Pertemuan antar keluarga bangsawan, akan selalu terjadi setidaknya setahun sekali. Membahas tentang kerja sama atau berdiskusi akan masalah ekonomi antar negara, kadang hanya berupa ramah tamah untuk mempererat hubungan. Meskipun jelas di antara mereka ada yang tidak tulus, berusaha mencari celah-kesempatan untuk menghancurkan satu sama lain. Sudah terbiasa, maka dari itu harus lebih berhati-hati agar tidak terjebak dalam perangkap mereka.
Perjamuan kali ini lebih terlihat seperti pesta dalam skala besar dari pada perjamuan yang selalu tampak formal. Semua susunan acara, perabot yang digunakan hingga apa saja yang tersaji. Levi biasa menghadiri hal sejenis itu jadi ia mampu menyadari jika perjamuan kali ini berada dalam skala dua kali lipat dari acara yang biasa ia hadiri.
Beberapa pangeran dari Selatan terlihat berkumpul bersama di dekat taman, pakaian rapi dengan sebuah lambang kerajaan pada bagian dada. Harusnya, jika semua kejadian buruk itu tidak terjadi Levi menjadi salah satu bagian dari mereka, bukannya seluruh pria tua yang haus kekuasaan itu. Mengamati mereka dan menyadari apabila tidak ada tanda-tanda kehadiran Pangeran Dean. Tidak biasanya, padahal setahu Levi lelaki itu sangat menyukai acara sejenis ini.
Para Putri yang sedang bercerita mengenai beberapa hal yang tak bisa Levi mengerti. Ada Stacy di sana, menjadi sorotan karna kecantikannya. Sementara para Raja dan Ratu telah berada di ruangan utama. Ada yang tengah mendampingi suaminya untuk makan pun beberapa lainnya sedang berkumpul dengan wanita lain.
"Sebentar," ucap Levi secara mendadak. Sengaja menepi dari kerumunan para raja dan hal tersebut jelas menjadi sorotan bagi beberapa orang karna Levi tiba-tiba mendekati Stacy. Samar-samar Levi mampu mendengar bahwa beberapa gadis di sana diam-diam memujinya. Ada yang memuji karna tampilannya sangat menawan siang itu atau sekedar menanyakan kabarnya.
Kehadiran Levi yang tiba-tiba menyela di antara kerumunan membuat beberapa orang menepi secara perlahan. Hingga pada saat Levi berhenti tepat di hadapannya dan hanya menyisakan dua langkah, sangat dekat. Namun gadis itu hanya mendongak, menatap Levi dengan tatapan kebingungan. Levi itu menawan, terutama kala ia ingin mendominasi. Beberapa helai rambut yang menutupi parasnya, senyuman kecil yang terkesan menggoda hingga tatapannya yang melembut.
Mengulurkan tangannya kemudian berkata, "Aku ingin bicara denganmu."
Tatapan Stacy mengedar, menyadari apabila keduanya menjadi sorotan saat ini membuatnya harus membulatkan kedua irisnya. Memberi peringatan. Pertanda bahwa tindakan Levi kali ini di luar akal sehatnya.
Meskipun begitu Stacy tetap menerima ajakannya, menggandeng tangan Levi dan mengikuti langkahnya yang semakin lama, semakin cepat. "Tunggu du-" Levi tidak memberi jeda untuk berhenti, sementara Stacy kesusahan berjalan karna gaun miliknya yang cukup merepotkan. Pakaian berwarna putih dengan berbagai hiasan disisinya yang semakin membuatnya menawan di mata orang-orang, tapi tidak dengan Levi.
Levi berhenti di balik sebuah pilar besar yang lokasinya tak begitu jauh dari aula utama. Jarak tersebut setidaknya cukup untuk memberikan keduanya ruang. Sebuah pilar yang bisa menutupi tubuh mereka berdua. Menarik paksa tangannya yang masih Levi genggam.
"Kau gila? Aku hampir terjatuh tadi." Stacy mengatur napasnya, tatapannya menatap Levi intens.
