"Vio mana, Ren?" tanya Al tak mendapati sepupunya di sana.
"Udah di dalem, tadi Dina butuh tambahan darah, jadi Vio langsung dibawa masuk," jawab Reno membuat Al kembali tertunduk."Sorry ya, Ren, harusnya malam ini menjadi malam pertama yang indah buat kalian, tapi kalian justru ada di sini buat gue dan Dina. Thanks ya," ucap Al tulus."Its okey, Bro! Lo nggak usah pikirkan itu, lebih baik sekarang lo fokus sama Dina," balas Reno membuat Al teringat sesuatu.Ia segera merogoh saku untuk mengambil ponsel dari sana, kemudian mencari nama "Panti Asuhan Arrahmah" dari kontaknya, tak lama kemudian ia tampak berbincang dengan seseorang di seberang sana.Setelah selesai mengobrol, jari Al beralih membuka salah satu aplikasi i banking yang ada di ponselnya, kemudian mentransferkan sejumlah uang sebagai sedekah untuk kesembuhan dan keselamatan istrinya."Setidaknya, jika Tuhan enggan menerima doa pendosa seperti gue, Tuhan pasti menerimaAl segera mengayun langkahnya untuk menemui dokter di ruangan. "Ini sungguh keajaiban, Pak. Tadi, hampir saja kami pesimis pasien akan selamat, sebab pasien sempat mengalami Syok hipovolemik, di mana, jantung tak mampu lagi memasok darah untuk tubuh disebabkan volume darah yang terus berkurang. Tapi dengan Kuasa Allah, pasien bisa diselamatkan.Kami ucapkan selamat ya, Pak, atas kelahiran putri pertamanya. Dia adalah anugerah terindah untuk kedua orang tuanya, dia lahir sempurna, walau diusia yang belum sempurna.Saya harap Bapak tabah, diangkatnya rahim ibu bukanlah sebuah akhir kebahagiaan, sebab bahagia bukan tentang seberapa banyak keturunan yang didapatkan, akan tetapi seberapa berkualitas keturunan yang dihasilkan. Semoga Ananda menjadi putri yang berbakti dan membanggakan, ya, Pak." dr. Menyampaikan harapannya tulus."Aamiin, terima kasih, Dok ""Sama-sama, Pak.""Oh iya, apa saya sudah bisa menemui putri saya?" tanya Al
"Oh ya, berhubung kondisi bayi sudah cukup stabil, kami akan memberi Bapak waktu untuk mengazankan dan membacakan iqamah untuk bayi Bapak, sekaligus menerapkan metode menggendong kangguru untuk perawatan bayi prematur yang baru lahir.Seharusnya perawatan metode kanguru ini dilakukan oleh ibu, akan tetapi sebab Ibu dari bayi masih berhalangan untuk melakukannya, maka bisa diwakilkan oleh ayah.Nah untuk melakukan serangkaian itu semua, kami akan memberikan waktu selama 30 menit sampai dengan 1 jam, tergantung kondisi bayi nantinya. Oleh karena itu, bapak bisa bersiap-siap mulai sekarang ya,dengan membersihkan tubuh terlebih dahulu dan memastikan semuanya steril.""Baik, Sus. Saya langsung siap-siap sekarang, saya sudah tak sabar ingin segera menyentuhnya," ucap Al bersemangat."Baik, Pak. Mari saya antar."Selanjutnya Al diantar oleh suster ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan mengenakan pakaian steril. Setelah itu suster mempersil
Extra PartSudah terhitung tiga hari sejak kelahiran Kamila ke dunia. Kondisi Dina berangsur membaik. Ia bahkan sudah bisa duduk dan berjalan ke kamar mandi sendiri, tentunya tetap dengan pengawasan suaminya.Hanya saja Dina masih belum terlihat bahagia, sebab antara ruangannya dan ruangan bayinya masih harus dipisah. Kondisi bayi yang lahir prematur membuatnya harus ditahan untuk dirawat di NICU, membuat waktu untuk berjumpa dengan Bunda dan Ayahnya sangat terbatas.Seperti pagi ini, hal yang pertama kali diminta Dina saat membuka mata adalah menemui putrinya. Putri yang digadang-gadang akan menjadi anak semata wayangnya, sebab rahimnya sudah diangkat dan dinyatakan tidak bisa hamil untuk selamanya."Sabar ya, Din, ini masih terlalu pagi, kamu bersih-bersih dulu, terus sarapan, tunggu dokter visite, baru kita main ke Kamila, oke?" ucap Al merayu istrinya agar tetap sabar dan tidak memaksakan diri untuk datang ke NICU di pagi buta."Tapi, A', Dina tuh pengen deh, liatin anak kita wakt
