Terima kasih sudah membaca... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3 Kalau berkenan follow I6 author ya : @meowmoe21 @_meowmoe_
“Selamat menempuh hidup baru,” ucapku pada Nayla yang langsung tersipu tetapi tetap tidak menutupi raut bahagia yang memancar dari wajahnya.“Nah, aku malah ingin memakai baju pengantin lagi setelah melihatmu terlihat sangat cantik sekali hari ini. Siapa tahu aku juga bisa secantik dirimu?” Bertha tidak melepaskan pandangannya dari Nayla yang sedang berdiri menghadap kami —Geng Semenjana.Kami sedang berfoto bersama di atas panggung yang sebelumnya telah digunakan sebagai altar pernikahan Nayla dan Geri.Pernikahan mereka tidak mengundang terlalu banyak tamu seperti acara resepsiku dan Steven di Kalimantan kala itu. Hanya ada teman-teman dekat, kerabat dan rekan bisnis dari kedua belah pihak, dan tentu saja seluruh anak buah Lintang yang membuat resepsi pernikahan ini jadi terlihat seperti resepsi pernikahan militer —karena seluruh anak buahnya memiliki tubuh yang tinggi dan atletis.“Oh, astaga… Lihatlah semua karya seni itu. Aku baru tahu jika karya seni bukan hanya indah, tapi bisa
“Melupakan apa?” tanyaku balik. Aku yakin tidak melupakan suatu apa pun, merasa jika semua barang penting sudah berada dalam tas tanganku.“Sepertinya kau tidak ada persiapan untuk keberangkatan kita besok? Jangan bilang kalau kau sudah lupa pada rencana kita.”“Astaga! Kau benar,” seruku.Aku memang melupakan jika besok sore kami akan pergi berbulan madu. Sudah selama ini kami menikah tapi belum pergi berbulan madu layaknya para pengantin yang baru saja menikah.Terlalu banyak permasalahan hidup yang selalu saja menghalangi rencana bulan madu yang sudah kami persiapkan. Mungkin karena sudah terlalu sering batal itulah membuatku jadi mengabaikan rencana bulan madu kami, padahal Steven sudah melakukan persiapan dengan sangat matang —dia bahkan sampai begadang beberapa hari untuk menyiapkannya.Steven tertawa melihat reaksiku barusan, lalu berkata padaku “Kali ini tidak ada alasan untuk kita menundanya lagi.”“Ya, kau benar. Kali ini kita akan menikmati waktu kita. Untung saja kau mengin
Setelah mereka meninggalkanku cukup lama di dalam sebuah kamar tidur dengan kondisi terikat di atas ranjang kayu tanpa kasur, sosok wanita berambut pirang bersama dua pria bersetelan jas yang berperawakan tinggi kekar muncul dari balik pintu.Aku tidak mengenal dua pria yang datang bersama si wanita —tapi aku yakin jika kedua pria itu adalah pengawal si wanita—, namun aku sangat mengenal si wanita. Dia adalah Sonya Wise, wanita muda seumuran Lilian Steve yang dulu menculikku dan kini berhasil melakukannya lagi untuk kedua kalinya.‘Kenapa dia ada di sini? Bukankah dia sedang berada di penjara Green Borneo?’Sebenarnya aku ingin bertanya langsung padanya. Sayangnya keadaan mulutku yang disumpal dengan gumpalan kain dan tertutup lakban membuatku tak bisa melakukannya.Sonya duduk di sampingku. Menatapku sembari tersenyum datar seakan tidak terlalu suka walau sudah berhasil menculikku lagi.“Kau pasti bingung kenapa aku bisa berada di sini, kan?” ucap Sonya sambil menatap lurus ke kedua m
Sebelum mencari benda yang kupikir akan bisa membantuku melarikan diri, aku sudah mengetahui dan memperkirakan di mana posisi ruang penyekapan ku berada.Setelah melihat keluar jendela dan tahu jika saat ini aku sedang berada di lantai dua sebuah villa, barulah aku menyusun rencana dan mencari kain untuk kemudian menyambung-nyambungkannya membentuk tali sebagai alat agar aku bisa turun ke bawah sana.Untungnya ada banyak pakaian di dalam beberapa lemari yang ku bongkar, yang kemudian berhasil ku jalin sampai kurasa cukup panjang untuk terjulur hingga ke lantai bawah.Aku mengikatkan salah satu ujung tali buatanku ke kusen jendela dan melemparkan ujung lainnya ke bawah sana, sebelum mengumpulkan tekad untuk melaksanakan rencana melarikan diri.‘Bagaimana kalau aku jatuh?’ Pikirku, tiba-tiba merasa takut setelah baru menyadari jika jarak antara ruang penyekapan dan pekarangan berlantai marmer di bawah sana cukup jauh. Andai aku jatuh, aku yakin akan ada beberapa tulang di tubuhku yang pa