Levi meletakkan salah satu tangan pada pilar besar tersebut dan membuatnya sebagai tumpuan. Menahan pergerakan Stacy. Membuat suasana semakin menegang seiring paras Levi yang semakin mendekat. Tiba-tiba rasanya tercekat, napasnya tertahan dan kedekatan Levi menjadi sebuah hal yang mematikan. Seolah sedang bertatapan dengan kematian.
"Ada yang harus aku bicarakan." Stacy terperanjat. Tidak biasanya Levi seperti ini. Memilih diam hanya untuk memberi Levi kesempatan berbicara sebanyak yang dia mau. "Ada orang lain di dalam Kerajaanku."
"Penjahat? Pembunuh? Mata-mata?" ucap Stacy spontan, mengeluarkan semua terkaan yang muncul di dalam benaknya. Tapi sayangnya, hanya ada pikiran negatif yang spontan terbentuk karena saraf-saraf di dalam otaknya saling berkaitan dan memunculkan sebuah asumsi tanpa pikir panjang.
Levi semakin mendekatnya parasnya. Stacy ingin menghindar, tetapi tubuhnya tidak lagi bisa bergerak. Gadis itu benar-benar tidak memahami kenapa Levi sangat suka mendekatkan wajahnya seperti ini, seolah mencoba mengintimidasi tapi justru berakhir membuatnya merasa gugup karena jarak di antara keduanya yang terbilang sangat dekat. Dia sangat suka mendominasi rupanya.
"Bisakah kau kecilkan suaramu itu, Nyonya Michaela?" Lagi-lagi Stacy terperanjat dengan, ada yang salah dengan Levi .
"Ada seorang gadis yang tiba-tiba muncul di dalam kerajaanku, aku tidak tahu siapa dia dan sialnya, dia juga amnesia."
Stacy tertawa ringan, memutarkan bola matanya kemudian berkata, "Astaga, Levi." Stacy meletakkan salah satu tangannya pada bahu Levi. "Tidak mungkin seorang gadis bisa melewati semua penjaga kerajaanmu yang totalnya lebih dari empat puluh itu, kau pasti yang membawanya, 'kan?"
Levi mendecih, tatapannya berubah tajam. "Jika memang aku membawanya untuk dijadikan hiburan, aku harusnya tidak memberitahumu. Aku hanya mengatakan ini karena kau akan berada di dalam kerajaanku jadi kau tidak perlu menghujaniku dengan berbagai pertanyaan kelak."
"Aku tahu, aku tahu, dua hari lagi kita akan menikah." Stacy melipat kedua tangannya, menatap Levi dengan sebuah senyuman. " Apa gadis itu cantik?"
"Cantik, bahkan dia lebih cantik dari dirimu."
Hari ini terlalu banyak kejutan yang datang dari Levi, tapi untuk yang terakhir ini, sepertinya dia harus bertanya sekali lagi untuk memastikan. Levi ternyata memiliki kriteria yang akan ia sebut cantik.
"Katakan sekali lagi, aku tidak mendengarnya."
"Dia cantik, cantik sekali."
Baiklah, sepertinya yang mendasari sikap gila Levi hari ini adalah gadis itu.
"Hanya saja Stacy..."
"...Dia adalah gadis yang di ramalkan."
Karna kerajaan Afleonus yang menjadi tuan rumah kali ini, topik pembicaraan kali ini menjadi menyeret berbagai hal-mereka berbicara banyak. Sementara Levi, ia duduk di antara semua keramaian, setengah melamun sambil memegang secangkir teh panas yang disuguhkan. Levi bukanlah tipikal lelaki yang akan basa-basi degan semua orang-ia hanya akan berbicara bila di pelukan dan ia memilih tenggelam akan pikirannya sendiri. Terutama atas kejadian semalam yang sangat tidak terduga.
Semua hal berjalan dengan lancar bahkan setelah keduanya kembali. Beberapa hidangan pembuka disajikan, semerbak aromanya membuat nasfu makan melonjak. Sementara makanan utama akan di sajikan dan di akhiri dengan sajian puding khas keluarga Afleonus.
