Sama seperti yang direncanakan, pagi hari Levi dan Stacy disambut dengan jadwal memilih rancangan baju untuk pernikahan keduanya. Sebuah hal yang telah Levi prediksi sebelumnya sebab sejak awal Jordan yang mengambil alih semua urusan pernikahan mereka.
Jika ditanya apakah Levi sudah siap dengan kenyataan yang akan terjadi, maka jawabannya adalah iya dan tidak. Iya, karena sudah menjadi konsekuensi dari keputusan yang telah ia ambil. Dan tidak, karena malas. Malas menjadi terikat dengan sebuah hubungan, malas jika banyak reporter yang mewawancarai dirinya dan juga malas berpura-pura peduli dan mencintainya. Tapi Levi tidak akan menjadi suami yang kurang ajar, dia akan berperilaku manis dan baik selayaknya suami yang bertanggung jawab.
Satu lusin gaun dengan modelkan ball gawn yang telah pajang sedemikian rapi pada dua belas manekin. Namun Stacy menolak semua rancangan baju tersebut secara cuma-cuma dengan alasan bahwa ia tidak menyukai motif maupun renda yang terpasang. Wajahnya bahkan terlihat tak peduli dengan semua ini sementara para penjahit dan perancang di sana telah kelewat panik.
"Ini saja, kupikir ini cocok denganmu," ujar Levi yang terlahan mulai terlihat kesal karna Stacy sama sekali belum memilih salah satu gaun di sana.
"Aku tidak tertarik."
Levi menghembuskan napas perlahan, genggaman tangannya sama sekali tidak terlepas sejak pertama kali keduanya datang. Terlihat hangat namun keduanya sama sekali tidak merasakan sensasi senang. Sebab Levi menyadari jika tempat ini telah Jordan beri pengawasan ketat, Levi sendiri tahu jika ia lengah maka nyawanya akan terancam dan secara keseluruhan takhta Leoxy akan diberikan pada Stacy. Levi tidak bodoh, dia tahu hal itu sejak awal.
"Hanya satu hari, setelahnya kau bisa bebas menggunakan apapun, kan? Aku akan membelikanmu semua yang kau mau, serius!"
Stacy menoleh, dia cukup kebingungan mengapa Levi bertindak sangat antusias dalam sandiwara keduanya. Bahkan raut wajahnya terlihat berseri-seri menandakan kebahagiaan. Entah Levi yang sangat berbakat dalam bidang membohongi atau hanya Stacy yang tidak bisa membedakan antara akting murahan dan kelas kakap.
Namun tatapan Stacy melemah, ia sangat tidak suka dengan apa yang terjadi di hadapannya. Mimpinya hancur seketika kala di hadapkan dengan dua belas pakaian dengan rancangan yang berbeda-beda, sebab semua ini bukan sesuatu yang ingin ia kenakan saat pernikahannya. Dulu ia pernah menulis akan menggunakan pakaian berwarna merah muda selayaknya tokoh kartun yang akan tersenyum senang selama pernikahannya. Dia bahkan sudah merancang dan bertanya pada beberapa orang tentang saran model dan motif pakaiannya.
Rasanya mengerikan kala mimpinya hancur tanpa sisa.
Mencoba menarik senyum tipis. "Boleh kita berjalan-jalan dulu, aku kebingungan memilih gaun yang mana," katanya perlahan. Dari pergerakannya Levi bisa membaca bahwa ada kesedihan yang terpancar, sejauh ini ia mencoba menoleransi Stacy dan segala hiruk-piruk kekacauan hidupnya. Maka dari itu ia memilih diam, menggandeng tangan gadis itu keluar dari butik dan berkeliling sejenak.
Levi tahu jika Stacy tidak akan bisa melakukan perannya dengan baik selama menjadi calon istrinya saat ini, maka dari itu dia akan mendominasi secara keseluruhan. Sandiwara tanpa bayaran ini harus tetap berjalan bagaimanapun caranya. Baik ataupun buruk, suka maupun tidak.
