Suara ponsel Niko berbunyi saat di masih menunduk malu-malu.
“Nenek sebentar aku menerima pesan dari seseorang.” Niko langsung membuka ponsel miliknya setelah itu.
Saat sebuah pesan berisi video dari Aspen, Niko langsung menekan play untuk melihatnya.
Nenek yang duduk disamping Niko terkejut melihat video kiriman dari Aspen tersebut.
Hudson tengah mabuk dan beberapa orang mengerumuninya.
“Nik, apa – apa dia – Hudson?” tanya Marlyn masih menatap layar ponsel milik Niko.
“Hm …” jawab Niko singkat, dahinya berkerut.
Aspen melakukan tugasnya dengan baik.
“Mom, apa maksud Mommy, Uang?” Alex bertanya pada ibunya dengan kedua bola mata melebar.Amina langsung gugup saat dia sadar dia menyebutkan tentang uang di depan putranya. Padahal selama ini dia sudah berupaya sebaik mungkin untuk menutupinya dari anak-anaknya tapi sekarang mau bagaimana lagi. Amina sudah terlanjur jadi dia berpikir sebaiknya dia menceritakan semuanya pada Alex. Toh dia juga nanti akan menikmati uang itu.“Begini Alex …” Amina seketika mendekati Alex, berkata dengan nada pelan.“Aku dan ayahmu sebelumnya telah melakukan sesuatu terhadap perusahaan keluarga Rosen. Hm … maafkan Mommy karena baru menceritakan semua ini kepadamu. Tapi kamu harus berjanji pada Mommy jangan memberitahukan hal ini pada ayahmu, Ok!”
Setelah ibu dan anak itu sudah memiliki rencana lain, mereka dengan wajah tersenyum senang kembali ke ruang keluarga.Di sana Alan dan Toni sedang asyik berbincang, sementara Erik dan Amanda sedari tadi hanya saling melempar senyum tanpa sekalipun berbicara.Amanda memikirkan Amerika, sementara Erik masih malu-malu untuk mendekati Amanda.Melihat sikap dua orang itu Amina langsung mendekati mereka berdua.“Sampai kapan kamu mau bersikap seperti ini, apa dari tadi kamu tidak berusaha mengajaknya berbicara.” Tegur Amina pada putrinya.Alex yang melihat Erik masih duduk di tempatnya, dia menghampiri pemuda itu.“Maafkan, aku meninggalkan kalian tadi ada sesuatu yang
Saat Aspen tengah menunggu Niko di lorong kediaman Marlyn, ayah dan ibunya berjalan mendekati Aspen.“Ayah, Ibu … apa yang sedang kalian lakukan di sini?” tanya Aspen, dia menoleh ke kanan kiri, memastikan tidak ada orang yang melihat mereka.Adam Larsen sudah lama sekali ingin melihat putra semata wayangnya ini.“Aspen, apa kau baik-baik saja?” tanya sang ayah saat mereka sudah berada di posisi saling berdekatan.“Iya ayah.”“Apa Pangeran Niko belum juga keluar dari ruangan itu?” tanya Lucia Hansen.Aspen menggeleng.Lucia dan Lisa, ibu Niko adalah saudara kandung. Lucia bisa beke
Amerika sedang duduk termenung di balkon kastil, setelah dia selesai berendam dengan air hangat, mengenakan baju tidur lengan panjang dengan rambut tergerai yang masih sedikit basah. Amerika menopang dagu duduk memandang jauh ke suatu tempat yang tidak dia ketahui.Matanya masih sembab, saat dia tadi diantar oleh Aspen lalu ditinggal sendirian. Amerika menangis di dalam kamar mandi cukup lama.Amerika sendiri bingung kenapa dia begitu bersedih atas apa yang sudah dilakukan Niko kepadanya.Banyak hal yang kini ada di kepalanya, tentang Niko dan juga semua yang sudah dia alami beberapa waktu yang lalu.Menepuk pipinya yang terasa dingin, Amerika berkali-kali menggelengkan kepalanya.‘Aku sedang tidak bermimpi, kan.’
“What’s? Niko jangan main-main.” Ucap Amerika dengan masih kedua bola matanya melotot. “Aku serius.” Kata Niko kini tatapannya lekat sekali pada Amerika. Amerika menghela napas keras. “Aku nggak ngerti sama kamu.” Tanpa menunggu Amerika berkata lagi, Niko langsung menarik tangan Amerika lalu dia berkata, “Amerika, aku serius. Sungguh!” Amerika mengerjapkan kedua matanya saat pria di depannya ini benar-benar terlihat serius sekarang. Bahkan tatapan Niko membuat jantungnya serasa mau copot, untuk pertama kalinya Amerika melihat raut wajah Niko yang begitu hangat dan juga …. “Tidak … tidak … Niko, jangan sembarang. Kamu pikir pernikahan itu main-main.” Amerika langsung menepis tangan Niko.