Levi menatap semua orang yang perlahan berkumpul menjadi beberapa bagian, dia sedikit keheranan karena seperti tidak ada jeda dalam obrolan mereka. Penasaran dengan topik apa yang sebenarnya dibahas sampai wajah mereka terlihat begitu antusias sebab Levi sama sekali tidak tertarik.
"Tyche, ya?" Tanpa sadar Levi bergumam kecil. Dalam beberapa detik terakhir pikirannya baru saja melayang tanpa tentu arah, semua terjadi begitu saja bahkan ketika tubuhnya tak menginginkannya.
Levi luar biasa tertarik dengan Tyche.
***
Mendadak semuanya hening, seakan angin pun tidak boleh memberikan suara gaduh. Levi bahkan tidak mengerti apa yang sedang terjadi, hingga ia tersadar apabila dirinya dan Stacy yang menjadi sorotan utama. Banyak orang berbisik-bisik hingga menatap penuh harap. Perasaan Levi berubah, dia merasakan aura buruk karna kala ia melirik Jordan, pria itu tersenyum lebar memamerkan giginya yang tersusun rata.
Stacy melambaikan tangannya yang lain ke arah semua orang kemudian memberikan senyum kecil. "Ada apa? Apa kalian baik-baik saja?"
Secara mendadak salah satu dari mereka bertepuk tangan. Ekspresi sebagian besar dari mereka terkejut setengah tidak percaya. Yang awalnya hanya dilakukan oleh satu orang, perlahan di susul oleh beberapa orang dan pada detik berikutnya seisi ruangan seolah baru saja memberi sambutan untuk keduanya.
Jordan mendekat, memegang kedua pundak Levi. Sementara Levi rasanya ingin memukulkan kepalanya pada dinding agar tidak berada dalam posisi ini. "Sekali lagi saya ucapkan. Raja muda ini akan menjadi menantuku dua hari lagi."
Jika boleh jujur, Levi rasanya ingin melempari Jordan dengan granat saat ini. Luar biasa jengkel. Pria tua menyebalkan yang entah mengapa tetap hidup padahal usianya sudah sangat tua. Sebelumnya Levi telah mengatakan padanya untuk menyebar kabar ini bersamaan dengan tersebarnya undangan pernikahan.
Levi menyadari bahwa ia tidak bisa kabur dari kenyataan kali ini, pun akhirnya memutuskan untuk memberikan penegasan sekali lagi. "Hal itu benar, saya dan Putri Stacy akan segera menikah dalam dua hari ke depan."
Hiruk-piruk manusia datang untuk memberi selamat. Stacy di paksa bersanding dengan Levi oleh sebagian besar orang di sana, meskipun hal tersebut benar terjadi, keduanya sama sekali tidak merasa senang. Ingin cepat-cepat menghilang.
Namun hal tersebut tidak bertahan lama sebab dalam kekacauan ruangan, Stacy berhasil kabur diam-diam tatkala semua orang lengah-menyelinap bak bayangan. Meninggalkan Levi sebagai satu-satunya orang yang akan di interogasi oleh beberapa Pangeran dan para Raja yang terlihat tak percaya. Untuk pertama kalinya Levi menjalin hubungan dan bisa berakhir sampai altar, siapa yang menduga?
Stacy berhasil menjauh dari kerumunan, melewati beberapa pilar serta lorong dengan pikiran yang mendadak berkeliaran kemana-mana. Sementara itu, seseorang dengan sengaja berdiri di pertengahan lorong. Membuat Stacy menghentikan langkahnya karena secara tak sengaja menabrak dada bidangnya.
Lelaki itu memandang Stacy teduh, tersenyum dengan tatapan mengagumi seolah Stacy adalah harta permata paling indah. "Hai sayangku, kita bertemu lagi."
Lelaki itu tiba-tiba menggerakkan lengannya begitu cepat, meletakkan kedua tangannya pada pinggang Stacy kemudian membawanya menepi untuk bersembunyi di balik sebuah pilar.
"Adrian Mathew!" Sekali lagi tatap mereka berdua bertemu. Tetapi Stacy menatapnya seolah sudah jera akan keadaan.