Al memencet bel ruang NICU, tak lama kemudian, seorang perawat membuka pintu."Orang tua bayi Ny. Addina, ya?" Tebak perawat tersebut sebab sudah sangat hafal dengan kedua orang tua Kamila yang masuk nominasi orang tua paling sering mengunjungi bayinya di ruang nicu."Iya, Sus, saya mau ketemu anak saya," ucap Dina dari atas kursi rodanya."Baik, Bu, tapi tunggu sebentar ya, kami masih sedang memandikan para bayi, sehingga kami membutuhkan privasi untuk itu. Jadi Ibu tunggu sampai selesai proses perawatan bayinya ya, Bu,"ucap perawat tersebut menangguhkan permintaan Addina.Mendengar kata 'memandikan bayi' membuat mata Dina seketika berbinar. " termasuk anak saya juga, Sus?" tanya Dina antusias.."Benar, Bu. Sebentar ya, kami akan segera informasikan kalau sudah selesai," ucap Suster tersebut kemudian berniat beranjak pergi. Akan tetapi dengan cepat Dina mencegah."Sus!" panggilnya membuat suster mengurungkan niat untuk melangkah."Iya, Bu?"" Boleh saya ikut serta memandikan putri sa
"Lagian Tuhan ngapain nyuruh hambanya sholat pake ngatur waktunya segala? Bikin repot aja!" –Kamila"Bukan Tuhan yang bikin aturan repot, tapi kamunya yang repot diatur!" –Alfaro, Ayah Kamila.***********Kamila POV"Jam berapa ini, Kamila? Kenapa baru pulang?"Deg!Suara bariton yang kadang menyeramkan dan kadang ngangenin itu tiba-tiba terdengar di telinga bersamaan dengan lampu ruang tengah yang tiba-tiba menyala, menampakkan diriku yang berjalan mengendap-endap layaknya seorang pencuri di rumah sendiri.Suara bariton itu milik Ayahku, dia pasti sedang mengunggu kedatanganku. Alamaak! Mati aku! Alamat dapat sanksi lagi nih.Kutegakkan tubuh yang semula tertunduk, memberanikan diri menatap mata yang menatapku nyalang layaknya Elang yang menemukan mangsanya dan siap menerkam."Ngapain ngendap-ngendap begitu? Takut ketahuan? Iya!" cecarnya membuatku semakin menciut. Beginilah aku, walau title ku 'anak brandalan' tapi di depan Ayah aku hanyalah remahan rengginang yang nyasar di kaleng
Bab 2 PRUKGus Zainal POV"What?!" Gadis yang kutebak sebagai Kamila itu memekik terkejut kala aku memperkenalkan diri sebagai calon suaminya. Sepertinya dugaanku benar, dialah Kamila, gadis yang kelak akan menjadi pendampingku dalam mengarungi bahtera rumah tangga.Gadis yang cantik dan tampaknya sholihah, sebab baru masuk waktu Dhuha saja dia sudah siap dengan mukenanya. Jika sepagi ini dia sudah melakukan shalat Dhuha, artinya dia gadis yang disiplin, bukan? Sungguh calon istri idaman.Wajahnya cantik alami, terlihat natural tanpa riasan ala cewek-cewek masa kini, yang poles kanan poles kiri sampai hilang bentuk muka yang asli. Mungkin sebab dia baru selesai shalat, sehingga cantik yang terpancar murni dari cahaya air wudhunya.Dan lagi ... Kalau dilihat-lihat dia memiliki wajah yang imut, sepertinya dia masih muda, mungkin sepuluh tahun di bawahku atau bahkan lebih. Tak mengapa, perbedaan usia tak menjadi masalah, justru biasanya, wanita yang usianya cukup terpaut jauh dari pasan
