sudah pantas, Din?" tanya Al ragu."Apa yang membuat Aa' merasa tidak pantas? Semua orang pantas menjadi tamu Allah, A'.Al tertegun."Apalagi Aa' tergolong hamba yang mampu, sudah sepantasnya untuk mengunjungi rumah Allah sebagai upaya menyempurnakan ibadah," lanjut Dina lagi untuk lebih meyakinkan suaminya."Kalau begitu, bismillah, kita agendakan untuk Umrah dan Haji ya?" sahut Al mantap."Alhamdulillah ... Semoga segala sesuatunya dimudahkan ya, A'," balas Dina penuh haru."Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.Ngomong-ngomong ini kapan kamu bikinnya?" tanya Al seraya mencomot sambosa kedua untuk disantapnya."Kemarin, A'. Kan Dina pulang cepat. Jadi Dina bikin ini deh, terus disimpan di freezer. Kalau Aa' mau lagi masih banyak kok," jelas Dina.Al mengangguk-angguk paham."Kapan-kapan aja lagi. Sambosanya enak, tapi sekarang saya lagi pengen yang lebih enak dari sambosa," ucap Al dengan kerlingan mata nakalnya."Apa itu, A'?""Yang memasak sambosa.""Maksud Aa'?""Yang masak sambos
86Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (86)Tiga Minggu berlalu ....Hari demi hari dilalui oleh Al dan Dina dengan penuh cinta dan kasih. Merajut kisah untuk menggapai asa yang indah. Hari ini Al dan Dina menghadiri acara grand opening 'Jeju Experience Village' yang sudah Al bangun sejak sepulang dari bulan madu mereka di Korea."Kita mau ke mana sih, A'?" tanya Dina yang tidak tahu tujuan perjalanan mereka."Ke Malang.""Ngapain?""Menghadiri acara Grand Opening Villa yang saya bangun."Dina menganggukkan kepalanya."Berarti urusan kerjaan? Tumben Aa' ngajakin Dina?" tanya Dina heran."Memangnya kenapa? Kamu nggak suka saya libatkan dalam urusan kerja saya?" tanya Al balik."Bukan begitu, A', cuma nggak biasa aja," jawab Dina."Saya lagi pengen ngajak kamu aja, sekalian jalan-jalan, mumpung weekend kan?" sahut Al lagi.Dina tersenyum. "Sering-sering ya, A' ajak Dina jalan-jalan gini," sahut Dina seraya menyandarkan kepalanya di pahu suaminya manja."InsyaAllah. Asal kamu jang
"Iya, kamu ikut Mbak Lintang ini ya, untuk dirias. Acara baru akan mulai dua jam lagi. Saya tinggal mengecek persiapannya dulu," ucap Al pada Dina."Kenapa pakai dirias-rias segala sih, A'?" bisik Dina."Nggak apa-apa, ini hari yang spesial, saya juga ingin kamu tampil spesial. Dah, kamu ikut sama Mbak Lintang ya, pastikan ponsel selalu aktif. Saya tinggal mengecek persiapan."Tak ada pilihan lain, Dina hanya mengikuti perintah suaminya. Entah bagaimana acara yang akan digelar hari ini, sehingga ia sampai harus dirias seperti ini."Mungkin Aa' Al ingin aku tampil maksimal di depan rekan bisnisnya, aku harus melakukan yang terbaik untuk suamiku. Aku harus menjaga marwahnya. Aku nggak boleh membuat Aa' Al malu memiliki istri sepertiku, bahkan aku harus bisa membuatnya bangga terhadapku," batin Dina."Bagaimana, Bu? Bisa kita mulai sekarang?" tanya Mbak Lintang menyadarkan Dina dari lamunan."Bisa, ayo, Mbak!" Dina menjawab dengan penuh antusias.Lintang lalu membawa Dina ke sebuah kamar
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (87)"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat datang saya ucapkan kepada seluruh hadirin sekalian. Alhamdulillah, puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita semua kesehatan dan kesempatan untuk bisa berkumpul di tempat ini dalam rangka "Grand Opening Jeju Experience Village" yang diselenggarakan di siang hari ini. Di kesempatan kali ini saya tidak akan berbicara banyak, melainkan saya akan sedikit bercerita tentang latar belakang dibangunnya Jeju Experience Village ini. Hal yang menginspirasi saya untuk membangun Jeju experience Village ini adalah saat Saya dan istri melakukan kunjungan ke kota Jeju di Korea Selatan, Kemudian kami bermalam di sebuah hotel dengan tema klasik Korea.Bangunan dengan bahan dasar kayu itu memberikan kesan nyaman tersendiri, dari situlah saya mulai terinspirasi untuk membangun hal yang serupa di Indonesia. Akan tetapi itu bukan alasan utama. Alasan utama saya mem