“Jangan bercanda kamu, Nik.” Amerika melotot. Lalu dia berdiri merentangkan kedua tangannya sambil berkata, “Aku akan menjawabnya besok. Biasanya mengambil keputusan paling bagus itu saat bangun tidur, saat pikiranmu benar-benar jernih.” Amerika membelakangi Niko menatap jauh ke atas langit yang penuh bintang. “OK!” jawab Niko, dia menatap punggung Amerika sambil bergumam dalam hati, ‘Kenapa kamu nggak pernah serius menerima apa yang selalu aku katakan. Aku yang sudah jatuh hati duluan sama kamu.” Niko tersenyum tipis. “Kalau begitu aku mau tidur dulu, tapi ngomong-ngomong kalau kamu disuruh memilih terlahir kembali mau jadi apa?” tanya Amerika masih menatap langit tangannya kini yang kanan dia ulurkan ke atas, seperti orang ingin menangkap bintang di langit. “Aku ma
Raut wajah Aspen terlihat tidak menyenangkan, ‘Apa mereka semalam tidur sekamar?’ dalam hati Aspen, merasa kecewa dan juga dadanya terasa sesak.“Aspen …” seru Amerika, raut wajahnya terlihat bahagia saat dia melihat Aspen yang muncul dari balik pintu.Amerika tersenyum lebar, Aspen pada akhirnya juga membalas senyuman Amerika kepadanya.Elita bergeser sedikit ke arah kiri memberi ruang untuk Aspen dan Amerika.“Lihat, apa menurutmu, pakaian ini pantas untukku?” tanya Amerika pada Aspen dengan kedua tangannya memegang sisi kanan kiri gaun warna merah maroon itu.Alis kanan Aspen sedikit terangkat, dia kemudian memicingkan matanya sambil memegang dagunya.
Niko melihat kedua kaki jenjang dan putih Amerika yang tanpa sepatu lalu menatap Amerika dengan cepat Niko langsung menggendong Amerika.“Nik, apa-apaan ini.” Teriak Amerika.Sontak semua pengawal yang ada di sisi kanan kiri, depan belakang Niko terkejut dengan apa yang dilakukan Niko, pangerannya itu?Kebiasaan seperti ini jarang sekali dilakukan di area istana apa lagi di depan pengawal.Niko hanya tersenyum tidak menjawab, dia berjalan menggendong Amerika.Merasa malu Amerika memejamkan matanya, sesekali membuka matanya. Niko yang bisa melihat bulu mata lentik Amerika yang bergerak-gerak hanya tersenyum kecil.“Kamu harus terbiasa seperti ini, kan sebentar lag
Di ruang sidang dewan istana, beberapa anggota dewan terdiri dari sepuluh orang salah satunya Mister Launch, ayah Karina. Semalam Karina sudah ketakutan begitu mendapat kabar dari Amanda bahwa Niko sudah membuat Alex tidak bisa berjalan dan membawa ibunya pergi dari kediaman mereka. Karina tidak bisa tidur semalaman, tadi pagi saat ayahnya hendak pergi ke istana dia juga berpesan agar ayahnya bisa membantu membujuk Niko untuk tidak membuatnya menderita karena dia sudah menyesali atas apa yang sudah dia lakukan pada Amerika. Mister Launch menghela napas dalam saat dia duduk dengan gelisah, semua mata tertuju kepadanya. Karena dari kesepuluh anggota dewan istana keluarga Launch selalu yang membuat keputusan sepihak dan terlihat jelas tidak mendukung Niko dengan alasan karena putrinya tidak dilirik Niko sama sekali.
Tidak berapa lama Niko sudah keluar dari gedung tersebut.Masuk ke dalam mobil dengan raut wajah dingin membuat Aspen tidak banyak bertanya kepadanya.Suara ponsel Niko berbunyi, sebuah nama tertera di layar depannya.Dimitri …“Hallo …”“Bos, semua yang sudah bos perintahkan, sudah aku lakukan.”“Bagus, lalu …”“Kondisi ayahnya Amerika sudah membaik, awalnya perempuan itu menolak bantuaku tapi setelah aku jelaskan dia menjadi senang entah apa yang dia pikirkan.”“Aku tahu.”