Bab 3 PRUK"Gila ... Gila ... Gila! Ini bener-bener gila! Bisa-bisanya sih Ayah kepikiran hal segila ini? Pesantren Ramadhan? Perjodohan? Apa-apaan ini?!" gerutu Kamila dalam hati. Kini, gadis yang biasanya hidup di jalanan itu terpaksa harus duduk di sebuah mobil, dan melakukan perjalanan ke sebuah tempat yang enggan dikunjunginya.Sebuah pesantren yang di matanya layaknya sebuah penjara. Tempat dengan penuh aturan dan juga tuntutan, dua hal yang sangat dibencinya. Parahnya lagi, dia dipaksa harus tinggal di sana selama hampir dua bulan."Mimpi apa aku semalam Ya Tuhan ... Bisa-bisanya aku terjebak dalam situasi sulit seperti ini? Mana mungkin aku bisa tahan tinggal di penjara itu? Dan lagi, perjodohan? Di era kekinian masih ada istilah perjodohan? Sungguh amat sangat membagongkan!" batin Kamila seraya melirik lelaki di sisinya. Lelaki yang ia juluki sebagai pengacau sebab pagi-pagi sudah datang dan mengacau hidupnya.Tadi, ayahnya sudah menjelaskan bahwa Gus Zainal adalah lelaki pi
Bab 4 PRUK"Astagfirullah, Kamila!" pekik Gus Zainal terkejut. Tubuhnya mendadak menegang, merasakan tangan dan kepala Kamila yang tiba-tiba sudah bersentuhan dengan tubuhnya. Walau terhalang helai kain dari baju yang dikenakannya, tapi tetap saja hangat dari suhu tubuh Kamila dapat dirasakannya.Detak jantungnya mendadak berpacu lebih cepat, ia lelaki normal, yang sudah hampir tiga puluh tahun membujang tanpa belaian. Tentu sentuhan seorang wanita membuat tubuhnya bereaksi."Kamila, lepas, ya," pinta Gus Zainal dengan suara sedikit bergetar, seraya sedikit menarik tangannya dari dekapan Kamila, namun gadis itu menahannya, hatinya bersorak penuh kemenangan memandang ekspresi tegang wajah lelaki di sisinya."Aku nggak akan lepasin tangan Gus sebelum Gus menyetujui permintaanku," ancam Kamila yang ia anggap mampu menggertak pertahanan Gus Zainal."Kamila, kita bukan muhrim!" ucap Gus Zainal tegas."Nggak akan, Sayang, aku nggak akan melepaskannya sebelum kamu menuetujui permintaanku," b
Bab 45 PRUK"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma sholli 'Alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad. Ushikum wa nafsii bi taqwAllah, faqod faazal muttaqun.Uzawaijuka 'ala maa amaraAllahu bihi min imsakin bima'rufin au tashrihin bi ihsan.Ya Ali Zainal Abidin Bin Kyai Husein, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka ibnati Kamila Cahaya Alfahri binti Alfaro Putra Al-fahri, alaa mahri 1 milyun rubiyah, haalan.""Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Gus Zianal menjawab kalimat ijab dalam sekali tarikan nafas dan penuh kefasihan."Bagaimana saksi, sah?"Sah!Sah!Sah!Alhamdulillahi rabbil 'Aalamiin, baarkallahu laka wabaaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair."Doa doa baik dipanjatkan oleh orang-orang tua dan masyayikh yang hadir. Semuanya turut bahagia atas pernikahan putra kyai Husain.Kamila yang menunggu di atas pelaminan bersama bunda dan mertuanya mengikuti seiap rangkaian acara dengan khidmat. Ia tak berhenti memanjatkan doa di waktu yang hadi
Bab 44 PRUKSebuah cincin berbahan emas baru saja dilingkarkan di jari manis kiri Kamila oleh Bu Nyai Hana, sebagai simbol bahwa kini Kamila sudah berada dalam pinangan putranya, Gus Zainal.Segala doa dipanjatkan untuk kebaikan keduanya, seluruh keluarga terlihat bahagia atas keputusan Gus Zainal dan Kamila yang pada akhirnya memutuskan untuk segera melaksanakan pernikahan.Tanggal pernikahan telah disepakati, begitu juga dengan bagaimana konsepnya. Rencana gus Zainal dan Kamila untuk melaksanakan program riyadhoh sebelum pernikahan dilangsungkan juga disetujui bahkan didukung oleh seluruh pihak keluarga.Setelah selesai sesi lamaran, Kamila langsung dibawa oleh pihak keluarga Gus Zainal, bukan sebagai pengantin yang diboyong ke tempat suaminya, melainkan sebagai calon santriwati program riyadhoh selanjutnya.Sesampainya di pesantren, Gus Zainal segera mengantar calon istrinya ke tempat di mana ia akan menghabiskan waktu selama 40 hari ke depan."Sudah siap?" tanya Gus Zainal."Insya