Mencari banyak udara segar dan pada akhirnya berakhir di sebuah taman sederhana yang lokasinya berada di sekitar butik tersebut atau lebih tepatnya, mereka sedang mencari sebuah tempat aman untuk berdiskusi. Tidak perlu khawatir dengan kamera yang akan menyorotnya secara diam-diam, karena tempat sudah diamankan oleh Jordan.
Sebuah bangku yang terbuat dari kayu, beberapa bunga berwarna putih dan merah yang ada di bagian kanan, seekor kupu-kupu yang terbang melintas. Mirip kisah dongeng, walau apa yang sedang terjadi tidak memiliki kemiripan sama sekali dengan dongeng yang memiliki akhir bahagia.
Levi menyandarkan tubuhnya dengan nyaman, kedua tangannya berada di belakang kepala, menjadi penyangga agar nyaman bersantai menatapi langit. "Pilih saja salah satu gaun di sana, tidak akan bermasalah dengan kelanjutan pernikahannya." Kesabaran Levi saat ini sudah terkuras, sejak awal yang ia lakukan di dalam butik hanya memutari dua belas gaun dan gadis itu samai saat ini belum menentukan pilihannya.
"Semua bajunya terlalu terbuka, aku tidak menyukainya."
"Alasan yang bagus," jawabnya enteng. Levi berubah menjadi pribadi semula, sosok yang tak memiliki belas kasih dan terkesan kejam. Padahal bagi Stacy sendiri Levi adalah sosok keras kepala, sisi kejamnya tidak terlalu mendominasi karna sejauh ini ia hanya menyaksikan secara nyata apabila dia hanya bersikap acuh tak acuh pada sekeliling.
"Tapi itu-"
"Apa?" Levi memotong cepat. "Dengar Putri Darell, aku tahu kau masih berusaha mengelak, tapi bahkan kita tidak memiliki waktu, tiga hari lagi kita menikah dan apa yang kau bisa lakukan selama tiga hari itu? Tidak ada."
Stacy terdiam, napasnya tercekat. Rasanya luar biasa menyakitkan. Stacy akui beradaptasi dengan kenyataan seperti ini tidak mudah, meskipun semalaman ia mencoba meyakinkan diri sendiri apabila perjodohan dalam lingkup bangsawan memang hal yang lumrah. Karna seperti itulah golongan mereka mempertahankan kekuasaan dan kekayaan, menikah dengan yang setara atau lebih tinggi kastanya. Menguntungkan di pundi-pundi uang maupun reputasi.
Namun ia digunakan sebagai alat perdamaian, sepenuhnya hanya berupa alat dan Jordan sama sekali tidak memedulikan hal itu.
"Aku tahu kau ingin segara menuntaskan ini, maka pilih satu di antaranya. Lebih cepat lebih baik."
Stacy tidak punya pilihan lain. Semua kejadian yang tengah terjadi tidak pernah membiarkan Stacy mendapat opsi kedua, pilihannya hanya berupa iya dan iya. "Kalau begitu, kau saja yang memilih pakaiannya. Mana saja, terserah aku akan setuju."
Sedetik kemudian Levi menoleh ke arah Stacy, menaikkan slah satu ujung bibirnya tanpa ada kejelasan setelahnya.
Setelahnya Levi memilih pakaian yang ia inginkan dan jujur, Stacy tidak mendapat kenyamanan dari setiap gaun yang Levi pilih. Stacy yang sebelumnya mengatakan akan setuju pada pilihannya sekarang harus sedikit merengek agar ia bisa menarik perkataannya.
Levi menghembuskan napas. "Aku tidak menerima penolakan, ini yang terakhir." Melirik sekeliling dan mencari seorang wanita di sana. "Ambilkan gaun terakhir yang belum Putri Stacy tolak," ucap Levi tegas kepada salah satu pegawai wanita di sana. Wanita itu jelas terpesona karna sepertinya ia harus mengembalikan setengah nyawanya karna telah mengagumi paras Levi dari jarak dekat.
Bahkan beberapa penjaga Levi harus memasang posisi siaga kana takut tiba-tiba wanita di dalam butik tersebut berubah gila.
"Gaun yang terakhir itu paling terbuka, kau mau tubuh calon istrimu di lihat orang lain?"
