“Yang Mulia Tiba …” teriak Dito saat dia berjalan di belakang ibu suri tak lain Marlyn Taylor.
Semuanya langsung berdiri saat perempuan berusia delapan puluh tahun itu berjalan memasuki ruang keluarga.
Marlyn masih terlihat kuat dan cantik di usianya yang sudah tidak terbilang sudah tidak muda lagi bahkan sudah sangat tua. Dia mengenakan gaun yang warnanya serupa dengan Amerika.
Amerika yang kikuk melihat semua orang menundukkan badan ikut melakukannya. Dalam pikirannya ada banyak pertanyaan siapa sebenarnya mereka semua?
“Yang Mulia Ibu Suri salam dari kami.” Sapa semua orang yang ada di dalam ruangan.
“Terima kasih semuanya.” jawab Marlyn, dia melirik ke sosok yang ada di samping N
Amerika terdiam cukup lama, dia berpikir bagaimana menjelaskan pada mereka semua kalau sebenarnya dia tidak pernah lulus kuliah.Niko yang melihat Amerika merasa tertekan langsung menjawab, “Amanda, kamu ini suka sekali mengorek informasi orang lain. Memangnya kenapa dengan masalah kuliah. Kalau Nona Amerika bisa lulus seleksi interview dan menjadi stylish di tim aku itu namanya dia memang berpotensi. Kamu jangan meremehkan Aspen yang sudah berusaha mencari karyawan terbaik untukku. Bukan begitu.”“Aku hanya ingin tahu saja, apa bermasalah, tidak kan.” Jawab Amanda.“Iya, Amanda benar. Aku juga penasaran dengan latar belakang hidupnya.” Sahut Alex tersenyum sinis.Semua orang yang mendengar sangat paham benar ke mana arah permbicaraan
“Diam kalian semua.” Gertak Marlyn dengan keras, dia tidak bisa menahan dirinya lagi.“Tuan Toni, maafkan aku karena tidak bisa menjamu keluargamu dengan baik malam ini.”“Yang Mulia jangan berkata seperti itu. Aku dan putraku baik-baik saja dan senang berada di sini.”“Tapi, semuanya berantakan karena ulah seseorang yang tidak bisa menahan dirinya. Jadi aku putuskan dengan cepat hari pernikahan putramu dan Amanda akan dilaksanakan akhir bulan depan, bagaimana?”“Yang Mulia terima kasih atas kebaikan Yang Mulia.” Jawab Toni.“Dan kamu, Erik?”“Yang Mulia, aku akan menerima segala keputusannya.”
“Apa maksudmu?” tanya Adrian.“Apa kau tidak tahu kalau Niko dan Aspen sudah membawa Bella ke suatu tempat di sini.”“Jadi … bagaimana kau tahu tentang semua itu?” Adrian menatapa Toni penasaran.“Aku selama ini diam-diam selalu mengawasi Bella. Jangan kau pikir kami tidak tahu apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Bella sudah banyak membuat istana mengalami kerugian bukan?”Mendengar itu Adrian menahan napas, jadi selama ini semua dewan istana diam-diam sudah mengawasi gerak gerik Bella dan juga keluarganya.Setelah sekian tahun baru kali ini Toni sangat terang-terangan kepadanya apa karena mereka saat ini akan menjadi keluarga.
Aspen membawa Amerika kembali ke Castil, Amerika duduk di kuris belakang dengan wajah muram dan sembab. Amerika tidak menyangka kalau ternyata Niko tega memperlakukan dia seperti itu. ‘Aku harus kembali ke Paris. Aku tidak ingin di sini lebih lama lagi.’ Kata Amerika dalam hatinya. Lalu dia teringat perjanjian kontrak yang sudah ditanda tangani. Apakah kalau dia membatalkan kontrak itu, Niko akan menuntutnya. Bagaimana kalau Niko memasukkan dia ke penjara karena telah melanggar kontrak kerja yang sudah mereka sepakati bersama. Amerika semakin cemas. Tapi dia juga tidak ingin hidupnya seperti ini, sangat mengerikan berada di antara orang-orang seperti itu.
