Di lain tempat, di kota Z. Reegan World Grup terlihat sangat tenang. Gedung tinggi pencakar langit itu tampak sangat kokoh dan besar. Dalam sebuah ruangan luas di antara semua ruang, Kenzie tengah berdiri dengan angkuh menatap jalanan kota Z yang padat. Di sebuah bangku tamu yang tak jauh, Lander terlihat sangat tertekan. "Tuan,""Cari lagi,"Lander memaki dirinya sendiri. Dia sudah sangat pusing dengan keadaan emosi tuannya yang terkadang bisa meledak sewaktu waktu. "Tapi tuan, ini sudah dua tahun. Kita telah menulusuri setiap inci kota Z. Dan nona Ellina tetap tak dapat ditemukan,"Kenzie terdiam. Dia memejamkan matanya sesaat. "Tetap cari informasi tentangnya. Aku yakin dia masih hidup,""Tuan," ujar Lander miris. "Aku tahu perasaan tuan. Tapi tuan-""Pintunya ada di sebelah sana!"Lander bungkam saat kata-kata dingin itu terlontar dan memotong kata-katanya. Dia bangkit dan berjalan namun terhenti sesaat. "Tuan muda, tuan besar menyuruhmu untuk berkunjung ke rumah utama.""Hmn,"
Rumah kecil kayu di ujung perbatasan di tengah hutan pinus itu tampak sangat hangat. Meski tak ada satupun rumah lain di tengah sepinya hutan, itu tak membuat rumah terlihat dingin. Di sebuah bangku empuk, Ellina tertawa kecil saat melihat seorang pria yang tengah duduk di bangku ruang tamu itu mengerutu. Tangannya sesekali bergerak hingga membuat pria di hadapannya sangat kesal. "Hei, bukankah kau keterlaluan? Mengalahlah sedikit padaku,"Di hadapan mereka ada kotak balok persegi dengan dadu dan beberapa mainan lain. Mereka berdua terlihat serius dan kian serius karena susana rumah yang sunyi. Entah berapa lama antara keduanya saling menggerutu sama lain. Tertawa, atau mungkin akan ada sebuah cerita dalam obrolan yang tak berarti. "Aku sudah katakan, daduku tak akan kecil," bantah Ellina. Matanya melirik pria di hadapannya yang tengah cemberut. "Ada kabar apa di luar sana?" Tangan pria itu tiba-tiba terhenti. Matanya menelisik gadis cantik di hadapannya. "Kau ingin kembali sekaran
Canuto Hotel Group. Ellina menatap gedung tinggi dihadapannya. Setelah melalui hampir delapan jam perjalanan, dia akhirnya sampai di pusat kota. Lalu Lykaios juga telah membawanya ke sebuah tempat tato. Menato bekas luka jahitannya dengan sebuah gambar mawar merah yang tengah merekah. Membuat kulit putihnya terlihat sangat pas dengan tato di punggungnya. Kini Ellina berdiri di depan hotel. Dia mengingat kata-kata Lykaios beberapa saat lalu. Sebelum akhirnya pria itu pergi dengan tatapab berat hati. Dia tahu kedatangannya ke kota ini membutuhkan banyak hal untuk di lakukan. Dan Lykaios melakukan itu semua. Dia yakin, pria itu pasti mulai menyusun rencana untuk semua kemungkinan. "Katakan saja kau sepupuku. Aku telah menyediakan kamar vvip di lantai 40. Semua kebutuhanmu ada di dalam kamar. Aku harus memeriksa sesuatu dan akan mengunjungimu besok. Pastikan kau mengunci kamarmu dan jangan membuka pintu meski itu layanan kamar. Kau mengerti?"Ellina tersenyum manis. Perhatian itu teras