Al melirik ke arah istrinya, tampak Dina di sisinya mulai kelelahan, "Kamu mau turun?" tawar Al."Nggak usah, A', dikit lagi kan, Dina nggak apa-apa kok.""Kamu yakin?""Dina yakin, A'."Keduanya kembali menyalami beberapa orang yang mengucapkan selamat, hingga di urutan terakhir Dina dibuat terkejut dengan pemandangan di hadapannya."Kakak?" gumam Dina seraya menutup mulutnya dengan telapak tangan, tak menyangka akan bertemu dengan kedua kakaknya di event ini.Ia lalu menoleh ke arah suaminya dengan pandangan menuntut jawaban."Kamu ingat, saya pernah cerita bahwa kedua kakak kamu saya tugaskan untuk memandori salah satu proyek saya di Malang? Proyek inilah yang saya maksud," ungkap Al membuat Dina semakin terkejut."Jadi, mereka berdua hadir di sini sebagai bagian dari tim yang sudah berkontribusi dalam proyek ini. Maaf, saya sengaja melakukan ini semua tanpa sepengetahuan kamu, karena menurut saya ini waktu yang tepat untuk kalian kembali bertemu," lanjut Al membuat Dina memandang
Bab 45 PRUK"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma sholli 'Alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad. Ushikum wa nafsii bi taqwAllah, faqod faazal muttaqun.Uzawaijuka 'ala maa amaraAllahu bihi min imsakin bima'rufin au tashrihin bi ihsan.Ya Ali Zainal Abidin Bin Kyai Husein, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka ibnati Kamila Cahaya Alfahri binti Alfaro Putra Al-fahri, alaa mahri 1 milyun rubiyah, haalan.""Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Gus Zianal menjawab kalimat ijab dalam sekali tarikan nafas dan penuh kefasihan."Bagaimana saksi, sah?"Sah!Sah!Sah!Alhamdulillahi rabbil 'Aalamiin, baarkallahu laka wabaaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair."Doa doa baik dipanjatkan oleh orang-orang tua dan masyayikh yang hadir. Semuanya turut bahagia atas pernikahan putra kyai Husain.Kamila yang menunggu di atas pelaminan bersama bunda dan mertuanya mengikuti seiap rangkaian acara dengan khidmat. Ia tak berhenti memanjatkan doa di waktu yang hadi
Bab 44 PRUKSebuah cincin berbahan emas baru saja dilingkarkan di jari manis kiri Kamila oleh Bu Nyai Hana, sebagai simbol bahwa kini Kamila sudah berada dalam pinangan putranya, Gus Zainal.Segala doa dipanjatkan untuk kebaikan keduanya, seluruh keluarga terlihat bahagia atas keputusan Gus Zainal dan Kamila yang pada akhirnya memutuskan untuk segera melaksanakan pernikahan.Tanggal pernikahan telah disepakati, begitu juga dengan bagaimana konsepnya. Rencana gus Zainal dan Kamila untuk melaksanakan program riyadhoh sebelum pernikahan dilangsungkan juga disetujui bahkan didukung oleh seluruh pihak keluarga.Setelah selesai sesi lamaran, Kamila langsung dibawa oleh pihak keluarga Gus Zainal, bukan sebagai pengantin yang diboyong ke tempat suaminya, melainkan sebagai calon santriwati program riyadhoh selanjutnya.Sesampainya di pesantren, Gus Zainal segera mengantar calon istrinya ke tempat di mana ia akan menghabiskan waktu selama 40 hari ke depan."Sudah siap?" tanya Gus Zainal."Insya
