Share

Bab. 02

"Bagaimana, apa kalian sudah menemukan wanita itu?" tanya Damian ketika melihat anak buahnya yang baru saja datang.

"Belum, Pak. Kami belum menemukannya, karena-"

BRAK!!

Damian menggebrak meja kerjanya karena terlalu kesal. Dia sangat kesal

"Apa tanya yang kalian kerjakan, hah? Hanya mencari seorang wanita seperti itu saja kalian tidak bisa! Dasar bodoh!" umpat Damian.

Dia merasa kesal karena anak buahnya tidak bisa menemukan keberadaan wanita itu. Padahal dia telah menerangkan dengan jelas lokasi ia merudapaksa wanita itu dan menunjukkan fotonya.

Tepat sebelum dia pergi meninggalkan wanita itu pada malam terjadinya pemerkosaan, Damian sempat mengambil foto wanita itu yang tampaknya baru saja dicetak.

Setiap harinya dia dihantui dengan rasa bersalah. Dia juga sering dimimpikan oleh seorang wanita yang menangis di bawah guyuran hujan sambil memegangi perutnya.

Entah mengapa Damian berpikir bahwa wanita itu mengandung anaknya.

Bagaimana kalau wanita itu sedang mengandung anaknya? Astaga, memikirkan ini semua sudah membuat kepala Damian ingin meledak. Sampai kapan dia harus menunggu hal ini? Jika benar wanita itu sedang mengandung, maka Damian harus segera menemukannya.

"Namun, kami sudah mencari informasinya dan hingga saat ini kami tidak menemukan wanita dengan wajah seperti itu. Kami pun sudah berusaha untuk mencari keberadaannya di pesantren di dekat lokasi, tapi hingga saat ini kami tidak berhasil menemukannya, Pak."

"Bagaimana dengan catatan sipil? Tidak mungkin kalian tidak bisa menemukan wanita itu!" ujar Damian.

"Namun, catatan sipil tidak bisa memberitahukan tentang informasi siapapun selain berhubungan dengan kepolisian. Jika seperti ini apa yang harus kami lakukan, Pak?" jawab anak buah Damian karena bagaimanapun mereka tidak mungkin memaksa instansi pemerintah untuk memberikan sebuah informasi kepada mereka.

Apa alasan yang akan mereka berikan untuk meminta informasi wanita tersebut.

"Aku tidak mau tahu dan aku akan tunggu informasinya besok. Jika sampai besok kalian tidak bisa menemukannya, maka kepala kalian yang akan menjadi taruhannya!" tukas Damian.

Kali ini, Damian bersumpah untuk akan mencari pihak yang mencekokinya dengan obat perangsang malam itu hingga membuatnya kehilangan kontrol diri. Bahkan ia harus tersiksa dengan perasaan bersalah yang tidak bisa membuatnya tidur dengan tenang.

Sebab, setiap kali dia memejamkan mata, bayangan wanita yang menangis itu terus saja menghantuinya. Damian benar-benar sudah tidak tahan dengan semua ini. Dia berharap bisa segera bertemu dengan wanita itu agar dia bisa bertanggung jawab.

Di tempat lain, Alisa baru saja memulai kehidupannya yang baru dan dia berharap bahwa yang dijalaninya ini adalah yang terbaik. Dia berharap bahwa kehidupannya bisa berjalan dengan lancar nantinya, dengan anak yang ada di kandungannya saat ini.

Alisa sudah memutuskan untuk mempertahankan anak yang ada di kandungannya, karena apa yang terjadi bukanlah salah anak itu.

"Ibu harap kamu tumbuh dengan sehat. Kita juga akan memulai semuanya dari awal. Ibu janji ibu akan bertanggung jawab atas diri kamu. Ibu akan berusaha menjadi ibu yang baik. Kita bisa melewati ini semua, Nak." gumam Alisa sembari mengelus perutnya yang masih rata.

Dia baru saja mendapatkan rumah sewa yang menurutnya layak untuk menjadi tempat tinggalnya saat ini. Untuk hari ini biarlah dia istirahat, karena besok dia akan memulai harinya yang baru. Dia pun akan segera mencari pekerjaan dan diharap semuanya akan berjalan dengan lancar.

Namun, baru beberapa menit terlelap, Alisa sudah kembali bermimpi tentang kejadian malam itu.

"Aku mohon lepaskan aku. Aku mohon jangan lakukan itu. Aku mohon..." Alisa benar-benar gelisah. Sosok pria itu, aromanya, dan hentakannya yang kasar di organ intimnya membuat Alisa tercekat dalam tidur.

Dia bahkan tidak bisa bernapas dengan tenang dan keringat dingin mulai membanjiri wajahnya saat ini. Apalagi saat dia melihat wajah laki-laki itu, Alisa semakin ketakutan dalam mimpinya hingga membuatnya langsung terbangun.

"Astaghfirullah," ucapnya dengan nafas yang memburu.

Dadanya naik turun, jantung yang berdebar kencang setiap kali dia bermimpi buruk tentang laki-laki itu. Dia kembali menangis setelah mengingat apa yang terjadi padanya.

Tangisannya benar-benar terasa sangat menyakitkan. Dia kembali menangis mengingat malam mengerikan itu. "Aku mohon pergi, jangan datang dalam mimpi ku lagi. Aku mohon..." Alisa terlihat begitu ketakutan dengan mimpinya.

Bahkan rasanya dia tidak ingin lagi mengingat kejadian malam itu. Rasanya sakit sekali setiap dia mengingat malam mengerikan yang menghancurkan hidupnya saat ini.

"Aku benci kamu! aku benci kamu orang jahat!" teriak Alisa melampiaskan rasa sakitnya. Dia terus saja memukuli dadanya yang terasa sesak setiap kali dia mengingat malam itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status