Share

Herrscher (Divina Futuri)
Herrscher (Divina Futuri)
Author: Dean Anderson

BAB 1 Kegagalan

Author: Dean Anderson
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ada tiga sejarah:

  1. Kejadian yang pernah terjadi dan ditulis
  2. Kejadian yang tidak pernah terjadi namus tertulis
  3. Kejadian yang pernah terjadi namun tidak tertulis

Alkisah terdapat suatu negara yang mempunyai cita - cita akan datangnya masa keemasan setelah seratus tahun kemerdekaanya. Berbagai harapan, visi, dan misi selalu dilontarkan oleh pemerintah negara tersebut melalui banyak media. Bahkan biarpun berulang kali berganti kepemimpinan, harapan itu tetap ada.

Masa itu adalah masa dimana negara tersebut mencapai target sasaran mereka di bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya. Namun harapan itu hanyalah sebuah harapan.

Berbagai rencana telah dibentuk bertahun – tahun demi terciptanya masa keemasan tersebut. Bahkan mereka berencana menjadi negara yang berpendapatan tinggi di tahun ke 90 kemerdekaannya. Cita – cita untuk menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-5 di dunia telah disebarluaskan dengan didukung prediksi – prediksi oleh para ahli.

Kondisi negara mereka yang terdiri dari kepulauan sering menjadi kendala pembangunan sumber daya manusia dan ekonomi yang merata. Berbagai upaya telah dilakukan, namun tetap saja kendala tersebut tidak bisa diselesaikan karena konflik kepentingan di dalam pemerintahan tersebut. Masyarakat negara tersebut menjadi korban akan kepentingan politik dari penguasa.

Pemimpin negara telah berulang kali berganti, namun tidak ada perubahan signifikan di dalamnya. Janji – janji manis ketika kampanye hanyalah gimmick menjelang pemilihan umum. Inilah negara yang stagnan dimana kebobrokan telah mengakar bertahun – tahun hingga menjadi budaya di negara tersebut.

------------------------------

100 Tahun Kemerdekaan

Dunia telah mengalami kemajuan yang signifikan. Seluruh teknologi berkembang pesat yang menyebabkan persaingan antar manusia semakin ketat. Setiap manusia meningkatkan kemampuan akademis dan non-akademisnya untuk memenangkan persaingan global. Jumlah manusia yang menghuni Bumi berkurang drastis dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya. Pola pikir manusia telah berubah. Mereka mengutamakan karir daripada hidup berkeluarga. Hampir semua negara dimana manusia yang berpikir seperti itulah yang semakin cepat berkembang. Negara tersebut mampu menciptakan teknologi yang benar – benar dibutuhkan oleh negara yang masih berkembang. Hal itu tidak terlepas dari tingkat pendidikan manusianya yang sangat terkualifikasi.

Dengan sedikitnya penduduk di negara yang maju tersebut menyebabkan minimnya pengangguran. Meskipun ada masyarakat yang menganggur, mereka tetap mendapat jaminan sosial dari pemerintah. Namun dengan mental yang dibentuk oleh negara yang sudah maju tersebut, para pengangguran merasa terhina bila mendapatkan bantuan dari pemerintah. Mereka memiliki tingkat kesadaran yang tinggi untuk bekerja dan mandiri, sehingga mereka giat mencari pekerjaan atau membuka usaha sendiri.

Namun negara yang seperti itu bukanlah latar di cerita ini. Inilah negara Nuswan, negara yang menjadi latar dari cerita ini. Negara yang tertinggal dari negara lainnya. Negara yang dahulu dihuni oleh kaum dengan kemampuan khusus. Namun seiring berjalannya waktu, kaum tersebut menghilang keberadaanya. Sejarah tentang keberadaan kaum tersebut seperti hilang ditelan Bumi. Hanya peninggalan sejarah yang dapat mengungkapkan bahwa mereka pernah ada di wilayah itu.

------------------------------

10 Tahun sebelum 100 tahun kemerdekaan Nuswan

Sesosok pria sedang berdiri di puncak salah satu gedung. Dia melihat kondisi negara tersebut jauh tertinggal dibandingkan negara lainnya, bahkan bila dibandingkan negara tetangganya yang selalu menjadi musuh besar negara tersebut.