“Kalian masih belum bisa menemukannya?” tanyaku, saat melihat Jason muncul dari balik pintu.Dari diam dan murungnya Jason, aku tahu jika pencarian yang orang-orangnya lakukan di seluruh Prancis —negara yang wilayahnya paling memungkinkan untuk dijadikan Sonya Wise sebagai tempat bersembunyi dan menghilangkan jejak Keysa— pasti masih belum membuahkan hasil, membuatku pada akhirnya ikut berdiam diri juga.Sudah 5 hari kami mencari jejak keberadaan Key dan Sonya yang sama sekali tidak bisa terdeteksi padahal Jason sudah menggunakan seluruh sumberdaya yang dimilikinya.Jika Jason yang biasanya selalu dapat mencari jejak seseorang dengan peralatan canggihnya saja tampak seputus asa ini, apalagi aku yang tidak berdaya dalam hal pelacakan.“Maaf…, biasanya aku setidaknya bisa menemukan sebuah jejak kecil. Tapi kali ini…”Jason tidak melanjutkan kalimatnya. Ia menghisap dalam-dalam rokoknya, dan menghembuskan asapnya dengan kasar, seakan hendak melampiaskan kekesalannya.Tentu saja aku bisa m
Awalnya aku langsung memalingkan wajah begitu melihat banyak tubuh penuh darah yang bergelimpangan di area beberapa bangunan. Itu adalah hal alami yang tentu saja semua orang lakukan saat kaget dan merasa takut.Namun saat aku ingat pesan yang selalu Steven katakan padaku jika aku sekarang adalah Nyonya Steve yang bertanggung jawab atas sebuah keluarga yang memiliki pengaruh besar, aku memalingkan wajahku kembali, menatap ke arah layar berukuran setengah pintu yang menampilkan tangkapan dari kamera CCTV.Melihat dari pakaian orang-orang yang bergelimpangan itu, aku bisa menebak jika mereka adalah bagian dari pasukan Jason dan Lintang, yang tempo hari menyelamatkan Nina. Mereka sepertinya sudah menjadi korban atas kesalahan yang kulakukan, yang membuat mereka masuk dalam perangkap Duncan Wise.Aku memang sempat menyalahkan diri atas kesalahan itu, namun aku mengingat kembali jika aku adalah Nyonya Steve yang tidak boleh dengan mudah kalah dalam perang mental seperti ini atau aku akan me
♤Steven Steve♤Kami benar-benar masuk dalam jebakan musuh.Begitu kami tiba di lokasi yang Jason umumkan pada seluruh pasukan berani matinya, musuh langsung menembaki kami dengan tim sniper mereka, membuat belasan orang dari tim Jason yang berada di bawah kepemimpinan Jacob tewas seketika.Keadaan semakin tidak menguntungkan bagi kami karena lawan juga mulai menyerang dari jarak dekat. Pasukan yang sudah mereka siagakan di area villa yang kami tuju menghujani kami dengan tembakan-tembakan dan granat tangan mereka.Mereka sepertinya benar-benar sudah menunggu kami dengan persiapan yang sangat matang hingga berhasil mendesak kami pergi ke satu arah yang tak lain adalah villa berlantai dua di mana lokasi Key —yang dia kirimkan padaku— harusnya berada.“Pertahankan tempat ini.”Aku mendengar Jacob memberi instruksi pada puluhan bawahannya begitu kami menerobos masuk ke villa yang telah ditinggalkan, lalu ia berdiskusi dengan Jason yang sudah mengeluarkan laptop dari ranselnya.“Lokasi yang
♡Keysa Andini♡“Lepaskan aku brengsek!”Aku mengumpat sambil terus berusaha melepaskan kedua tanganku dari genggaman Duncan yang sedang berusaha menjilat wajahku lagi setelah usaha pertamanya tadi hampir saja berhasil.Awalnya, aku memang ingin berusaha untuk tetap tenang —sambil memikirkan cara mengetahui lokasi keberadaanku saat ini untuk membantu Steven agar dapat lebih mudah menemukanku— dan bermaksud memengaruhi Duncan dengan menggunakan gaya Sofi berbicara pada setiap lawan bisnisnya. Tapi, setelah diperlakukan seperti ini, niat itu pun pada akhirnya langsung kulupakan.Wanita mana yang akan diam saja saat tahu dirinya hendak dilecehkan?Tentu saja aku langsung mengerahkan seluruh tenaga untuk menjauhkan Duncan dari atas tubuhku. Sialnya, tubuh Duncan yang gemuk dan tenaganya yang sangat kuat membuatku tak berdaya.Walau beberapa seranganku sempat berhasil mengenai wajahnya —saat ia membebaskan salah satu tanganku untuk merobek baju atasanku—, pada akhirnya dia menangkap tanganku