Ellina menatap monitor di hadapanya dengan wajah penuh minat. Semangat hidupnya tampak sangat berkobar. Ia tak menyadari, bahwa hal yang di masa lalu ia tinggalkan menjadi hal yang peling dia rindukan saat ini. "Baiklah, mari kita lihat, ada tantangan apa yang menunggu. Aku harus mengambil semua uang yang mereka tawarkan."Senyum Ellina terkembang lebar tanpa sadar. Matanya mulai bergerak liar dan mengklik beberapa perlombaan meretas dan yang lainnya. Dia juga mendapati beberapa akun atas nama dirinya, 'White Fox' berkeliaran bebas. Melihat itu dia cukup terkejut. "Kenapa ada banyak akun White Fox setelah aku tinggalkan. Mereka, apakah mereka pikir bisa main-main dengan nama akunku? Baiklah, ayo tunjukkan pada dunia. Bahwa White Fox yang asli telah kembali."Tatapan sinis dengan niat yang membara menyulut semangat kian berapi api. Matanya berkedip sesekali sebelum Jari-jarinya bergerak liar dengan sangat cepat. Dalam hitungan menit, beberapa lomba meretas tingkat bawah telah dia han
Irlac ikut menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke samping, pada raut terkejut Ellina. dan pada tatapan dingin yang penuh peringatan. dia tahu, gadisnya tak menyukai hal yang dia lakukan. tapi, dia tak peduli. Dia hanya tersenyum lalu meletakkan tangannya di pipi Ellina dengan sangat lembut. "Kau bilang, kau dan ibumu selalu hidup berpindah pindah. Lalu saat kau betemu denganku, kau menangis karena tak mau pindah dan meninggalkanku," ucap irlac melanjutkan kata-katanya. "kita selalu bersama sejak saat itu. dan kau menjadi temanku yang pertama kali."Ellina masih diam. Dia bagai tersihir. Semua itu, seakan ingatan yang tak pernah dia dapatkan meski dia mencoba mengingat semuanya. Dia ingin mendengar lebih banyak. Jadi dia membiarkan tangan Irlac menyentuh pipinya hangat. meski merasa semua salah dan dia belum yakin dengan hal yang irlac ucapkan, tapi dia ingin tahu lebih banyak."Kita akan main bersama setiap hari. Karena aku tak memiliki teman, kau mengatakan bahwa akan menemaniku se
Malam ini, saat Ellina mulai terlelap semua masalah meledak dalam satu malam. Kemunculannya dalam dunia peretasan membawa berita yang sangat panas dan selalu di perbincangkan. Dari sekian banyak berita, ada wajah-wajah yang terlihat sangat terkejut, antusias, berdebar hingga membuat orang lain merasa pusing. Contoh saja Zacheo. Dia berlari dengan sangat cepat menuju lift perusahaan untuk segera masuk ke ruangan meeting yang tertutup. Dia membuka pintu ruangan dengan tergesa, suara keras pintu yang terbuka membuat semua mata menatapnya. "Apa yang kau lakukan!" tegur Ernest dingin. Ini sudah malam, tapi dia masih harus bekerja karena beberapa hal mengalami kendala. Itu membuatnya menjadi sangat kesal. "Bos, dia kembali." ujar Zacheo dalam satu tarikan napas. Suaranya lantang dan peluh menetes dari keningnya. "Dia benar-benar kembali,"Ernest mengerutkan keningnya. Dia masih tak bereaksi pada hal yang disampaikan sekretarisnya. Jadi dia hanya menatap Zacheo tanpa ekspresi. "White Fox
Pagi ini waktu baru menunjukkan pukul 10 pagi. Tapi lobby hotel Canuto itu tampak sangat ramai dan padat. Membuat beberapa karyawan bertanya penasaran. Namun saat melihat Lykaios, tengah duduk di meja lobby dan menikmati sarapan pagi, semua keramaian itu perlahan teratur. Para karyawan tak akan membuat kesalahan dan hanya memilih menonton ketampanan Lykaios dalam diam.Dari pintu hotel yang baru saja terbuka, Alvian di ikuti Nero datang dengan sangat tergesa. Mereka berdua jelas terlihat tampan hingga begitu mencolok untuk di abaikan. Mata mereka segera berhenti pada sosok Lykaios yang tengah menikmati sarapan paginya. Tak bisa menunggu, mereka berdua langsung bergabung."Dimana Ellina?" tanya Nero tanpa duduk dan segera mengedarkan penglihatan di seluruh penjuru lobby hotel. Dia jelas langsung bergegas menuju hotel ini sejak Alvian meneleponnya setengah jam yang lalu."Itu benar. Kami tak terlambat kan?" kali ini Alvian pun melakukan hal yang sama.Lykaios hanya melirik dua temannya