Dia hanya memakai blazer dan celana hitam berkain tipis tanpa jahitan. Tidak ada inner maupun pakaian dalam.  Jam tangan yang dia pakai memang tidak lazim digunakan oleh manusia yang berada di jamannya. Wujudnya seperti jam tangan mainan atau yang biasa digunakan oleh kamen rider namun tidak berhiaskan aksesories yang berlebihan.

“Seperti yang aku duga, negara ini tidak ada bedanya dengan ketika ia masih hidup.”

Sosok itu tampak berbicara sendiri di tengah keramaian kota. Saat ini ia berada di kota yang dahulunya menjadi ibukota negara Nuswan. Kota yang tenggelam oleh muka air tanah akibat pembangunan yang masif. Kenaikan air laut yang sangat drastis juga menambah cepatnya kota tersebut tenggelam. Dia melihat langit yang saat ini tidak dapat diprediksi karena perubahan iklim yang sangat kacau.

“Apa yang kau harapkan dari negara seperti ini?” Tiba – tiba suara muncul dari sampingnya. Muncul asap hitam yang membentuk suatu sosok. Itu adalah entitas yang ikut bersamanya menjelajahi negara tersebut. Entitas itu paham bahwa sosok yang ia ikuti tersebut sedang membuat rencana.

Seharusnya wilayah kota yang ia datangi saat ini tidak ada di peta di masanya. Karena kota tersebut seharusnya telah tenggelam oleh air di masa depan. Beruntung reklamasi membantu beberapa wilayah tertunda waktu tenggelamnya. Namun penyedotan air tanah yang masif tetap saja dilakukan oleh para pengembang di kota tersebut. Ijin pembangunan yang sarat akan korupsi membuatnya makin merajalela. Dia sangat kesal melihat keadaan kota tersebut. Sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan jamannya.

“Beruntung ibukota negara ini sudah dipindahkan. Setidaknya pembangunan sudah bisa lebih merata,” ucapnya sedikit mereda meskipun dalam hatinya masih terasa dongkol. “Apakah dunia alternatif itu nyata? Bila aku tidak mengubahnya, mungkinkah kondisi tidak akan seperti sekarang?”

“Tidak. Apapun yang kau ubah tetap akan berlangsung seperti sekarang. Itu sudah dituliskan.”

“Aku berharap tanggul tersebut segera selesai. Bila tidak, musnahlah manusia di sini,” ia mengarahkan matanya ke suatu konstruksi di dekatnya.

Pria itu terjun dari atas gedung, namun dengan teknologi yang ia miliki di sepatunya, ia dapat mendarat di tanah tanpa cedera sedikitpun. Orang – orang sekitar kaget melihat ia yang jatuh dari atas gedung. Pria tersebut tidak mempedulikan pandangan orang – orang di sekitarnya. Beberapa orang merekamnya melalui ponsel mereka.

Dia adalah manusia dari masa depan. Dia kembali melangkahkan kakinya di tengah – tengah keramaian. Beberapa orang meliriknya karena pakaian yang ia gunakan sangat tidak umum bila dibandingkan dengan pakaian masa itu. Orang – orang sekitar berpikir dia sedang cosplay menjadi karakter tertentu dari anime. Sekali lagi, pria tersebut tidak mempedulikan lirikan orang – orang di sekitarnya. Ia terus saja melangkahkan kakinya dengan tegas. Seketika pria tersebut berhenti di depan sebuah tempat duduk di area trotoar. Di kursi tersebut duduklah seorang pria yang berumur setengah abad sedang memainkan smartphonenya.

Pria dari masa depan menggunakan kursi tersebut untuk beristirahat sejenak usai mengelilingi beberapa kawasan di kota tersebut. Duduklah pria dari masa depan dan pria setengah abad tersebut di kursi yang sama. Sesekali pria masa depan itu tertawa sendiri ketika membaca artikel. Hal itu membuat orang sekitarnya kaget dan mengira orang tersebut gila. Pria di sebelahnya tersebut sesekali memperhatikan pria dari masa depan itu.

“Apa yang kau tertawakan?” tanya entitas yang bersamanya.

“Ternyata para akademisi sok tahu dengan masa depan. Prediksi mereka semua salah.”