Bab 43 PRUK"Saya hanya ingin Gus bahagia, dengan menikahi wanita pilihan Gus. Saya tidak ingin menghalangi kebahagian Gus dengan melanjutkan perjodohan ini." setelah beberapa saat, akhirnya Kamila menjawab dengan kalimat yang terdengar ambigu.Gus Zainal terdiam, ia memperhatikan Kamila dengan seksama, "Kamila terkesan menjaga jarak denganku, bahkan dia terlihat segan dan canggung, berbeda dengan Kamila yang kukenal sebelumnya. Kamila yang ceria, yang kocak, yang asal jiplak kalau bicara.Kamila yang dihadapanku ini terkesan pendiam, hanya berbicara seperlunya, terkesan membentengi dirinya dariku. Dia bahkan mengganti kata ganti untuk dirinya dari 'aku' beubah menjadi 'saya'.Entah mengapa, mungkinkah ini akibat dari kejadian yang baru menimpanya, atau mungkin ini sudah menjadi keputusannya? Aku tidak tahu. Tapi hatiku, mengharapkan Kamila yang dulu, yang apa adanya, yang telah berhasil mencuri hatiku. "Bagaimana jika bahagiaku ada padamu, Kamila?" tanya gus Zainal kemudian.Kamila
Bab 42 PRUK"Ayah ... Ayah tenang dulu, ya." Gus Zainal mencoba menenangkan Ayah Kamila yang semakin tergugu."Saya menyesal, Gus ... kenapa harus Kamila yang menjadi korban atas dosa-dosa masa lalu saya? Saya malu, Gus ... saya malu dengan Kyai Husain, saya malu sama njenengan, Gus ...."Ayah Kamila kembali mengungkapkan isi hatinya. Tangisnya pecah, ia merasa gagal sebagai seorang ayah.Addina yang mendengar ratapan suaminya turut teriris hatinya. Dia tahu betul, bahwa suaminya sangat mengharapkan perjodohan ini. Harapan terbesarnya adalah mengantar Kamila sampai ke pelaminan, dan bersanding dengan lelaki yang tepat, yang mampu memimpin Kamila dan mengarahkannya pada kebaikan.Perjodohan dengan Gus Zainal adalah salah satu cara yang ia harapkan dapat menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya."Tolong, Gus ... tolong sampaikan maaf saya pada Kyai Husein. Maaf karena terpaksa perjanjian perjodohan ini harus berakhir sampai di sini." Alfaro melanjutkan kalimatnya."Ayah ... jika memang
Bab 41 PRUKKamila menceritakan semua dari awal sampai akhir, tanpa ada sedikitpun yang ditutupinya. Walaupun dengan penuh drama, sembari terus terisak penuh penyesalan, namun Kamila memutuskan untuk mengakhiri semua dramanya.Kejadian yang baru saja menimpanya membuatnya sadar, bahwa jalan yang ia pilih selama ini adalah salah.Dion, lelaki yang selalu dipuja-pujanya, justru merupakan lelaki yang hampir saja merusak diri dan masa depannya.Rasa syukur dan terima kasih tak henti ia ucapkan pada Allah, kedua orang tua dan Gus Zainal, karena tanpa jasa mereka, Kamila tak dapat membayangkan lagi apa yang akan terjadi dalam hidupnya."Astaghfirullah, Kamila ... Kamu—!" Ayah Kamila tak dapat menahan amarah, setelah mendengarkan cerita Kamila, ia menyimpulkan, bahwa semuanya bermula dari kecerobohan putrinya.Ia menarik nafas panjang, lalu kembali membuangnya kasar. Berusaha meredam emosi yang tiba-tiba menguasai jiwa."Berapa kali Ayah bilang sama kamu, jauhi Dion, Kamila ... jauhi Dion! T
Bab 40 PRUKGus Zainal melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dadanya masih bergemuruh, tiap kali membayangkan apa yang telah Dion lakukan pada Kamila.Melalui spion tengah, ia melirik Kamila yang masih terlelap dalam tidurnya."Nyenyak tidur Kamila sangat tidak normal, besar kemungkinan Dion menabur obat tidur di dalam makanan atau minuman Kamila.Seharusnya hal ini cukup membuat hatiku, lega, karena itu artinya, apa yang terjadi, bukan atas dasar keinginan Kamila.Tapi tetap saja, hati ini begitu kecewa. Mendapati kenyataan bahwa Kamila berada di sebuah ruangan bersama lelaki lain. Tak hanya itu, dia bahkan sudah disentuh-sentuh," gumam Gus Zainal dalam hati"Aaaarrrrrrrgggghhhh!" ia berteriak penuh amarah sembari memukul setir. Merasa emosinya tak stabil, ia menepikan mobil, sejenak menenangkan diri dari serangan emosi."Ya Allah ... kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kamila? Aku telah gagal menjaga Kamila, aku telah gagal mengemban amanah yang Abah berikan padaku. Dan saya