Levi tersenyum tipis. "Tidak masalah, kau seksi."
Sekarang Stacy tahu mengapa tadi saat di taman Levi tersenyum saat ia bisa memilih pakaian yang ia inginkan.
"Biar aku saja yang membantu gadis ini melepaskan bajunya, kau ambil saja gaun permintaanku," ucap Levi dengan ujung bibir terangkat.
"Lev-Levi!" Stacy mencoba menahan Levi menuju ruang ganti. Belum sempat ia melanjutkan protesnya, mereka berdua telah berakhir pada ruangan minimalis dengan sebuah pintu berwarna putih yang menutupi isi ruangan.
"Diamlah," ucap Levi seraya mendekatkan kepalanya menuju telinga Stacy. Tubuh mereka jelas terpantul jelas dari kaca besar yang berdiri di hadapan Stacy, dengan tubuh gagah Levi yang menggunakan jas merah sebagai torsonya. Lelaki itu sedikit menumpu pundaknya kemudian ia melanjutkan ucapannya.
Secara perlahan Levi meraih resleting putih yang tersemat pada punggung bagian atas Stacy, salah satu tangan Levi menyingkirkan beberapa rambut yang tergerai di punggungnya. Sedangkan gadis itu sukses bungkam pun menggigit bibir bagian bawahnya karena serius, napas berat Levi menyapa lehernya dengan sangat tidak sopan. Sensasi menggelikan itu sukses mengantarkan remang ke seluruh tubuhnya. Kedua tangannya sudah menahan bagian bajunya dengan erat, berharap gaun itu tidak terjatuh dari tubuhnya.
"Levi?"
"Hm?"
"Bisakah kau berhenti menatap bra-ku seperti itu?"
***
Stacy akhirnya berhasil masuk ke dalam kamarnya pada pukul sepuluh malam. Untunglah kali ini Jordan cukup memberi jeda dan membiarkan keduanya untuk berhenti melakukan sandiwara memabukkan karna jika bisa pria itu pasti akan membuat Stacy berakhir menginap di dalam Kerajaan Levi.Tubuh Stacy seakan tidak menyatu dalam susuan yang benar, rasanya hari ini sangat melelahkan. Stacy berencana untuk berendam di dalam kubangan air hangat dengan aroma esensial yang mampu menyegarkan tubuh serta pikirannya.
Namun, semua bayangan kenyamanan tersebut mendadak hancur kala ia mendengar suara pintu kamarnya yang mendadak terbuka dan tertutup dalam waktu yang sangat singkat. Lampu yang menerangi kamarnya mendadak dimatikan dan pada detik berikutnya Stacy merasakan pergelangan tangannya ditarik dan didesak pada dinding.
Dengan mudah mengunci semua pergerakan Stacy, membuat tubuh Stacy terhimpit antara dinding dan semakin mendekatkan tubuhnya. Napasnya tersenggal, perasaannya membuncah hebat, debar jantungnya kian meningkat kala sosok tersebut kian mendekatkan parasnya. Niatan untuk berteriak seketika Stacy gagalkan karena aroma parfum yang sangat dikenali indra penciumannya. Aroma parfum yang tidak berubah selama dua tahun terakhir.
Manik hazel miliknya begitu kentara kala sinar rembulan mampu memberi samar-samar cahaya. Hanya dengan hal yang begitu sepele Stacy dapat mengetahui dengan jelas siapa sosok yang ada di hadapannya. Begitu familier.
Dia mengembangkan senyumannya seraya mengelus pipi Stacy pelan. "Lama tak bertemu, sayangku."
"Adrian Mathew!" Stacy menaikkan nada bicaranya, nyaris memekik. Terkejut bukan main mendapati eksistensi lelaki bersurai hitam tersebut di hadapannya.
Adrian meletakkan jari telunjuknya di depan bibir mungil Stacy, kemudian mendekatkan wajahnya. "Sshhhh, jangan berteriak jika kau tak mau aku bertindak lebih jauh." Pernyataan singkat tersebut berhasil membuat Stacy terdiam. Tubuhnya seketika memberi sensasi lain.