Tiba – tiba pria setengah abad tersebut bertanya kepada pria dari masa depan karena kalimat yang dia ucapkan, “Permisi, anda sedang berbicara dengan siapa?”

Pria dari masa depan itu menatap pria di sebelahnya itu dengan pandangan sinis, “Aku berbicara dengan diriku sendiri. Ada masalah?” jawabnya ketus.

Pria setengah abad itu hanya tersenyum mendengar jawaban ketus dari pria masa depan tersebut, “Tidak apa – apa. Kalau kulihat dari penampilanmu, kamu bukan berasal dari sini. Kamu berasal dari mana?”

“Hm... kau bisa mengetahui dari cara berpakaianku?” pria itu melirik

“Tentu. Pasti di dunia asalmu sangat panas sehingga cara berpakaianmu seperti itu.”

Pria dari masa depan tersebut sedikit merasa aneh dengan cara penilaian orang yang baru ia temui. Dalam hati dia bertanya kepada entitas yang sedang bersamanya, “Apakah dia tahu bahwa aku berasal dari masa depan?”

“Dia tahu. Dia memiliki ikatan denganmu.”

Mendapat jawaban seperti itu, pria dari masa depan segera berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan pria setengah abad tersebut.

“Kalau aku boleh tau, siapa namamu?” sahut pria setengah abad itu sebelum pria dari masa depan beranjak pergi.

Pria dari masa depan tidak menjawab pertanyaan itu dan segera meninggalkan pria yang masih duduk di kursi tersebut dengan wajah sedikit kesal. Setelah pria dari masa depan cukup jauh dari darinya, pria setengah abad mulai berkomunikasi dengan entitas yang bersama dengannya. Asap hitam muncul di sebelahnya membentuk suatu sosok.

“Aku rasa dialah orangnya. Aku merasakan hawa manusia yang unik pada dirinya.”

“Aku juga merasa seperti itu. Hawa manusianya mirip sekali denganmu. Tapi bagaimana mungkin dia bisa datang kesini. Apa yang akan ia ubah di masa sekarang ini?”

“Aku tidak tahu. Semoga itu bukan hal yang buruk, Dark.”

Related chapters

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 2 Dimulai

    Pria dari masa depan tersebut sesekali menghadap kebelakang untuk memastikan bahwa orang yang ditemuinya tadi tidak sedang mengikutinya. Pria dari masa depan masih merasa curiga dengan orang itu. Setelah berjalan cukup jauh dan merasa tidak diikuti, pria dari masa depan tersebut mulai melangkahkan kakinya dengan santai. Dia mengarahkan pandangannya ke depan sambil mengingat wajah pria tadi. Kemudian dia berbicara dengan entitas di sebelahnya.“Siapa dia? Kenapa kau bisa mengatakan kalau dia memiliki ikatan denganku?”“Kau akan tahu siapa dia nanti. Yang penting sekarang, apa yang sedang kau pikirkan?”Pria itu menatap langit dan membayangkan sesuatu di kepalanya. Sesuatu yang menurutnya sangat seru, namun tidak bagi orang lain. Pria itu menghentikan langkahnya dan berhenti di dekat lampu pinggir jalan. Ia mengubah pandangannya ke arah jalan raya. Tampak orang – orang berlalu lalang di trotoar. Dia mendapatkan ide dari pengl

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 3 Artikel

    ZAPPP!!!Pria dari masa depan berdiri di dekat pohon yang berdaun lebat dan rindang. Bayangan dari pohon tersebut menyembunyikan keberadaan pria tersebut. Pria dari masa depan telah tiba di lokasi yang berbeda dari sebelumnya. Lokasi yang sama padatnya dengan manusia yang berlalu lalang. Namun tidak ada manusia yang sadar akan kedatangan pria itu yang tiba – tiba hadir di antara mereka. Banyak mereka yang sibuk melihat gawai yang mereka pegang.Ia melangkahkan kakinya, berjalan di trotoar. Kini ia berada di antara kerumunan orang – orang. Sesekali ia melihat gedung – gedung pencakar langit di sekitarnya. Entitas yang melihat gelagat pria itu, mengetahui bahwa pria itu sedang memikirkan sebuah rencana.“Kau tahu kenapa aku membunuh mereka?” tanya pria itu kepada entitas di sebelahnya. Ia masih terus berjalan di tengah orang – orang yang berlalu lalang.“Aku tahu,” jawab entitas tersebut.