Hudson sangat ketakutan di sebuah klub malam di kota Paris. Salah satu pelayan sudah memanggil atasannya untuk memberitahu tentang seorang pelanggan yang tidak bisa membayar tagihannya setelah memesan banyak botol anggur dan juga makanan.Manager berbadan tegap itu berdiri di depan Hudson yang masih setengah tersadar.“Apa kau tidak ingin membayarnya?” tanya manager pada Hudson.“Bukan … bukan seperti itu. Aku tidak tahu kalau kartu semua ini sudah diblokir dan aku tidak membawa uang hari ini.”“Kalau begitu kau sudah menipu kami.”“Aku tidak menipu kalian, aku sungguh berkata benar. Aku ini seorang pengaran juga.”“Aku
Suara ponsel Niko berbunyi saat di masih menunduk malu-malu.“Nenek sebentar aku menerima pesan dari seseorang.” Niko langsung membuka ponsel miliknya setelah itu.Saat sebuah pesan berisi video dari Aspen, Niko langsung menekan play untuk melihatnya.Nenek yang duduk disamping Niko terkejut melihat video kiriman dari Aspen tersebut.Hudson tengah mabuk dan beberapa orang mengerumuninya.“Nik, apa – apa dia – Hudson?” tanya Marlyn masih menatap layar ponsel milik Niko.“Hm …” jawab Niko singkat, dahinya berkerut.Aspen melakukan tugasnya dengan baik.
“Mom, apa maksud Mommy, Uang?” Alex bertanya pada ibunya dengan kedua bola mata melebar.Amina langsung gugup saat dia sadar dia menyebutkan tentang uang di depan putranya. Padahal selama ini dia sudah berupaya sebaik mungkin untuk menutupinya dari anak-anaknya tapi sekarang mau bagaimana lagi. Amina sudah terlanjur jadi dia berpikir sebaiknya dia menceritakan semuanya pada Alex. Toh dia juga nanti akan menikmati uang itu.“Begini Alex …” Amina seketika mendekati Alex, berkata dengan nada pelan.“Aku dan ayahmu sebelumnya telah melakukan sesuatu terhadap perusahaan keluarga Rosen. Hm … maafkan Mommy karena baru menceritakan semua ini kepadamu. Tapi kamu harus berjanji pada Mommy jangan memberitahukan hal ini pada ayahmu, Ok!”
Setelah ibu dan anak itu sudah memiliki rencana lain, mereka dengan wajah tersenyum senang kembali ke ruang keluarga.Di sana Alan dan Toni sedang asyik berbincang, sementara Erik dan Amanda sedari tadi hanya saling melempar senyum tanpa sekalipun berbicara.Amanda memikirkan Amerika, sementara Erik masih malu-malu untuk mendekati Amanda.Melihat sikap dua orang itu Amina langsung mendekati mereka berdua.“Sampai kapan kamu mau bersikap seperti ini, apa dari tadi kamu tidak berusaha mengajaknya berbicara.” Tegur Amina pada putrinya.Alex yang melihat Erik masih duduk di tempatnya, dia menghampiri pemuda itu.“Maafkan, aku meninggalkan kalian tadi ada sesuatu yang
Di ruang sidang dewan istana, beberapa anggota dewan terdiri dari sepuluh orang salah satunya Mister Launch, ayah Karina. Semalam Karina sudah ketakutan begitu mendapat kabar dari Amanda bahwa Niko sudah membuat Alex tidak bisa berjalan dan membawa ibunya pergi dari kediaman mereka. Karina tidak bisa tidur semalaman, tadi pagi saat ayahnya hendak pergi ke istana dia juga berpesan agar ayahnya bisa membantu membujuk Niko untuk tidak membuatnya menderita karena dia sudah menyesali atas apa yang sudah dia lakukan pada Amerika. Mister Launch menghela napas dalam saat dia duduk dengan gelisah, semua mata tertuju kepadanya. Karena dari kesepuluh anggota dewan istana keluarga Launch selalu yang membuat keputusan sepihak dan terlihat jelas tidak mendukung Niko dengan alasan karena putrinya tidak dilirik Niko sama sekali.
Tidak berapa lama Niko sudah keluar dari gedung tersebut.Masuk ke dalam mobil dengan raut wajah dingin membuat Aspen tidak banyak bertanya kepadanya.Suara ponsel Niko berbunyi, sebuah nama tertera di layar depannya.Dimitri …“Hallo …”“Bos, semua yang sudah bos perintahkan, sudah aku lakukan.”“Bagus, lalu …”“Kondisi ayahnya Amerika sudah membaik, awalnya perempuan itu menolak bantuaku tapi setelah aku jelaskan dia menjadi senang entah apa yang dia pikirkan.”“Aku tahu.”