Perlahan Adrian menjauhkan telunjuknya, perlahan melingkarkan tangannya pada pinggang Stacy dan membawa tubuhnya kian dekat. Sengaja mengikis jarak.
"Bagaimana kau bisa masuk? Bagaimana kau melewati seluruh penjaga?"
"Kau pernah mengajakku menyelinap seperti ini juga, tidak ingat?" Adrian terkekeh sebentar. Lagipula aku tahu seluk beluk Kerajaan ini, dimana tempat yang aman untuk bersembunyi dan tempat mana yang paling jarang dikunjungi penjaga."
Adrian mengetahui dengan jelas jika perbuatannya kali ini adalah sebuah tindakan berujung malapetaka dengan risiko yang sangat besar. Terutama menyusup ke dalam kamar Stacy.. Karena menurut perjanjian yang tertera, keduanya tidak boleh saling bertemu lagi. Kisah cinta yang berakhir tragis, miris.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Menemui kesayanganku, apalagi?"
"Kita tidak bisa bersama lagi, mengerti? Aku takut jika kau akan mendapat masalah lagi jika melakukan memaksakan kehendakmu Adrian, tolong. Aku mencoba melindungimu, aku berusaha tidak menanyakan keberadaanmu pada Dean. Aku mencoba tidak peduli. Jangan bahayakan dirimu sendiri seperti ini, demi aku." Lambat laun nada bicaranya semakin melemah, mimik wajahnya berubah-takut sedih bercampur menjadi satu.
Keduanya tersiksa, sangat. Tidak ada kebahagiaan bagi mereka, sama sekali tidak ada yang tersisa.
Melihat hal tersebut Adrian spontan memeluk Stacy erat, seerat mungkin. Seolah itu adalah satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sebelum dunia ini berakhir.
Dusta apabila mengatakan Stacy tidak merindukan Adrian, dia merindukannya. Sangat rindu. Tapi di sisi lain ia tidak bisa menolak karena banyak hal yang menjadi konsekuensi. Stacy sudah tidak mampu menerima hal lain yang lebih buruk mengenai Adrian, sudah cukup keduanya dipisah secara paksa, Stacy tidak mau hal buruk lain yang mengenai mereka.
"I know you still want me, Stacy." Adrian membisikan hal tersebut tepat di sebelah telinga Stacy, tapi Stacy tidak memberikan jawaban.
Adrian melihat paras Stacy seakan mengagumi sebuah keindahan yang tiada tandingannya, seakan memuja. Adrian suka sekali memperhatikan Stacy dari dekat, semakin terlihat menawan dan memikat. Bahkan dalam keadaan yang sangat kacau seperti ini, dia masih sama menawannya.
"Apa kau tidak mau kabur denganku, ke sebuah pedesaan dan kita akan hidup bahagia di sana. Hanya kita berdua, mari tinggalkan semua hal di sini." Bergerak menuju pipinya, membelainya seiring dengan memberi beberapa kecupan pipi. "Kita masih punya waktu, Stacy."
Adrian menyadari bahwa tatapan Stacy kian meredup, gadis itu bergeming, tidak mau mengucapkan apapun. "Kenapa kau hanya diam? Jawablah, aku tahu kau tidak menginginkan semua ini."
Sebuah ciuman lembut terbalut di antara keduanya, tapi hanya Adrian yang mendominasi, sementara Stacy merasakan ngilu luar biasa pada dadanya. Stacy membiarkan Adrian melakukan apa yang ia mau, membiarkan semua pertahanannya kali ini runtuh.
"Aku tidak bisa."
"Kenapa?"
"Karna lebih baik aku menderita dari pada melihatmu sengsara."
"Kita sudah menderita," Dia memberi jeda. "Kita berhak memilih apa yang baik untuk kita."
"Tapi semua keputusan ada pada Ayahku, kita tidak bisa menolak.