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 4 Perpustakaan

    Dari sosok asap hitam yang halus, perlahan asap hitam itu makin tebal dan berubah menjadi padat. Itu adalah Death yang perlahan membentuk sosok manusia. Seorang pria dengan jubah hitam lengkap dengan tudung khas malaikat pencabut nyawa namun tanpa membawa sabit. Ia berdiri di samping Herrscher.“Tampaknya kau sedang suntuk. Bagaimana bila kita pergi ke perpustakaan di kota ini?” ujar Death memberi saran. Death berencana mengajak Herrscher untuk mendatangi sebuah perpustakaan di kota. Dengan wujud yang kasat mata, Herrscher bisa berbicara dengan Death selayaknya berbicara dengan manusia.“Ah, ide bagus!” Herrscher menyetujui ide Death. Herrscher berpikir, mungkin ia bisa mendapatkan ide dari buku yang ia baca di perpustakaan. Tiba – tiba Herrscher teringat sesuatu, “Namun sebelum itu, kau harus mengganti tampilanmu. Tampilanmu saat ini sangat tidak sesuai dengan budaya di sini.” Herrscher menunjuk jubah yang Death gunak

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 5 PERBANDINGAN

    Herrscher melihat orang – orang di perpustakaan menggunakan sebuah laptop. Beberapa dari mereka hanya membuka social media dan beberapa lainnya memang benar – benar sedang mengerjakan tugas.“Ah, ternyata mereka tidak hanya mencari informasi dari buku. Baiklah, aku tidak perlu membaca buku disini.”“Tapi kau tidak membawa laptop.”“Ah, kau benar.”Herrscher melihat sekeliling, mengamati orang – orang di sekitarnya. Setelah ia merasa aman, Herrscher memasukkan tangan kanannya ke saku celananya. Herrscher mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebuah bola berwarna hitam yang tampak padat dengan lingkaran kaca kecil di tengahnya. Herrscher memegang bola itu di bawah meja agar tidak terlihat orang. Herrshcer menekan salah satu tombol di bola tersebut. Kemudian yang menjadi makin padat dan membentuk sebuah laptop. Herrscher kemudian memegang laptop itu dengan

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 6 FREKUENSI

    Malam hari menjelang. Keramaian kota masih tidak berubah karena kebiasaan yang makin nokturnal. Herrscher kini berada di atas gedung yang jarang didatangi pihak security. Dari atas gedung itulah Herrscher menyaksikan pemandangan kota.“Kita lakukan sekarang!” ajak Herrscher kepada Death.“Kau lupa membawa peralatanmu,” Death mengingatkan.”Astaga! Kenapa aku bisa seceroboh itu?” tanya Herrscher pada diri sendiri.Herrscher kembali mengaktifkan mesin waktunya. Efek dimensi ketika pintu waktu terbuka, membuat perangkat elektronik di gedung itu menjadi terganggu sementara. Lampu – lampu dalam gedung berkedip cepat, dimana seharusnya lampu di dalam gedung tersebut padam karena para karyawan sudah pulang sejak tadi. Herrscher menghilang dari masa tersebut.------------------------------Masa di mana Herrscher seharusnya .Herrscher mendatang

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 7 RESONANSI

    Setelah petugas itu kembali ke lantai bawah, Herrscher melanjutkan pekerjaannya. Sinyal berfrekuensi rendah bernilai konstan yang selama ini bergerak di ruang antara permukaan bumi dan ionosfer mulai terganggu. Resonansi yang membungkus bumi dan bentuk kehidupan di bawahnya kini tidak lagi sama. Waktu terasa semakin singkat.“Dengan begini, waktu normal yang berjalan 24 jam akan menjadi 16 jam.”Herrscher semakin mengubah frekuensi tersebut agar semakin tinggi.“Kau mengubah jalur waktu, Herrscher.”“Memang itu tujuanku. Selain itu, ada hal lain yang harus ku kerjakan.”Petir menggelegar di seluruh dunia akibat kelakuan Herrscher. Inilah pertanda eksitasi resonansi itu mulai berubah menjadi lebih tinggi dari biasanya. Petir itulah yang menjadi sumber utama prosesnya. Cuaca semakin menjadi aneh. Tidak ada hujan yang membasahi Bumi, namun petir sangat aggresif melontarkan gemuruhnya. Manusia di wilayah itu