Beberapa kali Stacy berusaha menghindar, menjauhi semua sentuhannya namun justru larut dalam tatapannya. Lagi-lagi manik hazel tersebut selalu berhasil menghipnotis Stacy, sepasang manik indah yang dimiliki oleh seorang lelaki yang berparas rupawan pula. Adrian Mathew sempurna bagi Stacy, tapi nyatanya semesta berkata lain. Menertawakan pemikiran gadis itu dan memberi kenyataan yang sangat bertolak belakang.
Tidak bisa dipungkiri bahwa debar jantung Stacy perlahan berubah tidak teratur, dia merindukan suasana hatinya porak-poranda karena Adrian seperti ini. Semua kacau dalam sekejap. "Jangan bertingkah seperti ini, kau membuatku takut."
"Memangnya kenapa?"
"Kau mirip seperti pasien rumah sakit jiwa."
"Aku gila karnamu Stacy, kau tahu itu, 'kan?" Adrian terkekeh. Tangan kanannya bergerak meraih pipi Stacy, beberapa jemarinya menyingkirkan helai rambut yang menghalangi parasnya. Membelai dengan penuh kelembutan, Adrian tidak bisa mengalihkan tatapannya sama sekali.
Stacy terdiam dan tidak bergerak. Tidak lagi memberontak dan hanya menatapinya datar. "Adrian, ini dilarang. Kau tahu, kan?"
Tapi sayangnya Adrian tidak mau dengar. Stacy mengenal Adrian lama sekali, bahkan ia lebih dahulu mengenal Adrian sebelum ia tahu cara membaca dan menulis. Maka dari itu dia bisa mengerti bahwa kali ini lelaki itu putus asa, ia tak memiliki harapan sama sekali.
Sejak dulu Stacy tidak banyak menghabiskan waktu dengan Pangeran lain, karena bagaimanapun juga, semua eksistensi mereka akan tetap terkalahkan oleh Adrian. Tidak ada satupun Pangeran yang gencar untuk mendekatinya, mereka terlalu malas untuk menyaingi seorang Adrian Mathew untuk urusan ini. Karna pasti kalah telak.
Kebanyakan dari mereka telah berpikir bahwa keduanya akan menjadi pasangan dengan kisah cinta yang akan sangat berjalan mulus. Bahkan sebagian dari mereka berpikir apabila keduanya telah dijodohkan sejak lahir. Kebetulan takdir gemar menyapa, memberikan serbuk kesedihan serta guncangan luar biasa dalam kisah asmara mereka berdua. Menjadikannya Romeo dan Juliet dalam versi yang lebih mengenaskan, mereka disiksa sepanjang sisa hidupnya karna tak bisa bersama.
Adrian menepis jarak yang ada, mendekatkan bibirnya mendekat. Adrian benar-benar gila. Dia melanggar semua peraturan bahkan sampai rela menyelinap di malam hari. Semua itu ia lakukan karna ia tak memiliki pilihan lain, dia hanya menginginkan Stacy, dia ingin keadaan berpihak padanya namun ia tak memiliki kekuatan untuk melakukannya.
Mendaratkan bibirnya di atas permukaan bibir Stacy dengan durasi waktu yang bisa terbilang lama. Hanya ada suara angin yang lalu lalang, suara tirai jendela yang tersibak karena angin dan lupakan gesekan antar daun yang membuat suasana menjadi semakin temaram.
"Stacy, apa kau tidak berniat kabur denganku ke sebuah desa? Kita akan hidup bahagia di sana, aku tidak apa bila harus bekerja siang dan malam, asalkan kau di sana denganku, aku baik." Adrian menanyakan hal yang sama dengan sedikit harap bahwa gadis itu akan berubah pikiran.