Kita adalah cinta, sekaligus luka."[]
Sejak beberapa hari lalu Levi selalu mendapatkan berbagai macam laporan dari pelayan maupun koki yang bertugas di Kerajaannya. Mereka mengatakan bahwa makanan yang disajikan untuk Levi sering sekali berkurang dan habis, bahkan sebelum makanan tersebut dihidangkan di hadapan Levi. Beberapa orang sudah mengecek beberapa tempat di dalam kerajaan, tapi sama sekali tidak menemukan petunjuk. Dan Levi tidak pernah menganggap hal ini serius.Sebab bagi Levi hal seperti itu tidak akan menjadi sebuah masalah serius lantaran tidak mengancam kehidupannya, tidak ada tanda penyusup karna ia sendiri yakin apabila penjagaan kerajaannya sudah sangat ketat. Tidak mungkin juga penyusup melalui laut, ada banyak sekali pengawal di daerah dermaga. Di samping itu, toh, mereka bisa membuat makanannya lagi, pun jika stok bahannya habis, mereka pasti akan segara membeli bahan dengan kualitas terbaik.
Pertemuan antar keluarga bangsawan, akan selalu terjadi setidaknya setahun sekali. Membahas tentang kerja sama atau berdiskusi akan masalah ekonomi antar negara, kadang hanya berupa ramah tamah untuk mempererat hubungan. Meskipun jelas di antara mereka ada yang tidak tulus, berusaha mencari celah-kesempatan untuk menghancurkan satu sama lain. Sudah terbiasa, maka dari itu harus lebih berhati-hati agar tidak terjebak dalam perangkap mereka. Perjamuan kali ini lebih terlihat seperti pesta dalam skala besar dari pada perjamuan yang selalu tampak formal. Semua susunan acara, perabot yang digunakan hingga apa saja yang tersaji. Levi biasa menghadiri hal sejenis itu jadi ia mampu menyadari jika perjamuan kali ini berada dalam skala dua kali lipat dari acara yang biasa ia hadiri. Beberapa pangeran dari Selatan terlihat berkumpul bersama di d
Stacy merasakan hari semakin cepat berlalu, entah mengapa setiap detiknya seolah berubah menjadi tanda-tanda kematian. Rasanya seolah malaikat kematian sudah menantinya, menanti Stacy merasakan sebuah rasa sakit atas kehidupan rumah tangganya kelak. Mengenai hal ini, Stacy beberapa kali masih memikirkan gadis yang Levi bicarakan. Hanya saja saat Levi mengatakan ia tidak mengetahui apapun, Stacy hanya mengangguk dan menurut. Tidak terlalu peduli juga.Tidak akan menjadi masalah, karna memang sejak awal Stacy tidak mau peduli dengan urusan seperti ini. Dia hanya akan menjalankan perannya dengan baik dan sebaliknya. Sejak awal juga Levi tidak pernah mengekangnya, hanya saja tetap terlihat seperti pasangan di mabuk cinta kala berhadapan dengan media dan keluarga Darell.Sinar spektrum dari ufuk timur memaksa masuk dengan cara menerobos mela
Levi menghembuskan nafas panjang untuk kesekian kalinya pagi ini. Keresahan serta keraguan rasanya bercampur jadi satu hingga membuat seluruh rongga dadanya sesak. Selain karna acara pagi ini, Levi lebih panik karna ia mengetahui Tyche mengacak ruang kerjanya. Membuat susunan berkas tersebut semburat kemana-mana, memenuhi sisi ruangan. Tyche selalu mengacau, setiap hari, setiap saat dengan apapun yang ada di dalam kerajaannya.Sejak dua hari lalu ia berusaha mati-matian untuk menyelesaikan semua urusan. Membuatnya bekerja lembur semalaman, tidur pada pukul dua dan bangun pukul tujuh. Bahkan pernah, ia baru tertidur sesaat setelah matahari baru menunjukkan dirinya. Berangsur-angsur seperti itu hingga membuatnya harus meminum obat pereda sakit kepala, kepalanya serasa ditendang oleh puluhan kuda yang membuatnya merasakan nyeri bukan main.