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 8 KEINGINAN

    Pagi hari telah datang. Kekacauan yang terjadi di malam hari telah selesai. Kerusakan akibat petir terjadi di mana – mana. Bau bangkai manusia menyerbak ke seluruh sudut kota. Manusia hitam legam bagai arang menjadi pemandangan di sana. Televisi dari berbagai channel serempak menyiarkan keadaan kota yang kacau itu. Suasana kota mati sangat terasa di depansana.Terdengar suara sirene yang menandakan bala bantuan telah datang. Mobil polisi dan pemadam kebakaran berseliweran Kru media televisi ikut serta di belakangnya. Satu per satu warga yang selamat dari kekacauan itu muncul. Mereka bersembunyi di balik reruntuhan gedung ketika kejadian itu. Tampak dari wajah mereka, sebuah trauma yang tidak akan mereka lupakan seumur hidupnya. Mereka menangis ketika keluar dari persembunyiannya. Tangis haru biru mewarnai layar kaca. Tidak terkecuali kameramen yang meliput dari lokasi.Seorang reporter mewawancarai salah satu korban dari kejadian itu. Isak ta

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 9 EFEK

    BAB 9 EFEKDagaz mendatangi kota yang kemarin hancur karena badai petir yang berpesta semalaman. Hanya hamparan gosong yang ia lihat di wilayah itu. Pihak – pihak pemberi bantuan silih berganti mendatangi lokasi tersebut. Dagaz menelusuri setiap area di kota tersebut dengan sepeda motornya. Jalan – jalan yang seharusnya halus menjadi rusak karena reruntuhan gedung dan tanaman yang menghalangi jalan. Banyak mayat berserakan di jalan yang tampak gosong.Armada pemadam kebakaran dari wilyah dekat kota itu, berbondong – bondong masuk wilayah kejadian. Mereka menyingkirkan puing – puing gedung yang hancur, pohon – pohon yang tumbang, dan fasilitas umum yang berserakan di jalan. Dagaz hanya menyaksikan armada tersebut bahu membahu, namun ia tidak ikut membantu. Ia merasa ada hal yang lebih penting untuk ia kerjakan saat ini.Beberapa saat setelah berkeliling, Dagaz melihat berbagai macam artis – artis sosial m

Latest chapter

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 59 CAHAYA

    Di masa sebelumnya atau jauh sebelum kejadian tsunami tersebut. Di tengah hutan yang selalu menjadi lokasi inti dari cerita ini. Djaya dalam bentuk astralnya mengelilingi hutan untuk mencari Shamar.“Shamar... Shamar...” panggil Djaya. Suaranya mengisi seluruh hutan, menggema ke setiap sudut. Angin berhembus mengantarkan suara Djaya yang memanggil Shamar.Shamar mendengar suara itu dan segera membalasnya, “Ada perlu apa Paduka datang kemari?” sapa Shamar. Ia masih menghormati Djaya yang pernah membuatnya kecewa.Djaya mengubah wujudnya dalam bentuk manusia untuk berkomunikasi dengan Shamar, “Aku perlu bantuanmu,” pinta Djaya sambil mengatupkan tangannya.“Apa yang bisa saya bantu?” jawab Shamar juga mengatupkan tangannya dan sedikit menunduk.“Aku berencana menjadikan seseorang untuk penyeimbang Herrscher. Aku yakin Herrscher di masa yang akan datang, akan mendatangkan bencana ke negeri in

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 58 REUNI

    Meta segera masuk ke bangunan itu untuk melihat apa yang terjadi di atap gedung. Akibat gempa tersebut, lift gedung itu tidak aktif. Ia terpaksa harus menaiki tangga darurat karenanya. Meta mencari posisi tangga darurat. Suasana dalam gedung itu sangat kacau. Orang – orang berlarian keluar karena takut akan gempa. Meta harus berdesak – desakan masuk ke dalam gedung.Meta melihat banyak orang berbondong – bondong keluar dari tangga darurat. Air sudah mulai masuk ke lantai pertama gedung tersebut. Orang – orang semakin bingung, apakah mereka harus keluar dari gedung, atau justru harus bertahan di dalam gedung. Melihat orang – orang tersebut tidak ada pergerakan, Meta semakin kesal.“Minggir!” teriak Meta sambil berusaha memecah keramaian gedung itu. Ia berhasil masuk ke tangga darurat dan melawan arus keluar manusia di dalamnya. “Minggir!”------------------------------Herrscher telah tiba di gedung yan