Dalam waktu singkat setelah membawa pulang Amerika kembali ke kastil tempat mereka tinggal selama di Rosen. Niko meminta ibunya dan juga bibinya, ibunya Aspen untuk menjaga Amerika, karena gadis itu masih trauma.“Bibi, maaf merepotkanmu kali ini.” Ucap Niko pada Lucia yang juga sebagai kepala pelayan di kediaman ibunya.“Tidak apa-apa Pangeran, selama kau pergi, biar aku yang akan menjaganya.” Jawab Lucia.“Terima kasih.” Ucap Niko.“Nik, semuanya sudah siap. Apa kita pergi sekarang?” tanya Aspen.Niko menatap Amerika yang masih tertidur dengan tubuh diselimuti, sebelumnya seorang dokter istana sudah memeriksa Amerika dan diberikan obat penenang sehingga dia mengantuk lalu tert
“APA? ADA APA?” Amina bergegas menuju kamar Alex yang sudah dipenuhi para pelayan.Semua orang menyingkir memberikan jalan kepada Amina.“DIA KENAPA?” teriak Amina suaranya memekakan telinga.“Amina tenangkan dirimu.” Ucap Adrian pada istrinya.“Bagaimana bisa kau berkata seperti itu, hah? Dia anakmu. Apa kau tidak melihatnya dia terluka.”“Dia hanya pingsan dan menurut dokter istana lukanya juga tidak parah.”“Adrian …” bola mata Amina melotot.“Kalian semua bisa keluar.” Perintah Adrian pada semua pelayan.
Dari tempat Amerika, dia bisa mendengar suara letusan senjata yang sangat keras tapi di luar kamar tidak terdengar apa-apa.“Nik, maafkan aku! Huwaaaa … Mama … tolong aku.” Setelah berbicara Alex melihat darah segar keluar dari kakinya tak lama kemudian dia pingsan.Niko mengambil pistol miliknya lalu dia pergi meninggalkan Alex yang masih tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.“Niko …” seru Aspen.“Bereskan semuanya seperti biasa, aku hanya memberinya peringatan. Dia sendiri yang menembak kakinya.” Kata Niko raut wajahnya dingin, dia memberikan pistol yang ada di tangannya pada Aspen.“Baiklah!” kata Aspen, dia langsung masuk ke kamar setelah itu menghub
Alex membuka resleting baju Amerika saat pintu didobrak dari luar dengan keras.BRAK!Seketika Niko masuk bersama dengan Aspen dan dua orang pengawalnya.Alex terkejut bola matanya melebar saat dia melihat Niko yang langsung berjalan berlari menerjangnya.“Dasar bajingan!” teriak Niko dengan keras.Tendangannya mengenai wajah Alex.“AUW … PENGAWAL.” Teriak Alex sambil memegang wajahnya yang terasa sakit akibat tendangan keras Niko.Aspen dan yang lain langsung menghajar para pengawal yang ada di kamar sebelah saat mereka tahu bahwa ada orang lain di dalamnya.
Aspen dengan cepat mengirimkan share lokasi pada Caesar.Saat Caesar sudah keluar dan berada di halaman istana dia mendengar suara ponselnya bergetar dari saku celananya.Dengan cepat Caesar meraih ponsel miliknya lalu dia mendesah dan sedikit berteriak pada beberapa pengawal Niko.“Semuanya ikuti mobilku sekarang juga.” Seru Caesar.“Siap Tuan!” jawab mereka langsung masuk ke dalam mobil yang lainnya.Rombongan mobil itu melaju kencang ke luar istana.Penjaga gerbang istana dengan cepat membuka pintu gerbang otomatis ketika mereka melihat iring-iringan mobil Pangeran Niko bergerak keluar.Dari pesta kebun Amand
“Aspen bawa alatnya kemari.” Perintah Niko, dia berjongkok menatap tajam bola mata Bella. “A-apa yang akan kau lakukan, Niko jangan macam-macam.” Teriak Bella mengancam dan juga ketakutan saat dia sadar Niko sepertinya tahu sesuatu. Niko menyeringai jahat saat sudut bibirnya berkedut, sangat menyeramkan. Semua orang yang melihat ekspresi Niko saat ini pastinya bakalan kencing di celana seperti yang dirasakan Bella. “Aku akan menjemput anakmu, tapi sebelumnya ada yang harus aku lakukan terlebih dahulu kepadamu. Sepertinya aku sudah memberimu begitu banyak waktu tapi ternyata kau saja yang tidak tahu diri dan jangan salahkan aku kalau aku bertindak seperti ini kepadamu, wahai Bibiku.” “Niko, aku mohon jangan lakukan
“Amerika, aku ada keperluan lain sebentar kau bisa kembali ke kastil bersama Caesar.” Ucap Niko, dia memajukan badannya pada Amerika, berbisik di telinganya. Karina dan juga Amanda yang sedari tadinya tanpa berkedip sekalipun mengawasi mereka dengan intens. “Kamu mau ke mana?” tanya Amerika bola matanya melebar. “Aku ada urusan yang harus aku selesaikan saat ini juga.” Jawab Niko, dia sudah berdiri. Saat itu juga Aspen pun berjalan mendekati Niko. Tapi Niko berbelok sebentar kea rah ayahnya yang sedang berbicara dengan seseorang. “Yang Mulia bisa kita mengobrol sebentar.” Niko berbisik pada ayahnya. Si tamu menundukkan bad