Levi beberapa kali harus menahan dirinya sendiri, mengumpulkan seluruh aura positif agar ia tidak melakukan hal berbahaya dengan Stacy. Sebab ia juga tidak akan menyentuhnya kecuali gadis itu mengizinkan, dia tidak mau membuat kehidupan di dalam kerajaannya berubah menjadi tidak nyaman hanya karna ia tidak bisa mengontrol diri. Sesaat setelah Tyche datang di dalam kamarnya, ia tahu bahwa setelahnya harus membuat tumpukan kebohongan agar mengelebuinya. Gadis itu keras kepala, tidak akan menyerah pada keinginannya dengan mudah. Bahkan pernah ia merengek selama satu jam hanya untuk tumpukan biskuit dan bronis. Semenjak bersama gadis itu kesabaran Levi benar-benar meningkat sepuluh kali lipat. Bahkan beberapa kali Levi harus melakukan apa yang tak ia suka. Berbagi pakaian dengannya, menemaninya bermain meskipun hanya sepuluh menit atau ma
Stacy luar biasa penasaran. Kenapa semuanya bisa terjadi, kenapa Levi bisa berubah menjadi luar biasa kesakitan dan mengapa ia justru membiarkan sumber utamanya tetap ada di saat ia bisa memusnahkannya. Semenjak ia membuka mata dan sampai detik ini ia masih sering memikirkan hal itu. Bahkan disela-sela dirinya melakukan kegiatan dengan Tyche. Berbicara tentang Tyche, dia memang luar biasa cantik. Parasnya seolah Dewi tanpa dosa yang baru saja diturunkan ke bumi. Sangat periang, bersemangat seolah tak ada kata lelah dalam hidupnya walau dalam beberapa hal dia teramat merepotkan. Awalnya susah untuk mengajak gadis itu berbicara, dia selalu mengatakan, "Pergi! Aku benci denganmu! Kau mengambil Levi dariku." Tyche akan berubah sangat sensitif jika menyangkut Levi.
Hiruk pikuk manusia telah memenuhi pusat kota. Bukan sebuah kejutan apabila malam puncak festival tahunan selalu ramai. Sebab setiap tahun para pejabat negara selalu memberi beberapa hal yang membedakan festival ini dari tahun-tahun sebelumnya, seperti misalnya, tahun ini terdapat sebuah karnaval yang mengawali pembukaan pada puncak festival dan di akhiri dengan kembang api yang akan mewarnai langit malam.Sore menjelang petang adalah saat dimana karnaval baru memulai aksinya. Seiring berjalannya waktu, beberapa lampu lentera mereka nyalakan dan disusul dengan dihidupkannya seluruh lampu di seluruh pusat kota hingga bagian paling ujung Leoxy.Tyche tidak bisa berhenti kagum pada setiap hal sederhana yang terjadi. Mulai dari beberapa lentera hingga ratusan kembang api yang melayang indah di angkasa. Seluruhnya indah. Tyche suka. Selamany
Malam itu semuanya kacau. Bahkan hembusan angin berubah ribut hingga langit malam mendadak gelap, sama sekali tidak ada bintang dan rembulan. Bahkan saat ini luka pada tangan Levi tidak terasa walau darahnya masih mengalir menyelimuti beberapa bagian tangannya. Pikiran Levi gelap. Dia tidak bisa memikirkan apapun. Sarafnya berhenti beroperasi, detak jantunya terpaksa terhenti. Kelewat panik hingga tak bisa dijabarkan. Wajahnya pucat, seru napas ya berubah tak teratur bersamaan dengan tangannya gemetar luar biasa. Setidaknya dari semua perkara buruk tersebut Levi berhasil menyelamatkan Tyche. Tungkainya lemas, merosot begitu saja sesaat setelah ia berhasil mendekap Tyche. Memeluknya dengan keterkejutan luar biasa, akal sehatnya baru saja di cabut dengan mudahnya kala kenyataan jelas memperlihatkan Tyche yang melayang di udara. Mengerik