Dia meletakkan keningnya pada kening Stacy, menempelkan kedua batang hidung dengan bersentuhan. Stacy hanya menjawab dengan sebuah senyuman yang penuh rasa kecewa. "Adrian, I know you still love me, so do I. You are the one I really love, but maybe love is not for us."[]
Stacy merasakan hari semakin cepat berlalu, entah mengapa setiap detiknya seolah berubah menjadi tanda-tanda kematian. Rasanya seolah malaikat kematian sudah menantinya, menanti Stacy merasakan sebuah rasa sakit atas kehidupan rumah tangganya kelak. Mengenai hal ini, Stacy beberapa kali masih memikirkan gadis yang Levi bicarakan. Hanya saja saat Levi mengatakan ia tidak mengetahui apapun, Stacy hanya mengangguk dan menurut. Tidak terlalu peduli juga.Tidak akan menjadi masalah, karna memang sejak awal Stacy tidak mau peduli dengan urusan seperti ini. Dia hanya akan menjalankan perannya dengan baik dan sebaliknya. Sejak awal juga Levi tidak pernah mengekangnya, hanya saja tetap terlihat seperti pasangan di mabuk cinta kala berhadapan dengan media dan keluarga Darell.Sinar spektrum dari ufuk timur memaksa masuk dengan cara menerobos mela
Levi menghembuskan nafas panjang untuk kesekian kalinya pagi ini. Keresahan serta keraguan rasanya bercampur jadi satu hingga membuat seluruh rongga dadanya sesak. Selain karna acara pagi ini, Levi lebih panik karna ia mengetahui Tyche mengacak ruang kerjanya. Membuat susunan berkas tersebut semburat kemana-mana, memenuhi sisi ruangan. Tyche selalu mengacau, setiap hari, setiap saat dengan apapun yang ada di dalam kerajaannya.Sejak dua hari lalu ia berusaha mati-matian untuk menyelesaikan semua urusan. Membuatnya bekerja lembur semalaman, tidur pada pukul dua dan bangun pukul tujuh. Bahkan pernah, ia baru tertidur sesaat setelah matahari baru menunjukkan dirinya. Berangsur-angsur seperti itu hingga membuatnya harus meminum obat pereda sakit kepala, kepalanya serasa ditendang oleh puluhan kuda yang membuatnya merasakan nyeri bukan main.
Levi beberapa kali harus menahan dirinya sendiri, mengumpulkan seluruh aura positif agar ia tidak melakukan hal berbahaya dengan Stacy. Sebab ia juga tidak akan menyentuhnya kecuali gadis itu mengizinkan, dia tidak mau membuat kehidupan di dalam kerajaannya berubah menjadi tidak nyaman hanya karna ia tidak bisa mengontrol diri. Sesaat setelah Tyche datang di dalam kamarnya, ia tahu bahwa setelahnya harus membuat tumpukan kebohongan agar mengelebuinya. Gadis itu keras kepala, tidak akan menyerah pada keinginannya dengan mudah. Bahkan pernah ia merengek selama satu jam hanya untuk tumpukan biskuit dan bronis. Semenjak bersama gadis itu kesabaran Levi benar-benar meningkat sepuluh kali lipat. Bahkan beberapa kali Levi harus melakukan apa yang tak ia suka. Berbagi pakaian dengannya, menemaninya bermain meskipun hanya sepuluh menit atau ma
Stacy luar biasa penasaran. Kenapa semuanya bisa terjadi, kenapa Levi bisa berubah menjadi luar biasa kesakitan dan mengapa ia justru membiarkan sumber utamanya tetap ada di saat ia bisa memusnahkannya. Semenjak ia membuka mata dan sampai detik ini ia masih sering memikirkan hal itu. Bahkan disela-sela dirinya melakukan kegiatan dengan Tyche. Berbicara tentang Tyche, dia memang luar biasa cantik. Parasnya seolah Dewi tanpa dosa yang baru saja diturunkan ke bumi. Sangat periang, bersemangat seolah tak ada kata lelah dalam hidupnya walau dalam beberapa hal dia teramat merepotkan. Awalnya susah untuk mengajak gadis itu berbicara, dia selalu mengatakan, "Pergi! Aku benci denganmu! Kau mengambil Levi dariku." Tyche akan berubah sangat sensitif jika menyangkut Levi.
