Terima kasih sudah membaca... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3 Kalau berkenan follow I6 author ya : @meowmoe21 @_meowmoe_
“Kalian masih belum bisa menemukannya?” tanyaku, saat melihat Jason muncul dari balik pintu.Dari diam dan murungnya Jason, aku tahu jika pencarian yang orang-orangnya lakukan di seluruh Prancis —negara yang wilayahnya paling memungkinkan untuk dijadikan Sonya Wise sebagai tempat bersembunyi dan menghilangkan jejak Keysa— pasti masih belum membuahkan hasil, membuatku pada akhirnya ikut berdiam diri juga.Sudah 5 hari kami mencari jejak keberadaan Key dan Sonya yang sama sekali tidak bisa terdeteksi padahal Jason sudah menggunakan seluruh sumberdaya yang dimilikinya.Jika Jason yang biasanya selalu dapat mencari jejak seseorang dengan peralatan canggihnya saja tampak seputus asa ini, apalagi aku yang tidak berdaya dalam hal pelacakan.“Maaf…, biasanya aku setidaknya bisa menemukan sebuah jejak kecil. Tapi kali ini…”Jason tidak melanjutkan kalimatnya. Ia menghisap dalam-dalam rokoknya, dan menghembuskan asapnya dengan kasar, seakan hendak melampiaskan kekesalannya.Tentu saja aku bisa m
Awalnya aku langsung memalingkan wajah begitu melihat banyak tubuh penuh darah yang bergelimpangan di area beberapa bangunan. Itu adalah hal alami yang tentu saja semua orang lakukan saat kaget dan merasa takut.Namun saat aku ingat pesan yang selalu Steven katakan padaku jika aku sekarang adalah Nyonya Steve yang bertanggung jawab atas sebuah keluarga yang memiliki pengaruh besar, aku memalingkan wajahku kembali, menatap ke arah layar berukuran setengah pintu yang menampilkan tangkapan dari kamera CCTV.Melihat dari pakaian orang-orang yang bergelimpangan itu, aku bisa menebak jika mereka adalah bagian dari pasukan Jason dan Lintang, yang tempo hari menyelamatkan Nina. Mereka sepertinya sudah menjadi korban atas kesalahan yang kulakukan, yang membuat mereka masuk dalam perangkap Duncan Wise.Aku memang sempat menyalahkan diri atas kesalahan itu, namun aku mengingat kembali jika aku adalah Nyonya Steve yang tidak boleh dengan mudah kalah dalam perang mental seperti ini atau aku akan me
♤Steven Steve♤Kami benar-benar masuk dalam jebakan musuh.Begitu kami tiba di lokasi yang Jason umumkan pada seluruh pasukan berani matinya, musuh langsung menembaki kami dengan tim sniper mereka, membuat belasan orang dari tim Jason yang berada di bawah kepemimpinan Jacob tewas seketika.Keadaan semakin tidak menguntungkan bagi kami karena lawan juga mulai menyerang dari jarak dekat. Pasukan yang sudah mereka siagakan di area villa yang kami tuju menghujani kami dengan tembakan-tembakan dan granat tangan mereka.Mereka sepertinya benar-benar sudah menunggu kami dengan persiapan yang sangat matang hingga berhasil mendesak kami pergi ke satu arah yang tak lain adalah villa berlantai dua di mana lokasi Key —yang dia kirimkan padaku— harusnya berada.“Pertahankan tempat ini.”Aku mendengar Jacob memberi instruksi pada puluhan bawahannya begitu kami menerobos masuk ke villa yang telah ditinggalkan, lalu ia berdiskusi dengan Jason yang sudah mengeluarkan laptop dari ranselnya.“Lokasi yang
♡Keysa Andini♡“Lepaskan aku brengsek!”Aku mengumpat sambil terus berusaha melepaskan kedua tanganku dari genggaman Duncan yang sedang berusaha menjilat wajahku lagi setelah usaha pertamanya tadi hampir saja berhasil.Awalnya, aku memang ingin berusaha untuk tetap tenang —sambil memikirkan cara mengetahui lokasi keberadaanku saat ini untuk membantu Steven agar dapat lebih mudah menemukanku— dan bermaksud memengaruhi Duncan dengan menggunakan gaya Sofi berbicara pada setiap lawan bisnisnya. Tapi, setelah diperlakukan seperti ini, niat itu pun pada akhirnya langsung kulupakan.Wanita mana yang akan diam saja saat tahu dirinya hendak dilecehkan?Tentu saja aku langsung mengerahkan seluruh tenaga untuk menjauhkan Duncan dari atas tubuhku. Sialnya, tubuh Duncan yang gemuk dan tenaganya yang sangat kuat membuatku tak berdaya.Walau beberapa seranganku sempat berhasil mengenai wajahnya —saat ia membebaskan salah satu tanganku untuk merobek baju atasanku—, pada akhirnya dia menangkap tanganku