"Ellina,"Suara berat itu membuat tubuh Ellina menegang. Kepalanya dengan sangat pelan menoleh kebelakang. Dia terpaku, pada pria yang baru saja memanggil namanya. Tubuhnya berdiri dengan cepat. Dia menatap dari atas hingga bawah, tubuhnya bergetar pelan. Ada banyak hal yang dia pikirkan, tapi bahkan satu kata sapaan saja tak sanggup keluar dari bibir tipisnya. Mereka berdua hanya saling menatap. Tak ada yang mencoba bergerak atau mendekat lebih dulu. Mereka hanya saling diam, dan memandang satu sama lain. Ada riak keterkejutan di antara keduanya. Hal itu cukup terlihat jelas. "Aku," ujar pria itu menggantung dan tak terselesaikan. "Aku, Ellina, aku ...,"Ellina melangkah pelan dan tersenyum tipis. Binar matanya terlihat terang. Dia melangkah hingga berdiri tepat di hadapan pria yang memanggilnya. Saling menatap dengan binar kerinduan. Ada helaan napas yang terdengar di antara keduanya. Mereka berdua cuma saling menatap dalam beberapa waktu. Dan tak ada yang mencoba memulai sesuatu
Hutan perbatasan itu tampak sangat sunyi tapi asri. Rumah kayu yang tampak sepi itu masih terlihat kokoh meski tak berpenghuni. Ellina baru saja turun dari mobil dan berdiri terpaku menatap rumah yang sangat dia kenali sejak dua tahun lalu. Sosoknya yang lemah tampak tersenyum dengan rasa rindu yang tercetak jelas. Rambut panjangnya tampak bergoyang pelan tertiup angin, dengan mata bulat hitam yang berair dan jernih, sosoknya terlihat kian cantik dengan kulit putih pucat yang menampilkan bibir merah cerrynya."kau tinggal di sini?" Ellina menoleh saat tangan Kenzie merangkul pundaknya dengan tatapan meneliti rumah kayu di depannya. Senyumnya tampak sangat lemah saat mengingat kejadian berat dua tahun lalu yang harus dia alami. Trauma dalamnya membuatnya tak bisa hidup dengan baik saat itu. Dia harus mengalami mimpi buruk yang panjang hingga hampir gila karena ketakutan. Dan pria di sampingnya yang kini kembali menjadi suaminya adalah orang yang membuatnya seperti itu."Aku tak menyan
dua suara itu terdengar dalam waktu bersamaan. irlac tak dapat merespon sebelum menyadari bahwa pintu kamar itu terdobrak dan satu hantaman melayang ke wajahnya. pukulan itu terus saja datang tanpa jeda dan tak memberinya ruang untuk bergerak apalagi membalas. tapi dari sudut matanya yang terbuka, dia tahu bahwa orang itu adalah kenzie!bagaimana bisa! bagaimana bisa kenzie menemukan lokasinya dengan sangat cepat? dia yakin sudah mengacaukan segalanya, tapi pria ini berhasil datang dan menemukan ellinanya. dia tak bisa bergerak saat pukulan yang entah keberapa kali dia terima membuat seluruh kesadarannya menghilang.melihat irlac tak bergerak, mata kenzie mengedar dengan teriakan yang tertahan. dia dengan cepat menghampiri jendela dan menggenggam erat tangan ellina. saat ini, dia merasa seluruh nyawanya terhisap dan dia akan kehilangan segalanya. segalanya yang membuat hidupnya tak berarti jika itu terjadi."ellina!" teriaknya kuat. dia merasa ellina mencoba menghindari tangannya, dan