Hiruk pikuk manusia telah memenuhi pusat kota. Bukan sebuah kejutan apabila malam puncak festival tahunan selalu ramai. Sebab setiap tahun para pejabat negara selalu memberi beberapa hal yang membedakan festival ini dari tahun-tahun sebelumnya, seperti misalnya, tahun ini terdapat sebuah karnaval yang mengawali pembukaan pada puncak festival dan di akhiri dengan kembang api yang akan mewarnai langit malam.Sore menjelang petang adalah saat dimana karnaval baru memulai aksinya. Seiring berjalannya waktu, beberapa lampu lentera mereka nyalakan dan disusul dengan dihidupkannya seluruh lampu di seluruh pusat kota hingga bagian paling ujung Leoxy.Tyche tidak bisa berhenti kagum pada setiap hal sederhana yang terjadi. Mulai dari beberapa lentera hingga ratusan kembang api yang melayang indah di angkasa. Seluruhnya indah. Tyche suka. Selamany
Malam itu semuanya kacau. Bahkan hembusan angin berubah ribut hingga langit malam mendadak gelap, sama sekali tidak ada bintang dan rembulan. Bahkan saat ini luka pada tangan Levi tidak terasa walau darahnya masih mengalir menyelimuti beberapa bagian tangannya. Pikiran Levi gelap. Dia tidak bisa memikirkan apapun. Sarafnya berhenti beroperasi, detak jantunya terpaksa terhenti. Kelewat panik hingga tak bisa dijabarkan. Wajahnya pucat, seru napas ya berubah tak teratur bersamaan dengan tangannya gemetar luar biasa. Setidaknya dari semua perkara buruk tersebut Levi berhasil menyelamatkan Tyche. Tungkainya lemas, merosot begitu saja sesaat setelah ia berhasil mendekap Tyche. Memeluknya dengan keterkejutan luar biasa, akal sehatnya baru saja di cabut dengan mudahnya kala kenyataan jelas memperlihatkan Tyche yang melayang di udara. Mengerik
Sejak kecil Dean selalu disebut sebagai bibit unggul. Dia cepat tanggap dalam mempelajari hal baru, baik secara akademis maupun non akademis. Sebagai faktor penyokongnya, ia menawan.Dari banyaknya orang yang mengagumi kepandaian Dean saat ini, lelaki itu harus mengorbankan banyak hal sejak ia kecil. Waktu yang ia gunakan sepenuhnya untuk membalu kasih dengan buku dan seorang guru pribadi. Setelah ulang tahunnya yang kesepuluh, ia setidaknya akan mendapatkan sepuluh jam waktu belajar. Entah sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan di masa depan-yang mana ia akan menjabat menjadi seorang Raja-atau sekedar menambah wawasan agar selalu menjadi yang terbaik.Masa remajanya hilang hanya karena harapan Jordan yang terlalu tinggi pada Dean. Pria itu menginginkan Dean menjadi seorang Raja yang didambakan kehadirannya, memiliki wawasan luas dan bijak
Suara gelas yang saling berdentingan disusul dengan beberapa kali gelak tawa dan pembicaraan yang perlahan semakin tak terarah. Aroma alkohol yang menguak indra penciuman mendominasi kamar Levi. Hanya dua lampu pada bagian ujung yang dinyalakan menyebabkan suasana berubah remang-remang dan membuat atmosfer sekelilingnya berubah.Namun nyatanya Levi dan Stacy tampak menikmatinya. Pada awalnya mereka hanya membicarakan tentang Tyche sebab Levi menceritakan semua yang ia ketahui pada Stacy. Saling bertukar pikiran dan berdiskusi bersama. Dalam beberapa saat entah mengapa ia cukup senang dengan kehadiran Stacy, bukan sebagai seorang istri namun sebagai sosok pendengar yang baik. Selama ini Levi seseorang sepertinya.Levi bukan tipikal orang yang mudah mabuk, namun ketika ia sudah kehilangan setengah kesadarannya seperti saat ini sudah dapat