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 57 TSUNAMI

    Pagi hari telah tiba. Gedung yang sebelumnya gelap mulai mendapatkan sedikit cahaya dari luar. Hewan – hewan malam mulai bergerak mencari tempat untuk beristirahat. Herrscher bersama Death bersiap berangkat menuju tepi laut. Suara berisik tersebut membuat Vladimir terbangun dari tidurnya dan melihat Herrscher bersiap untuk pergi. Vladimir segera menghampiri Herrscher.“Mau kemana kalian?” tanya Vladimir.“Kau disini saja, jaga Meta agar tidak kemana – mana,” perintah Herrscher.“Tenang saja, dia sedang tidur,” jawab Vladimir.Herrscher bersiap – siap berangkat. Dengan cepat Herrscher dan Death melesat dengan cepat ke arah tepi laut. Mereka terbang secepat kilat tanpa disadari oleh manusia yang berada di darat. Mereka tidak menggunakan portal karena mereka ingin sekalian melihat kondisi kota tersebut.Tidak terasa perjalanan mereka terlalu cepat hingga tibalah mereka di atap gedung yang terdekat dengan laut. Herrscher merasakan angin yang sangat kencang bertiup di sana. Herrscher menga

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 56 HUKUM

    Herrscher telah selesai merawat luka Meta yang kini telah sembuh. Meta beranjak dari tempat tidurnya. Herrscher membantunya bangun. Meta masih merasakan sakit pada badannya. Terlihat dari wajahnya yang meringis menahan sakit.“Lebih baik kau istirahat dulu. Tampaknya luka bagian dalammu belum sepenuhnya pulih,” saran Herrscher. Ia kembali membaringkan Meta ke kasur.Meta tersipu malu karena perhatian dari Herrscher. Herrscher yang awalnya tampak cuek, bisa seperhatian itu dengannya. Ia memalingkan wajahnya dari Herrscher agar tidak terlihat betapa merah mukanya saat ini. Herrscher menyadari reaksi tersebut dan segera bergegas melepaskan Meta. Mereka berdua berpaling muka.Meta kembali berbaring di kasur dan memejamkan mata.“Seperti ini ya ternyata rasanya menjadi manusia...” ucapnya pelan.“Maksudmu?” tanya Herrscher.“Ah, bukan apa – apa. Tampaknya aku mengigau karena luka ini.” M

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 55 META

    Malam pun tiba, Herrscher, Meta dan anak itu menempati salah satu gedung yang dirombak oleh Herrscher dengan teknologinya. Suasana di gedung yang telah lama tidak terurus itu pun menjadi sangat nyaman, meski hanya pada lokasi tertentu yang Herrscher rombak. Mereka berkumpul di suatu meja dan makan bersama di sana. Meski berkumpul, mereka semua hanya diam menikmati makanan masing – masing.Meta mencoba mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol anak itu.“Ohya, dari tadi aku tidak melihat kau bersuara. Siapa namamu?” tanya Meta kepada anak itu.Anak itu tidak menjawab dan tetap menikmati makanannya.“Dia tidak memiliki nama. Aku belum memberikan nama padanya,” jawab Herrscher.Meta keheranan, “Bagaimana mungkin! Dia anakmu kan?” tanya Meta terkejut.“Bukan, dia bukan anakku. Kau tidak perlu ingin tahu tentang anak ini, karena aku tidak akan menjawab pertanyaan tentang itu,” jawab Herrscher