"ellina,"ellina sempat membeku saat melihat vania berdiri di dalam ruangannya. tatapan matanya meneliti dan kemudian tersenyum sinis. "haruskah aku panggil ibu?" "aku ikut membesarkanmu," jawab vania dingin. tatapan matanya mengejek dengan tubuh yang terus mendekat. "ikut denganku," raihnya menarik tangan ellina."kenapa aku harus?" tanya ellina tak bergerak dan menahan tangannya. tatapannya dingin dengan tatapan yang menghujam. ekspresi muak terlintas di balut dengan senyum tipis yang entah kenapa di mata vania terlihat sedikit menakutkan. "lepas,"vania tertawa, "kau masih belum sadar? kenapa kau sangat mejijikkan?" ucapnya mengeluarkan kebencian. "aku, sampai mati, tak akan membiarkanmu bahagia sementara anakku mati menderita. aku tidak akan membiarkanmu menikah ataupun pergi dengannya! kau harus mati, dengan cara yang mengenaskan dan sama dengan yang lexsi alami. aku berjanji, bahwa akuakan menunjukkan neraka untukmu di depan makam putriku!" teriaknya pada akhirnya.ellina mundu
ruangan terbuka itu memiliki udara sejuk dengan tanah liat yang terlihat sedikit basah. di bagian lain, tampak rumput-rumput kering yang bergoyang saat angin pagi menyapa halus. tampaknya hujan semalam memberikan harapan untuk hidup kembali. sedangkan di ujung sana, tampak bukit hijau yang menjulang dengan awan-awan putih yang menggantung di setengah badan gunung belum menghilang. di balil bukit, tampak cahaya keemasan terlihat malu-malu untuk bergerak tinggi dan menyinari. "sial" makian itu jelasterdengar ditngah udara dan pemandangan yang baik di pagi hariini. hal itu membuat ellina mengernyit tak mengerti."apa yang terjadi pada alvian?" tanyanya sambil melangkahdengan kaki telanjang namun tiba-tiba tangan kenzie meraih tangan dan merengkuh pundaknya. gaunnya yang panjang kebelakang tampak membentang dengan punggung yang terbuka, menampilkan tato mawar merahnya yang menyala. itu cantik dan sempurna.sudut mulut kenzie membentuk senyum tipis. wajahnya dia dekatkan saat kepala elli
hari ini livian tampak sibuk mengatur seluruh keperluan pesta yang akan di adakan nanti malam. kerena irlac telah resmi keluar dan lepas tangan dari L. V. Technology sejak ellina dinyatakan sebagai pewaris sah, livian mengambil alih segalanya untuk sementara karena ellina mengatakan belum siap untuk mengatur dan menjadi pemimpin keluarga. dan semua itu menjadi tanggung jawabnya kembali seperti sebelumnya.malam ini, saat acara pesta peretasan itu resmi digelar, beberpa tamu mulai berdatangan. dengan menyewa gedung milik keluarga E. V. yang telah ellina atur sebelumnya, membuat livian medesah lega. kini dia bisa melihat acara yang dia atur cukup ramai dengan desain dan balok es sebagai hiasan yang melambangkan ornamen perangkat lunak, atau ikon-ikon ang sering digunakan dalam peretasan. pencahayaan yang pas membuat suasana pesta itu tampak mewah dan berkelas. livian memberikan sambutan saat seluruh tamu telah datang dan memanggil ellina sebagai pemenang juga sebagai pewaris keluarga
Lima hari berlalu sejak Ernest tersiksa dan merasakan menderita hingga akhirnya berujung gila! tak ada ketampananlagi di wajahnya, setiap hari dia hanya tertawa, menangis lalu merintih kesakitan saat kesadarannya pulih. kehilangan lidah, dua tangan dengan dua kaki patah benar-benar membuatnya tak berdaya. dia pun memilih bunuh biri saat damon bar saja datang untuk menyiksanya.di lain tempat, qianzie mengalami hal yang sama. beebrapa hari telah berlalu dan dia tak dapat tidur sama sekali. dia benar-benar tersiksa, saat obat tidur itu memaksa matanya untuk terpejam namun dia memaksakan untuk tidak tidur. karena jika dia tidur, tali yang mengikat tubuhnya akan terlepas karena tangannya yang tak dapat menggengam erat tali di atasnya. bing bing di bawah sana sudah pasti akan mehapnya karena mulai merasa lapar sejak satu hari yang lalu. menyaksikan bing bing setiap hari melahap anak buahnya satu persatu yang keluarga Reegan temukan, membuatnya sangat ketakutan. dia tak tahu bahwa akan di g