Bab 43 PRUK"Saya hanya ingin Gus bahagia, dengan menikahi wanita pilihan Gus. Saya tidak ingin menghalangi kebahagian Gus dengan melanjutkan perjodohan ini." setelah beberapa saat, akhirnya Kamila menjawab dengan kalimat yang terdengar ambigu.Gus Zainal terdiam, ia memperhatikan Kamila dengan seksama, "Kamila terkesan menjaga jarak denganku, bahkan dia terlihat segan dan canggung, berbeda dengan Kamila yang kukenal sebelumnya. Kamila yang ceria, yang kocak, yang asal jiplak kalau bicara.Kamila yang dihadapanku ini terkesan pendiam, hanya berbicara seperlunya, terkesan membentengi dirinya dariku. Dia bahkan mengganti kata ganti untuk dirinya dari 'aku' beubah menjadi 'saya'.Entah mengapa, mungkinkah ini akibat dari kejadian yang baru menimpanya, atau mungkin ini sudah menjadi keputusannya? Aku tidak tahu. Tapi hatiku, mengharapkan Kamila yang dulu, yang apa adanya, yang telah berhasil mencuri hatiku. "Bagaimana jika bahagiaku ada padamu, Kamila?" tanya gus Zainal kemudian.Kamila
Bab 42 PRUK"Ayah ... Ayah tenang dulu, ya." Gus Zainal mencoba menenangkan Ayah Kamila yang semakin tergugu."Saya menyesal, Gus ... kenapa harus Kamila yang menjadi korban atas dosa-dosa masa lalu saya? Saya malu, Gus ... saya malu dengan Kyai Husain, saya malu sama njenengan, Gus ...."Ayah Kamila kembali mengungkapkan isi hatinya. Tangisnya pecah, ia merasa gagal sebagai seorang ayah.Addina yang mendengar ratapan suaminya turut teriris hatinya. Dia tahu betul, bahwa suaminya sangat mengharapkan perjodohan ini. Harapan terbesarnya adalah mengantar Kamila sampai ke pelaminan, dan bersanding dengan lelaki yang tepat, yang mampu memimpin Kamila dan mengarahkannya pada kebaikan.Perjodohan dengan Gus Zainal adalah salah satu cara yang ia harapkan dapat menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya."Tolong, Gus ... tolong sampaikan maaf saya pada Kyai Husein. Maaf karena terpaksa perjanjian perjodohan ini harus berakhir sampai di sini." Alfaro melanjutkan kalimatnya."Ayah ... jika memang
Bab 41 PRUKKamila menceritakan semua dari awal sampai akhir, tanpa ada sedikitpun yang ditutupinya. Walaupun dengan penuh drama, sembari terus terisak penuh penyesalan, namun Kamila memutuskan untuk mengakhiri semua dramanya.Kejadian yang baru saja menimpanya membuatnya sadar, bahwa jalan yang ia pilih selama ini adalah salah.Dion, lelaki yang selalu dipuja-pujanya, justru merupakan lelaki yang hampir saja merusak diri dan masa depannya.Rasa syukur dan terima kasih tak henti ia ucapkan pada Allah, kedua orang tua dan Gus Zainal, karena tanpa jasa mereka, Kamila tak dapat membayangkan lagi apa yang akan terjadi dalam hidupnya."Astaghfirullah, Kamila ... Kamu—!" Ayah Kamila tak dapat menahan amarah, setelah mendengarkan cerita Kamila, ia menyimpulkan, bahwa semuanya bermula dari kecerobohan putrinya.Ia menarik nafas panjang, lalu kembali membuangnya kasar. Berusaha meredam emosi yang tiba-tiba menguasai jiwa."Berapa kali Ayah bilang sama kamu, jauhi Dion, Kamila ... jauhi Dion! T