Dalam waktu singkat setelah membawa pulang Amerika kembali ke kastil tempat mereka tinggal selama di Rosen. Niko meminta ibunya dan juga bibinya, ibunya Aspen untuk menjaga Amerika, karena gadis itu masih trauma.“Bibi, maaf merepotkanmu kali ini.” Ucap Niko pada Lucia yang juga sebagai kepala pelayan di kediaman ibunya.“Tidak apa-apa Pangeran, selama kau pergi, biar aku yang akan menjaganya.” Jawab Lucia.“Terima kasih.” Ucap Niko.“Nik, semuanya sudah siap. Apa kita pergi sekarang?” tanya Aspen.Niko menatap Amerika yang masih tertidur dengan tubuh diselimuti, sebelumnya seorang dokter istana sudah memeriksa Amerika dan diberikan obat penenang sehingga dia mengantuk lalu tert
“APA? ADA APA?” Amina bergegas menuju kamar Alex yang sudah dipenuhi para pelayan.Semua orang menyingkir memberikan jalan kepada Amina.“DIA KENAPA?” teriak Amina suaranya memekakan telinga.“Amina tenangkan dirimu.” Ucap Adrian pada istrinya.“Bagaimana bisa kau berkata seperti itu, hah? Dia anakmu. Apa kau tidak melihatnya dia terluka.”“Dia hanya pingsan dan menurut dokter istana lukanya juga tidak parah.”“Adrian …” bola mata Amina melotot.“Kalian semua bisa keluar.” Perintah Adrian pada semua pelayan.
Dari tempat Amerika, dia bisa mendengar suara letusan senjata yang sangat keras tapi di luar kamar tidak terdengar apa-apa.“Nik, maafkan aku! Huwaaaa … Mama … tolong aku.” Setelah berbicara Alex melihat darah segar keluar dari kakinya tak lama kemudian dia pingsan.Niko mengambil pistol miliknya lalu dia pergi meninggalkan Alex yang masih tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.“Niko …” seru Aspen.“Bereskan semuanya seperti biasa, aku hanya memberinya peringatan. Dia sendiri yang menembak kakinya.” Kata Niko raut wajahnya dingin, dia memberikan pistol yang ada di tangannya pada Aspen.“Baiklah!” kata Aspen, dia langsung masuk ke kamar setelah itu menghub
Alex membuka resleting baju Amerika saat pintu didobrak dari luar dengan keras.BRAK!Seketika Niko masuk bersama dengan Aspen dan dua orang pengawalnya.Alex terkejut bola matanya melebar saat dia melihat Niko yang langsung berjalan berlari menerjangnya.“Dasar bajingan!” teriak Niko dengan keras.Tendangannya mengenai wajah Alex.“AUW … PENGAWAL.” Teriak Alex sambil memegang wajahnya yang terasa sakit akibat tendangan keras Niko.Aspen dan yang lain langsung menghajar para pengawal yang ada di kamar sebelah saat mereka tahu bahwa ada orang lain di dalamnya.
Aspen dengan cepat mengirimkan share lokasi pada Caesar.Saat Caesar sudah keluar dan berada di halaman istana dia mendengar suara ponselnya bergetar dari saku celananya.Dengan cepat Caesar meraih ponsel miliknya lalu dia mendesah dan sedikit berteriak pada beberapa pengawal Niko.“Semuanya ikuti mobilku sekarang juga.” Seru Caesar.“Siap Tuan!” jawab mereka langsung masuk ke dalam mobil yang lainnya.Rombongan mobil itu melaju kencang ke luar istana.Penjaga gerbang istana dengan cepat membuka pintu gerbang otomatis ketika mereka melihat iring-iringan mobil Pangeran Niko bergerak keluar.Dari pesta kebun Amand
“Aspen bawa alatnya kemari.” Perintah Niko, dia berjongkok menatap tajam bola mata Bella. “A-apa yang akan kau lakukan, Niko jangan macam-macam.” Teriak Bella mengancam dan juga ketakutan saat dia sadar Niko sepertinya tahu sesuatu. Niko menyeringai jahat saat sudut bibirnya berkedut, sangat menyeramkan. Semua orang yang melihat ekspresi Niko saat ini pastinya bakalan kencing di celana seperti yang dirasakan Bella. “Aku akan menjemput anakmu, tapi sebelumnya ada yang harus aku lakukan terlebih dahulu kepadamu. Sepertinya aku sudah memberimu begitu banyak waktu tapi ternyata kau saja yang tidak tahu diri dan jangan salahkan aku kalau aku bertindak seperti ini kepadamu, wahai Bibiku.” “Niko, aku mohon jangan lakukan
“Amerika, aku ada keperluan lain sebentar kau bisa kembali ke kastil bersama Caesar.” Ucap Niko, dia memajukan badannya pada Amerika, berbisik di telinganya. Karina dan juga Amanda yang sedari tadinya tanpa berkedip sekalipun mengawasi mereka dengan intens. “Kamu mau ke mana?” tanya Amerika bola matanya melebar. “Aku ada urusan yang harus aku selesaikan saat ini juga.” Jawab Niko, dia sudah berdiri. Saat itu juga Aspen pun berjalan mendekati Niko. Tapi Niko berbelok sebentar kea rah ayahnya yang sedang berbicara dengan seseorang. “Yang Mulia bisa kita mengobrol sebentar.” Niko berbisik pada ayahnya. Si tamu menundukkan bad