Maka pagi itu susunan kerajaan yang di tata kembali. Membuat semua orang yang memijakkan kakinya di atas tanah bertanya-tanya mengapa Levi yang seharusnya menikmati masa kejayaan-setelah binasanya Jordan dan Antonio-justru memilih memberi jeda waktu dalam masa kepemimpinannya karena lelah dan perlu sedikit rehat, setidaknya begitu yang media informasikan pada khalayak umum. Untuk sementara posisinya digantikan oleh Stacy.Awalnya Levi mengira Tyche akan membutuhkan seorang dukun kelas kakap, mungkin seorang cenayang dengan keahliannya dalam ramal-meramal seantero jagad atau setidaknya seorang penyihir misterius yang sampai sekarang keberadaannya masih lenyap bak ditelan ke dalam inti bumi. Kendatipun seluruh spekulasi Stacy melenceng jauh.Levi seketika menjadi tolol kala mendapati Tyche bisa mengendalikan gerakan angin hanya dengan sat
———————NeitherofusishappyButneitherofuswant to leaveSo we keep breaking one anotherAnd callingitlove———————Ada banyak hal yang tak bisa untuk dimengerti. Rasanya hidup benar-benar membingungkan. Sengaja memberi banyak sekali hal tidak masuk akal dan di luar angan-angan, memaksa untuk tetap dijalani tapi di saat bersamaan ingin segera mengakhiri.Bumi menggantungkan langit kelabu dengan gerimis ringan di luar sana. Kabar me
Tepat pada hari ketiga semenjak kejadian tersebut Stacy baru bisa menyadarkan dirinya. Keadaan banyak yang berubah, tetapi pemikirannya masih enggan untuk percaya. Stacy bahkan masih perlu berpikir berkali-kali untuk menerima posisinya sekarang sebagai penguasa Leoxy dengan jabatan paling tinggi.Kejadian hidup yang terjadi seakan berubah hanya sebuah mimpi buruk yang selamanya akan terus menjadi mimpi, namun kenyataan bahwa ia masih bisa bangun setiap harinya selalu berhasil menampar dirinya sendiri. Dia tidak bisa mengelak walau ingin, ia tak bisa berhenti walau lelah. Apapun yang terjadi dunia akan terus bergerak, semesta tidak mungkin berhenti hanya karena satu manusia yang bersedih.Pada saat Stacy pertama kali tersadar, hal pertama yang ia lihat adalah presensi Adrian yang menatapnya penuh harap, tatapannya teduh dan ada binar kebahagiaan yang tercetak jelas kala Stacy tersadar.Meskipun keadaan Stacy terbilang masih lemah, ia menolak untung memperpanjang
Tidak ada yang membutuhkan kepintaran jika semua orang di muka bumi ini memiliki keberuntungan yang skalanya sangat tinggi. Dengan keberuntungan maka akan banyak hal yang berubah. Semuanya akan berjalan lebih baik jika hal tersebut benar terjadi, kehidupan akan berubah drastis. Namun jauh di atas semua itu, semua orang lebih berharap apabila ada sebuah percikan keajaiban yang datang pada saat terpenting hidup mereka. Pada setiap detik yang terlewati, semua orang masih berusaha sebaik mungkin walau tidak mungkin dan pada sela-sela itu mereka berharap akan keajaiban. Mereka membutuhkannya sekarang. Perkara yang paling mengerikan. Lima detik yang hanya berisi keheningan yang mematikan, samar-samar terdengar seseorang menangis, beberapa mengusap air matanya dan sisanya merasa sangat bersalah. Merasa gagal sebagai seorang dokter kerajaan karna pada saat-saat penting seperti ini justru tidak bisa menyelamatkan nyawa Raja mereka. Bahkan Adrian yang ada di luar sana yang bar
Ruang utama Kerajaan Levi masih terlihat ramai, padahal baru saja menunjukkan pukul dua kurang sepuluh menit. Sepuluh menit yang sukses membuat kewarasan Stacy rasanya melayang, panik setengah mati hanya karna Levi dan seluruh pengawalnya belum datang hingga detik ini. Berjalan memutar dengan ekspresi kebingungan beberapa kali ia lakukan hingga tanpa sadar telah menghabiskan setidaknya tiga puluh menit melakukan hal tersebut. Hal paling konyolnya, Levi bahkan sengaja merusak koneksi di sana agar tidak ada satupun alat komunikasi yang bisa mereka gunakan. Ada beberapa ahli strategi yang sedang membicarakan sesuatu di sudut ruangan, ada beberapa pelayan yang masih terjaga hanya untuk melayani mereka. Namun Stacy sama sekali tidak menemukan Antonio, padahal dia yakin betul bahwa Levi tidak menambahkan Antonio dalam rencananya. Namun nyatanya kehadiran Dean dan Adrian lebih mengalihkan foku