Bab 40 PRUKGus Zainal melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dadanya masih bergemuruh, tiap kali membayangkan apa yang telah Dion lakukan pada Kamila.Melalui spion tengah, ia melirik Kamila yang masih terlelap dalam tidurnya."Nyenyak tidur Kamila sangat tidak normal, besar kemungkinan Dion menabur obat tidur di dalam makanan atau minuman Kamila.Seharusnya hal ini cukup membuat hatiku, lega, karena itu artinya, apa yang terjadi, bukan atas dasar keinginan Kamila.Tapi tetap saja, hati ini begitu kecewa. Mendapati kenyataan bahwa Kamila berada di sebuah ruangan bersama lelaki lain. Tak hanya itu, dia bahkan sudah disentuh-sentuh," gumam Gus Zainal dalam hati"Aaaarrrrrrrgggghhhh!" ia berteriak penuh amarah sembari memukul setir. Merasa emosinya tak stabil, ia menepikan mobil, sejenak menenangkan diri dari serangan emosi."Ya Allah ... kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kamila? Aku telah gagal menjaga Kamila, aku telah gagal mengemban amanah yang Abah berikan padaku. Dan saya
Bab 39 PRUKSetelah puas bermain-main dengan kepala Kamila, kini tangan Dion turun membelai pipi Kamila. Membuat gadis itu semakin meronta di alam bawah sadarnya. "Cantik," gumamnya pelan dengan suara yang semakin memberat, tanda ia mulai berhasrat."Ah, rasanya aku udah nggak tahan lagi lihat Kamila tergeletak tak berdaya seperti ini. Sebaiknya aku segera eksekusi," gumam Dion seraya membuka pakaian yang dikenakannya. Lalu menyibak selimut yang membalut tubuh Kamila, menampilkan setiap lekukan dari tubuh moleknya.Dion tersenyum puas memandangnya. Matanya semakin menggelap, dan ingin segera melangsungkan aksinya.Melihat kaki putih jenjang Kamila yang hanya terbuka separuh membuat sisi lelaki Dion semakin menyala, bulu-bulu halus yang tumbuh di sana mulai dibelai-belainya. Menimbulkan sensasi nikmat tersendiri baginya. Dion memejamkan mata, merasakan halus kulit tubuh Kamila.Perlahan posisi tubuh Dion sudah berada di atas tubuh Kamila, mulai memandangi wajah cantiknya yang tengah t
Bab 38 PRUK"Di ... please ... kamu mau ngapain?" tanya Kamila semakin ketakutan."Santai aja, Mil ... Aku cuma mau nolongin kamu kok," ucapin seraya merangkul dengan Kamila. Akan tetapi dengan cepat Kamila menjauhkan tubuhnya dari sentuhan Dion."Jangan sentuh aku, Di!" ucapnya lantang.Akan tetapi hal itu tak membuat Dion menjadi gentar, ia justru semakin mempermainkan perasaan Kamila, "rileks, Mil, santai aja ... aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuma mau bantuin kamu kok. Ayo sini, kamu jangan terlalu lama di sini dengan pakaian seperti ini, kamu bisa masuk angin nanti, ingat, kamu habis kehujanan." Dion menyampaikan kalimatnya dengan suara yang sangat lembut, membuat Kamila seketika merasa luluh, seolah tengah terhipnotis dengan perlakuan Dion, walau dalam hati ia tetap was-was.Kamila mengikuti langkah Dion yang memapahnya ke tepi ranjang, kemudian menggunakan selimut untuk membalut tubuhnya.Setelah itu ia melangkah ke arah nakas dan mengambil segelas minuman hangat yang
Bab 37 PRUK"Assalamualaikum, Gus ... Maaf apa sudah ada perkembangan?" Ayah Kamila kembali bertanya dari telepon sebab desakan istrinya. Bunda Kamila terus mengeluhkan hatinya yang tak bisa tenang, seolah memiliki firasat yang kuat akan kondisi putrinya yang tak baik-baik saja."Waalaikumsalam, Ayah. Ini saya masih terus melanjutkan pencarian. Tadi melalui cctv toko alat tulis milik Pesantren, kami mendapatkan jejak. Kamila pergi menggunakan mobil, seseorang telah menjemputnya dan saya curiga dia adalah Dion." Gus Zainal mencoba menjelaskan perkembangan pencarian putri Pak Alfaro tersebut."Dion? Jadi Gus Zainal juga kenal dengan Dion?" Ayah Kamila terdengar sedikit terkejut."Iya, Yah. Kamila sering bercerita tentang Dion, bahkan kami sempat saling bertemu dan berkenalan," jelas Gus Zainal disambut ucapan istighfar oleh Ayah Kamila."Astaghfirullah, Kamila ... Maaf ya, Gus, saya benar-benar nggak ngerti dengan pola pikir Kamila. Saya sengaja memasukkannya ke Pesantren demi bisa menj