◇Sofia Jørgensen◇Aku dan Cakra langsung pergi menuju lokasi penyekapan Nyonya Steve yang Jason berikan pada kami, sementara Tuan Steve dan timnya akan menyusul menggunakan helikopter yang sedang dikirimkan pasukan kami pada mereka.Walau aku memiliki tingkat kekhawatiran yang sama seperti saat Nyonya kami diculik untuk pertama kalinya dulu, namun kali ini aku tidak mengkhawatirkan nyawanya. Berbeda dengan saat pertama kali dulu, kali ini kami sudah mengetahui siapa dalang penculikannya.Jika Nyonya berada dalam tangan Duncan Wise, kemungkinan Nyonya untuk mati sangatlah kecil karena Duncan memiliki kelemahan pada wanita cantik dan kami merasa sangat bersyukur atas ‘kekurangannya’ itu. Tidak ada di antara kami yang tidak tahu jika Duncan sangat menyukai wanita, terutama wanita secantik Nyonya kami.‘Aku juga yakin kalau Nyonya tidak akan tinggal diam andai Duncan Wise ingin melecehkannya,’ pikirku, tahu kalau Nyonya kami sebenarnya cukup menakutkan saat sedang marah.“Jangan lewati jal
“A-apa yang ingin kau lakukan?” Aku buru-buru menggeser tubuhku menjauhi Sonya yang sudah duduk di sampingku sambil mengangkat pisau ke dekat dadanya.“Nyonya Steve. Saya ingin bertanya pada Anda. Jika saya menolong Anda, apa Anda akan membantu saya?”Pertanyaan Sonya sempat membuatku tertegun sejenak sebelum akhirnya bisa menanggapi dengan gugup, “Y-ya? Apa maksudmu?” tanyaku balik, sembari memperhatikan sorot matanya yang tampak putus asa.“Jika Anda berjanji melepaskan saya dari bertanggung jawab atas penculikan kali ini, saya akan membantu Anda meloloskan diri dari sini.”Aku terdiam sejenak, merasa heran dengan kata-kata yang terdengar seperti sebuah permintaan itu.“Kita sepakat. Aku tidak akan menuntutmu jika kau melepas… Maksudku, membantuku pergi dari sini,” dengan cepat aku memberikan jawaban setelah mendengar suara tembak menembak yang semakin intens di bawah sana.“Bukan cuma menuntut. Tolong berikan jaminan pada saya agar keluarga Steve tidak menghancurkan hidup saya karen
“Chloe…, ada lihat ponsel Mama?” seruku sembari menuruni tangga dari lantai atas ke arah gadis mungil yang sedang asik bermain mobil-mobilan bersama Leon —putra Sofi dan Lintang.‘Oh astaga, boneka kembali terabaikan,’ aku memungut boneka yang tergeletak begitu saja di ujung tangga dan membawakannya pada Chloe.“Chloe Ophelia Steve,” ucapku menyebut namanya dengan lengkap karena merasa gemas pada kesukaannya yang selalu saja memainkan mobil-mobilan dan juga robot-robotan milik Leon. Aku menyerahkan boneka kelinci itu ke arah tangannya, “Ada lihat ponsel mama?”Chloe menghentikan permainannya dan menunduk memperhatikan boneka kelinci yang ada di tangannya. Ia lalu mendudukkan kelinci itu di sofa yang ada di belakangnya, “Rabbit lelah, istirahat dulu,” sahutnya mengabaikan pertanyaanku.Bukan tanpa alasan jika aku menanyakan dimana ponselku pada anak umur 4 tahun ini. Bagaimana tidak, hampir semua barang-barangku berpindah dari tempatnya. Lipstik ku pernah tersimpan di kulkas olehnya, is
“Hore… pesawat… pesawat…” Sorak Chloe sambil bertepuk tangan begitu kami tiba di bandara.Saat ini kami sekeluarga akan bepergian ke kampung halaman Steven, tentu saja ke Kota Green Borneo yang menarik hati. Kami memang sering sekali ke sana. Jika ku hitung-hitung, hampir setiap minggu kami pergi ke kota itu atas permintaanku karena aku sangat menyukai rumah panggung yang ada di sana.Omong-omong soal rumah panggung, ayahku dan ibu tiriku —atau ibu mertuaku?— sudah dua tahun ini tinggal di rumah yang dihadiahkan ayah mertuaku untuknya. Yah, ayahku memang sangat pemaaf, dia tetap mencintai istrinya walau dulu pernah disakiti.“Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, kita harus membuka hati untuk memaafkan dan memberikan kesempatan kedua kepada siapa saja yang sungguh-sungguh menyesali perbuatannya,” kata ayahku kala itu, ketika aku merasa bingung bagaimana harus bersikap pada Camila yang merupakan ibu tiri sekaligus ibu mertuaku juga karena dia adalah ibu kandung Steven.Steven s