Maka pagi itu susunan kerajaan yang di tata kembali. Membuat semua orang yang memijakkan kakinya di atas tanah bertanya-tanya mengapa Levi yang seharusnya menikmati masa kejayaan-setelah binasanya Jordan dan Antonio-justru memilih memberi jeda waktu dalam masa kepemimpinannya karena lelah dan perlu sedikit rehat, setidaknya begitu yang media informasikan pada khalayak umum. Untuk sementara posisinya digantikan oleh Stacy.Awalnya Levi mengira Tyche akan membutuhkan seorang dukun kelas kakap, mungkin seorang cenayang dengan keahliannya dalam ramal-meramal seantero jagad atau setidaknya seorang penyihir misterius yang sampai sekarang keberadaannya masih lenyap bak ditelan ke dalam inti bumi. Kendatipun seluruh spekulasi Stacy melenceng jauh.Levi seketika menjadi tolol kala mendapati Tyche bisa mengendalikan gerakan angin hanya dengan sat
———————NeitherofusishappyButneitherofuswant to leaveSo we keep breaking one anotherAnd callingitlove———————Ada banyak hal yang tak bisa untuk dimengerti. Rasanya hidup benar-benar membingungkan. Sengaja memberi banyak sekali hal tidak masuk akal dan di luar angan-angan, memaksa untuk tetap dijalani tapi di saat bersamaan ingin segera mengakhiri.Bumi menggantungkan langit kelabu dengan gerimis ringan di luar sana. Kabar me
Tepat pada hari ketiga semenjak kejadian tersebut Stacy baru bisa menyadarkan dirinya. Keadaan banyak yang berubah, tetapi pemikirannya masih enggan untuk percaya. Stacy bahkan masih perlu berpikir berkali-kali untuk menerima posisinya sekarang sebagai penguasa Leoxy dengan jabatan paling tinggi.Kejadian hidup yang terjadi seakan berubah hanya sebuah mimpi buruk yang selamanya akan terus menjadi mimpi, namun kenyataan bahwa ia masih bisa bangun setiap harinya selalu berhasil menampar dirinya sendiri. Dia tidak bisa mengelak walau ingin, ia tak bisa berhenti walau lelah. Apapun yang terjadi dunia akan terus bergerak, semesta tidak mungkin berhenti hanya karena satu manusia yang bersedih.Pada saat Stacy pertama kali tersadar, hal pertama yang ia lihat adalah presensi Adrian yang menatapnya penuh harap, tatapannya teduh dan ada binar kebahagiaan yang tercetak jelas kala Stacy tersadar.Meskipun keadaan Stacy terbilang masih lemah, ia menolak untung memperpanjang
Tidak ada yang membutuhkan kepintaran jika semua orang di muka bumi ini memiliki keberuntungan yang skalanya sangat tinggi. Dengan keberuntungan maka akan banyak hal yang berubah. Semuanya akan berjalan lebih baik jika hal tersebut benar terjadi, kehidupan akan berubah drastis. Namun jauh di atas semua itu, semua orang lebih berharap apabila ada sebuah percikan keajaiban yang datang pada saat terpenting hidup mereka. Pada setiap detik yang terlewati, semua orang masih berusaha sebaik mungkin walau tidak mungkin dan pada sela-sela itu mereka berharap akan keajaiban. Mereka membutuhkannya sekarang. Perkara yang paling mengerikan. Lima detik yang hanya berisi keheningan yang mematikan, samar-samar terdengar seseorang menangis, beberapa mengusap air matanya dan sisanya merasa sangat bersalah. Merasa gagal sebagai seorang dokter kerajaan karna pada saat-saat penting seperti ini justru tidak bisa menyelamatkan nyawa Raja mereka. Bahkan Adrian yang ada di luar sana yang bar
Ruang utama Kerajaan Levi masih terlihat ramai, padahal baru saja menunjukkan pukul dua kurang sepuluh menit. Sepuluh menit yang sukses membuat kewarasan Stacy rasanya melayang, panik setengah mati hanya karna Levi dan seluruh pengawalnya belum datang hingga detik ini. Berjalan memutar dengan ekspresi kebingungan beberapa kali ia lakukan hingga tanpa sadar telah menghabiskan setidaknya tiga puluh menit melakukan hal tersebut. Hal paling konyolnya, Levi bahkan sengaja merusak koneksi di sana agar tidak ada satupun alat komunikasi yang bisa mereka gunakan. Ada beberapa ahli strategi yang sedang membicarakan sesuatu di sudut ruangan, ada beberapa pelayan yang masih terjaga hanya untuk melayani mereka. Namun Stacy sama sekali tidak menemukan Antonio, padahal dia yakin betul bahwa Levi tidak menambahkan Antonio dalam rencananya. Namun nyatanya kehadiran Dean dan Adrian lebih mengalihkan foku
