“Selamat pagi, Bu guru.” Anak-anak membalas sapaan ibu guru wali kelas mereka.Kean langsung menutup mata Gemma. “Kata mommy anak tidak boleh memuji berlebihan.”“Kamu mengganggu saja.” Gemma mengalihkan tangan Kean.“Halo, anak-anak. Ibu guru mau kenalkan guru olahraga kalian yang baru. Namanya Pak Kafi. Beri salam pada Pak Kafi.” Bu guru memberikan perintah pada guru baru.“Selamat pagi, Pak Kafi.” Semua anak menyapa guru baru tersebut.“Selamat pagi anak-anak. Perkenalkan nama saya Kafi Giffari. Panggil saja Pak Kafi. Saya mengajar pelajaran olahraga. Semoga kalian bisa senang belajar dengan saya.” Kafi tersenyum melihat anak-anak.“Kami pasti akan senang belajar dengan Pak Kafi.” Gemma dengan polosnya menjawab sambil berdiri. Kafi yang melihat Gemma menjawab tersenyum. Merasa lucu sekali dengan gadis kecil itu. Masih kecil, tetapi sudah centil. “Kamu ini.” Kean memukul Gemma yang kecentilan pada guru baru. Dia juga langsung menarik Gemma untuk duduk. “Baiklah, kita akan berolah
“Pak guru.” Gemma melambaikan tangan pada Kafi.“Hai ....” Kafi melambaikan tangan. Senyumnya merekah di wajahnya.Kiara menoleh ke arah orang yang disapa Gemma. Ternyata itu adalah orang yang mengambil bola tadi. Namun, lagi-lagi Kiara tanpa ekspresi menatap Kafi.Kafi hanya merasa aneh. Mommy dari Gemma benar-benar tanpa ekspresi. Berbeda dengan anaknya yang begitu ceria. “Da ... Pak guru.” Gemma melambaikan tangan lagi.“Da ... Gemma.” Kafi sampai hafal nama Gemma karena Gemma sejak tadi menggodanya terus. Dia segera berlalu untuk melanjutkan lagi memasukkan alat-alat olahraga.Kiara menautkan tangannya pada anaknya.Beberapa saat kemudian Rowan datang. Dia menghampiri kakak dan anaknya.“Kamu sudah pulang?” tanya Rowan.“Iya, Daddy.” Gemma mengangguk.“Kean dan Lean mana?” Rowan bertanya seraya mengedarkan pandangan ke kelas.“Itu mereka.” Gemma menunjuk ke arah Kean dan Lean.Rowan segera menghampiri Kean dan Lean. Dia kemudian mengajak si kembar untuk pulang bersama.Kiara meng
“Mom, nanti Mommy kenalan dengan Pak Kafi.” Gemma menatap Gemma ketika duduk manis di kursi belakang.“Pak Kafi siapa?” Ghea bingung ketika mendapati permintaan sang anak.“Pak Kafi, guru olahraga yang dikatakan tampan kemarin.” Rowan melihat sang istri dari pantulan kaca di atas dasbor mobil.Ghea mengingat jika kemarin anaknya menceritakan tentang gurunya yang tampan.“Apa dia benar tampan?” Ghea tersenyum menatap sang anak. Penasaran sekali dengan guru baru anaknya.“Tampan sekali.” Gemma memujinya tanpa ragu.Rowan yang mendengarkan percakapan itu hanya bisa mendengus kesal. Bisa-bisanya anak dan istrinya sama saja.“Baiklah, nanti Mommy akan berkenalan.” Ghea jadi bersemangat sekali. Kapan lagi bertemu guru tampan.Rowan yang melihat reaksi sang istri, benar-benar kesal. Bisa-bisanya sang istri bersemangat seperti itu.Akhirnya mobil sampai di sekolah. Biasanya Rowan tidak ikut turun. Namun, kali ini dia ingin turun. Dia harus mengawasi sang istri.“Mau ke mana?” El yang melihat
Ghea keluar dari mobil dengan kesal. Sang suami benar-benar sangat menyebalkan. Setelah mendapatkan pujian sang suami mengusirnya begitu saja.“Selamat pagi, Dok.” Perawat menyapa Ghea.“Selamat pagi.” Ghea tersenyum. Dia yang tadinya kesal berubah total ketika orang-orang menyapanya. Kekesalan itu langsung dihilangnya begitu saja.Setiap kali Ghea melangkah, banyak orang yang menyapanya. Senyum Ghea terus saja mengembang.“Ghe,” panggil seseorang.Ghea menoleh. Ketika melihat, ternyata itu adalah Mama Lyra. Ghea langsung berhenti menunggu istri pemilik rumah sakit itu berjalan ke arahnya.“Pagi, Dr. Lyra.” Jika di rumah bisa saja Ghea memanggil mama, tetapi di rumah sakit, tetap saja dia harus menghormati.“Pagi.” Dr. Lyra menyapa.“Bagaimana kabarmu hari ini?” tanya dr. Lyra.“Baik, Dok.” Ghea mengulas senyumnya. “Dr. Lyra bagaimana kabarnya?”“Aku baik.” Dr. Lyra tersenyum.Mereka berdua berjalan ke arah. Ruangan mereka bersama. Berdampingan bersama-sama.“Bagaimana Kiara? Apa kead