Tepat seperti yang mereka inginkan, Levi berjalan sendirian dengan membawa dua buah koper jinjing berukuran sedang telah Levi bawa, meskipun tidak begitu berat, tapi harus membuat Levi meringis kesakitan beberapa kali karna tangan kiri Levi masih belum sepenuhnya membaik. Lagipula Levi harus berjalan setidaknya sekitar setengah kilo meter untuk sampai pada tempat yang mereka inginkan.Dengan tubuh berbalut pakaian serba hitam lengkap dengan sebuah masker yang menutupi sebagian wajahnya membuatnya terlihat sangat mencurigakan. Pasti jika ada orang yang tak sengaja bertemu dengannya sudah pasti menganggap Levi. Namun beruntungnya mereka telah bekerja sama dengan para petinggi polisi, sengaja mengamankan tempat tersebut dari jangkauan warga sipil jadi semakin memperkecil kejadian buruk yang akan terjadi.Strategi dalam skala besar telah me
Matahari baru saja menyingsing pada hamparan cakrawala, tetapi nafas Levi begitu penuh dengan pemakluman seolah di penghujung sore. Kenyataan ia hanya berhasil memejamkan matanya selama tiga puluh menit. Meskipun demikian, Antonio telah membatalkan nyaris semua jadwal yang ada untuk tiga hari ke depan karna kulit Levi nyaris terlihat seperti porselen, pucat pasi.Semua jadwal berhasil dibatalkan kecuali acara kunjungan menuju kerajaan Afleonus yang tentu tidak bisa di batalkan begitu saja.Mencoba melupakan tentang kurs negara yang mendadak merosot drastis. Otaknya tidak mampu menerima lebih banyak masalah yang terjadi bersamaan seperti ini, Levi benar-benar merasa dunia sedang mempermainkannya sekarang. Pasti semesta menertawakan Levi sekarang.Tidak banyak yang bisa dilakukan Levi di
"Jelang rilis data ekonomi Global, mata uang Leoxy melemah."Jam sembilan pagi. Kepalanya masih terasa berkedut, nyeri sekali. Ditambah dengan munculnya berita itu di media massa yang menjadi perdebatan dimana-mana. Banyak yang menyalahkan pemerintah, namun sebagian di antara tetap mereka membela dan hal ini membuat Levi semakin tertekan karena harus memikirkan sesuatu yang perbandingan kepentingannya nyaris setara dengan hilangnya Tyche.Semalaman ia tidak bisa tidur, tangannya mendadak tremor dan mendadak ia susah untuk menghidup udara, sesak. Biasanya jika sudah begitu, Levi tengah mengingat kematian orang tuanya. Tapi akhir-akhir ini penyebabnya sama, sosok yang sama yang berhasil membuatnya berhenti untuk meminum beberapa kapsul obat penenang, namun dia juga merupakan penyebab mengapa sekarang Levi kembali mengonsumsi secara berkal
Levi terkesiap. Irisnya melebar saat mendapati perdana menteri Leoxy—Arkan yang sepertinya terus-terusan memanggil namanya—sukses membuat lelaki itu mengerjap beberapa kali. Sedikit memijit pelipisnya, kemudian barulah Levi mendongakkan kepala, sorot mata para menteri dan beberapa orang penting lainnya menatap presensi Levi dengan tatapan bingung. Pasalnya Levi terlihat sangat kelelahan hingga kulit putihnya berubah menjadi pucat. "Sampai di mana kita?"Levi agaknya sedikit lelah, ralat, ia benar-benar kelelahan. Levi duduk dengan punggung yang bersandar pelan pada sandaran kursi, mengetukkan jemarinya pelan ke atas meja dan kala seisi ruangan sedang sunyi—ketukan dengan tempo pelan tersebut dapat terdengar dengan jelas. Tidak perlu mengelak, Levi terlihat sangat kacau. Kedua kantung matanya menghitam di bawah sana,