Beberapa hari kemudian, Kenzie terlihat telah pulih meski tangannya masih di perban. Untung saja itu tidak patah, juga luka gores di lengan dan punggungnya telah sepenuhnya mengering. saat ini, Ellina berada di dalam ruangan Kenzie di rumah sakit, tengah duduk sambil membaca sebuah majalah dimana fotonya terpajang sebagai pewaris sah perusahaan L. V. dan E. V. sekaligus. dia mendesah karena merasa semua ini salah, dia meletakkan majalahnya lalu menatap Kenzie yang diam."Dimana Ernest?" Kenzie melirik Ellina datar. "Kenapa kau tanyakan itu padaku?""Kenzie," panggil Ellina lirih. dia tahu statusnya, juga tahu bahwa peringatan untuk menjauhi Ernest bukanlah main-main. tapi rasanya dia juga tak akan mengambil posisi ernest selama ini. "aku sudah mencarinya, tapi dia menghilang!""akan lebih bagus jika dia tewas!" balas kenzie kesal."kenzie" peringat ellina menunjukkan rasa tidak suka.kenzie memperhatikan ellina sekali lagi dan terlihat bahwa istrinya itu telah benar-benar pulih dan
Malam ini, Kenzie memeluk erat Ellina dalam rengkuhannya. Diam-diam dia bersukur pada kecelakaan yang telah mereka alami. Karena hal tersebut dia memiliki waktu yang banyak untuk bersama istrinya. Tapi sepertinya, keadaan tubuhnya tidak terlalu baik. Dia merasa luka-lukanya kian sakit dan semakin perih setiap waktunya. Meski begitu, dia menggunakan satu tangannya untuk memeluk Ellina erat. Lykaios memimpin langsung pencarian ke dasar jurang. Bersama anak buahnya dan beberapa dokter, dia menyusuri lembah dengan sangat hati-hati. Dia tak menyangka bahwa akan ada hutan lebat di dasar jurang curam yang seperti ini. Dia pikir, semua hanya akan ada tanah tandus bebatuan yang kering. Pencariannya tidak secepat yang dia pikir. Dia terus saja masuk ke dalam hutan dan menyusuri sungai untuk mencari arah yang lebih mudah. Waktu terus berlalu dan dia sama sekali tak berhenti untuk mencari. Dia bahkan melihat hari telah mulai pagi meski di dalam hutan ini tampak gelap karena cuaca yang mendung da
Hari dimana jati diri Ellina terungkap ke media adalah hari yang berat untuk Wilton. Saat dia baru saja berpikir untuk menjemput Ellina, dia mendapati kabar bahwa putri satu-satunya mengalami kecelakaan dan mungkin saja telah meninggal. Semua terlalu kebetulan untuknya, dia menjadi kian curiga saat sebuah surat tak bertuan melayang untuknya dengan informasi bahwa putra luarnya yang telah merencanakan pembunuhan pada putrinya. Hal itu jelas membuat darah Wilton mendidih. segera, dia mendatangi kantor E. V. Company dalam diam.Sedangkan di rumah keluarga Rexton, saat jati diri Ellina terungkap ke media, Aldric tampak linglung. Mantan istri yang dia cintai sebenarnya adalah putri dari keluarga L. V. yang tengah bersembunyi. Tapi dia, tanpa sengaja membuat hidup istrinya menderita hingga kematiannya. Terlebih pada ellina, dia baru menyadari bahwa Ellina adalah putri dari Wilton, yang artinya putri dari keluarga E. V.. Semua darah yang mengalir di tubuh Ellina adalah darah konglomerat yan