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 54 WANITA

    Herrscher telah kembali ke lokasi dimana anak itu masih pingsan. Ia segera membawa anak itu untuk ia sembuhkan lukanya. Sesampainya di area yang Herrscher ubah menjadi markas sementara, Herrscher melakukan perawatan pada anak itu. Dengan teknologi yang Herrscher miliki, luka itu sembuh dengan seketika. Anak itu tidak merasakan kesakitan lagi. Ia segera menyuruh anak itu berdiri dan mengajaknya untuk bergegas keluar dari kota itu. Anak itu menuruti Herrscher dan ikut pergi bersamanya.------------------------------Tak terasa setahun berlalu setelah kematian sang jurnalis. Herrscher masih menyimpan amarah kepada para militer yang ternyata memiliki rencana busuk kepada jurnalis itu. Selama setahun Herrscher dan anak itu berpindah – pindah lokasi. Berbagai ilmu kehidupan dan penderitaan telah Herrscher berikan kepada anak itu. Mental anak itu semakin kuat berkat pendidikan yang diberikan oleh Herrscher. Di usia yang masih sangat muda, anak itu disadarkan bahwa dunia

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 53 PENJAHAT

    Herrscher dan Death bersama anak itu kini tiba di suatu kota yang cukup ramai. Herrscher berjalan di depan, sedangkan anak itu mengikutinya dari belakang. Ternyata mereka berada di ibukota negara tersebut. Herrscher dalam rangka mencari info yang sedang gencar dibahas oleh elit pemerintah saat itu. Ia mencari suatu lokasi untuk ia jadikan markas sementara dan menemukannya. Ia masuk ke salah satu bangunan yang tampak sepi. Di dalam bangunan itulah Herrscher membuka gawainya dan mulai mencari informasi.Anak itu sedang berkeliling melihat isi bangunan itu. Bangunan itu benar – benar tampak usang karena sudah tidak pernah ada yang mendatanginya. Bau bau yang tidak jelas tercium di area tersebut. Bekas – bekas genangan air menghitam. Retak – retak di sekitar dinding dan kerak lumut membuatgedung itu cukup mencekam.Terdengar suara berisik tidak jauh dari sana. Anak itu penasaran dan mengikuti sumber suara tersebut. Herrscher masih sibuk mencari informasi

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 52 GENESIS

    Keadaan semakin parah, kini tidak hanya para pejabat yang menjadi sasaran pembunuhan. Polisi juga menjadi incaran pembunuh tersebut. Meski pembunuh itu terus berkeliaran, namun masyarakat tidak ada yang mengkritik kinerja polisi. Masyarakat lebih pro kepada pembunuh tersebut terlebih fakta – fakta yang disebarkan oleh para pengungkap fakta yang bekerja secara bawah tanah, membuat masyarakat semakin respek terhadap pembunuh itu. Mereka juga sudah muak dengan polisi dimana sudah menjadi rahasia umum bahwa terdapat mafia di tubuh kepolisian.Skandal – skandal di kepolisian mulai disebarkan melalui mulut ke mulut. Pihak media telah dikuasai oleh pemerintah untuk membungkam kasus tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah menciptakan isu – isu lain di media cetak untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap skandal tersebut. Langkah yang diambil itu pun berhasil. Mereka menciptakan suatu tren di masyarakat yang terlihat menggiurkan karena dapa

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 51 TEKNOLOGI

    Dagaz masih sibuk mempelajari cara menggunakan teknologi jam dari Herrscher. Dia merasa tua di hadapan teknologi semacam itu. Sama seperti kaum boomer yang tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi. Namun karena rasa keingintahuan yang tinggi, Dagaz tidak bosan – bosannya mengeksplor kemampuan jam tersebut. Sementara yang sudah mahir ia gunakan adalah cara menggunakan fungsi teleport. Kini ia dengan mudah berpindah lintas ruang dan waktu. Sama seperti Herrscher yang bisa bergerak menembus jaman.Dagaz masih penasaran dengan fitur hologram solid yang dimiliki jam tersebut. Fitur yang bisa menciptakan suatu benda berbentuk hologram yang kemudian dapat menjadi padat agar dapat digunakan untuk membantu pekerjaan manusia. Dagaz memang pernah menulis teknologi itu dalam kisah yang ia buat, namun ia belum pernah melihat secara langsung teknologi tersebut. Dagaz masih terpukau dengan jam pemberian Herrscher. Ia menggeser – geser permukaan layar jam tersebut.&ldq

DMCA.com Protection Status