Tepat seperti yang mereka inginkan, Levi berjalan sendirian dengan membawa dua buah koper jinjing berukuran sedang telah Levi bawa, meskipun tidak begitu berat, tapi harus membuat Levi meringis kesakitan beberapa kali karna tangan kiri Levi masih belum sepenuhnya membaik. Lagipula Levi harus berjalan setidaknya sekitar setengah kilo meter untuk sampai pada tempat yang mereka inginkan.Dengan tubuh berbalut pakaian serba hitam lengkap dengan sebuah masker yang menutupi sebagian wajahnya membuatnya terlihat sangat mencurigakan. Pasti jika ada orang yang tak sengaja bertemu dengannya sudah pasti menganggap Levi. Namun beruntungnya mereka telah bekerja sama dengan para petinggi polisi, sengaja mengamankan tempat tersebut dari jangkauan warga sipil jadi semakin memperkecil kejadian buruk yang akan terjadi.Strategi dalam skala besar telah me
Matahari baru saja menyingsing pada hamparan cakrawala, tetapi nafas Levi begitu penuh dengan pemakluman seolah di penghujung sore. Kenyataan ia hanya berhasil memejamkan matanya selama tiga puluh menit. Meskipun demikian, Antonio telah membatalkan nyaris semua jadwal yang ada untuk tiga hari ke depan karna kulit Levi nyaris terlihat seperti porselen, pucat pasi.Semua jadwal berhasil dibatalkan kecuali acara kunjungan menuju kerajaan Afleonus yang tentu tidak bisa di batalkan begitu saja.Mencoba melupakan tentang kurs negara yang mendadak merosot drastis. Otaknya tidak mampu menerima lebih banyak masalah yang terjadi bersamaan seperti ini, Levi benar-benar merasa dunia sedang mempermainkannya sekarang. Pasti semesta menertawakan Levi sekarang.Tidak banyak yang bisa dilakukan Levi di
"Jelang rilis data ekonomi Global, mata uang Leoxy melemah."Jam sembilan pagi. Kepalanya masih terasa berkedut, nyeri sekali. Ditambah dengan munculnya berita itu di media massa yang menjadi perdebatan dimana-mana. Banyak yang menyalahkan pemerintah, namun sebagian di antara tetap mereka membela dan hal ini membuat Levi semakin tertekan karena harus memikirkan sesuatu yang perbandingan kepentingannya nyaris setara dengan hilangnya Tyche.Semalaman ia tidak bisa tidur, tangannya mendadak tremor dan mendadak ia susah untuk menghidup udara, sesak. Biasanya jika sudah begitu, Levi tengah mengingat kematian orang tuanya. Tapi akhir-akhir ini penyebabnya sama, sosok yang sama yang berhasil membuatnya berhenti untuk meminum beberapa kapsul obat penenang, namun dia juga merupakan penyebab mengapa sekarang Levi kembali mengonsumsi secara berkal
Levi terkesiap. Irisnya melebar saat mendapati perdana menteri Leoxy—Arkan yang sepertinya terus-terusan memanggil namanya—sukses membuat lelaki itu mengerjap beberapa kali. Sedikit memijit pelipisnya, kemudian barulah Levi mendongakkan kepala, sorot mata para menteri dan beberapa orang penting lainnya menatap presensi Levi dengan tatapan bingung. Pasalnya Levi terlihat sangat kelelahan hingga kulit putihnya berubah menjadi pucat. "Sampai di mana kita?"Levi agaknya sedikit lelah, ralat, ia benar-benar kelelahan. Levi duduk dengan punggung yang bersandar pelan pada sandaran kursi, mengetukkan jemarinya pelan ke atas meja dan kala seisi ruangan sedang sunyi—ketukan dengan tempo pelan tersebut dapat terdengar dengan jelas. Tidak perlu mengelak, Levi terlihat sangat kacau. Kedua kantung matanya menghitam di bawah sana,