Bab 39 PRUKSetelah puas bermain-main dengan kepala Kamila, kini tangan Dion turun membelai pipi Kamila. Membuat gadis itu semakin meronta di alam bawah sadarnya. "Cantik," gumamnya pelan dengan suara yang semakin memberat, tanda ia mulai berhasrat."Ah, rasanya aku udah nggak tahan lagi lihat Kamila tergeletak tak berdaya seperti ini. Sebaiknya aku segera eksekusi," gumam Dion seraya membuka pakaian yang dikenakannya. Lalu menyibak selimut yang membalut tubuh Kamila, menampilkan setiap lekukan dari tubuh moleknya.Dion tersenyum puas memandangnya. Matanya semakin menggelap, dan ingin segera melangsungkan aksinya.Melihat kaki putih jenjang Kamila yang hanya terbuka separuh membuat sisi lelaki Dion semakin menyala, bulu-bulu halus yang tumbuh di sana mulai dibelai-belainya. Menimbulkan sensasi nikmat tersendiri baginya. Dion memejamkan mata, merasakan halus kulit tubuh Kamila.Perlahan posisi tubuh Dion sudah berada di atas tubuh Kamila, mulai memandangi wajah cantiknya yang tengah t
Bab 38 PRUK"Di ... please ... kamu mau ngapain?" tanya Kamila semakin ketakutan."Santai aja, Mil ... Aku cuma mau nolongin kamu kok," ucapin seraya merangkul dengan Kamila. Akan tetapi dengan cepat Kamila menjauhkan tubuhnya dari sentuhan Dion."Jangan sentuh aku, Di!" ucapnya lantang.Akan tetapi hal itu tak membuat Dion menjadi gentar, ia justru semakin mempermainkan perasaan Kamila, "rileks, Mil, santai aja ... aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuma mau bantuin kamu kok. Ayo sini, kamu jangan terlalu lama di sini dengan pakaian seperti ini, kamu bisa masuk angin nanti, ingat, kamu habis kehujanan." Dion menyampaikan kalimatnya dengan suara yang sangat lembut, membuat Kamila seketika merasa luluh, seolah tengah terhipnotis dengan perlakuan Dion, walau dalam hati ia tetap was-was.Kamila mengikuti langkah Dion yang memapahnya ke tepi ranjang, kemudian menggunakan selimut untuk membalut tubuhnya.Setelah itu ia melangkah ke arah nakas dan mengambil segelas minuman hangat yang
Bab 37 PRUK"Assalamualaikum, Gus ... Maaf apa sudah ada perkembangan?" Ayah Kamila kembali bertanya dari telepon sebab desakan istrinya. Bunda Kamila terus mengeluhkan hatinya yang tak bisa tenang, seolah memiliki firasat yang kuat akan kondisi putrinya yang tak baik-baik saja."Waalaikumsalam, Ayah. Ini saya masih terus melanjutkan pencarian. Tadi melalui cctv toko alat tulis milik Pesantren, kami mendapatkan jejak. Kamila pergi menggunakan mobil, seseorang telah menjemputnya dan saya curiga dia adalah Dion." Gus Zainal mencoba menjelaskan perkembangan pencarian putri Pak Alfaro tersebut."Dion? Jadi Gus Zainal juga kenal dengan Dion?" Ayah Kamila terdengar sedikit terkejut."Iya, Yah. Kamila sering bercerita tentang Dion, bahkan kami sempat saling bertemu dan berkenalan," jelas Gus Zainal disambut ucapan istighfar oleh Ayah Kamila."Astaghfirullah, Kamila ... Maaf ya, Gus, saya benar-benar nggak ngerti dengan pola pikir Kamila. Saya sengaja memasukkannya ke Pesantren demi bisa menj