“Bu Kepsek.” Kafi dengan wajah polosnya menyapa.“Pak Kafi sedang lihat apa? Sepertinya serius sekali.” Bu Kepsek penasaran sekali. Ikut melihat ke arah di mana Kafi melihat.“Itu, Bu. Anak kelas satu yang dijemput orang tuanya. Mereka masih kecil-kecil jadi masih dijemput sampai dalam. Jika nanti sudah naik kelas dua, sudah tidak boleh.” Kafi memberikan alasan palsu.“Oh … iya, kita membiarkan anak-anak kelas satu untuk dijemput sampai dalam. Karena mereka belum beradaptasi dengan lingkungan baru.” Bu Kepsek menjelaskan.Kafi hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Mengerti yang dijelaskan kepala sekolah.“Silakan, dilanjutkan kembali Pak Kafi untuk melanjutkan kembali pekerjaanya.” Bu Kepsek langsung mempersilakan Kean untuk pergi. Ini adalah cara mengusir dengan halus. Jadi Kafi langsung menyadari. “Saya permisi dulu, Bu. Kebetulan kelas saya sudah selesai, jadi saya mau pulang.” Buru-buru Kafi berpamitan. Kemudian berlalu pergi meninggalkan ibu kepala sekolah. Tak mau berlama-lama
Sayangnya Kiara tidak menanggapi apa yang dilakukan Kafi. Dia memilih untuk menanggapi Kafi. Anaknya mungkin kenal, tetapi dia tidak mau.Kafi merasa bingung ketika Kiara tidak kunjung menerima uluran tangannya. Dia sampai melirik Gemma. Karena mommy-nya tidak mau berkenalan dengannya.Gemma yang sedang asyik menikmati es krimnya tidak melihat apa yang terjadi. Namun, ketika dia mengalihkan pandangan. Dia melihat gurunya mengulurkan tangan. Sayangnya, sang mommy tidak kunjung menerima uluran tangan. Dengan segera Gemma menarik tangan sang mommy. Untuk menerima uluran tangan dari Kafi.“Kiara.” Gemma menyebut nama sang mommy.Akhirnya Kafi tahu nama dari mommy Gemma yang satu ini. Nama yang cantik, secantik orangnya. Namun, karena hanya diam saja, kecantikan itu tidak terlihat.Kiara buru-buru menarik tangannya. Dia tidak suka bersentuhan dengan orang asing.“Mommy jangan takut. Ini guru Gemma. Dia orang baik.” Gemma memberi pengertian pada Kiara.Kiara tetap saja belum bisa menerima.
“Iya, dia berkenalan, tetapi Kak Kiara tidak mau. Hanya diam saja.” Ghea kembali melanjutkan ceritanya.Rowan benar-benar tidak merasa jika kakaknya tidak baik-baik saja jika di luar. Terbukti ketika diajak kenalan, kakaknya masih tidak mau.“Apa Kak Kiara akan takut jika dia terus bertemu dengan orang asing yang ingin mendekatinya?” Rowan menatap sang istri.“Aku rasa selama tidak menunjukkan reaksi berlebihan, aku rasa aman.” Ghea memberikan pandangannya.“Aku akan coba bicara padanya nanti.” Rowan harus tahu apa yang dirasakan sang kakak. Tak mau sang kakak sampai ketakutan.“Iya, cobalah nanti bicara. Paling tidak, kita tahu perasaannya.” Ghea membenarkan ucapan sang suami.Mereka berdua segera merebahkan tubuh. Dia mereka tidur dengan memandangi Rivans yang begitu lelap.“Tadi kamu jadi bertemu klien?” Ghea ingat jika sang suami mengatakan jika dia pergi bertemu klien ke restoran karena itu, dia membawa Gemma dan Kiara.“Jadi, akhirnya kita sepakat jika aku akan catering makanan
“Iya, tanggal dua puluh lima.” Rowan kembali mengulang ucapan Ghea.“Tanggal dua puluh lima aku ada seminar.” Ghea begitu terkejut ketika tanggal kepergian Gemma sama dengan dirinya yang akan seminar. Tentu saja itu membuatnya bingung. Tidak tahu harus berbuat apa. Karena merasa jika ini adalah pilihan sulit. “Lalu harus bagaimana?” tanya Ghea panik.“Tenanglah.” Dibanding Ghea, Rowan lebih tenang. Dia tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali. “Jika kamu tidak bisa, biar aku dan Kak Kiara yang menemani.” Dia memberikan solusi terbaiknya. Lagi pula yang terpenting Gemma ada yang menemani.Ghea melihat ke arah kakak iparnya. “Kak Kiara tidak apa-apa pergi menemani Gemma?” tanya Ghea memastikan.“Tidak.” Kiara tersenyum. Dia justru senang bisa menemani Gemma. Karena menurutnya bisa menghabiskan waktu dengan Gemma.“Baiklah jika begitu.” Ghea menjadi tenang. Karena ternyata suami dan kakak iparnya mau mengantarkan Gemma. Dia segera beralih pada anaknya. “Nanti, Gemma dengan Mom Ki dan