Beranda / Fantasi / Healer Kesayangan Sang Duke / Episode 52 : Munculnya Miasma

Share

Episode 52 : Munculnya Miasma

Penulis: Arta Pradjinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Oh ya? kau jadi tangguh saat ini, Healer." Ratu Clara terkekeh sembari terus mengayunkan belatinya pada Aricia, berkali-kali itu juga Aricia berhasil menghindarinya.

Aricia menghindar karena mengamati pergerakan Ratu Clara. "Bukannya kau Gadis manis yang tidak akan bergerak semberono seperti ini?" celetuk Aricia dengan sengaja karena ia sedang memancing amarah dari Ratu Clara.

Ratu Clara berhenti mengejar kemudian tersenyum. "Teruslah memainkan peranmu," ucap Ratu Clara.

Miasma merupakan wabah. Setidaknya itulah yang Aricia ketahui. Ia bergerak dengan cepat menyerang Ratu Clara meski tebasannya hanya melukai sebagian kecil lengannya. Ratu Clara tidak tinggal diam, ia membuat serangan dari hempasan kedua tangannya. Ketika Aricia menghindar, ia melihat tumbuhan di sekitarnya jadi mati dan membusuk.

Kedua mata Aricia membelalak sempurna. "Apa yang kau pikirkan? Ratu dari Plumeria, Negara Para Penyembuh!" bentak Aricia memperingati dengan penuh kemurkaan.

"Karena aku muak dengan semua
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 53 : Kematian Palsu

    Aricia sudah lelah karena berteriak berulang kali. Aricia merasakan tubuhnya ambruk terduduk sembari bersandar di depan pintu. Paham jika keadaannya sekarang berbalik, Aricia pun tidak berdaya padahal ia tahu bahayanya Ratu Clara yang masih berkeliaran bebas di luar, belum lagi kekuasaan yang ia genggam.Aricia kembali merasakan kegagalannya, kini perasaannya jadi berkecamuk. Hal ini yang tak Aricia sukai karena bayang-bayang masa lalu kehidupannya akan muncul kala ia berada di titik terendah dalam hidupnya. "Master masih belum terlambat," celetuk Asvaldr yang bersuara.Perlahan-lahan Aricia mengangkat kepalanya. Ia menatap Aslvaldr yang berdiri dihadapannya. Asvaldr mengambil wujud sosok tubuh manusianya, Sang Pedang sedang mengasihinya. "Kenapa?" tanya Aricia melirih."Kita masih bisa keluar dari sini," sahut Asvaldr. Sejenak Aricia terdiam. Dia sudah melangkah sejauh ini untuk hal yang tidak ia mengerti. "Merubah nasibku, itulah alasanku ada di sini." Aricia berucap sambil beran

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 54: Hidup Sebagai Orang Lain

    Air baru mendidih dari teko kemudian dituangkan ke dalam cangkir keramik putih. Tangan tua menyajikan secangkir teh hangat pada seorang gadis muda berambut pendek yang duduk sembari menunduk. Tubuhnya basah kuyup karena nekat melakukan perjalanan dibawah hujan yang deras. Aricia masih bungkam di depan gurunya itu. "Jadi kau tak mau menceritakan alasanmu datang lagi kemari?" tanya Tabib Agung Gilovich."Bantu aku ... bantu samarkan keberadaanku," ucap Aricia dengan suara bergetar."Apakah kau bertengkar lagi dengan Duke?" tanya Tabib Agung Gilovich menerka.Aricia menggeleng pelan. "Duke ... mengekangku karena aku hendak menghadapi Iblis yang ada pada Ratu Clara," ucap Aricia membeberkan semua hal yang ia ketahui, ia menceritakan semuanya dari mulai pertemuannya dengan Ratu, pertarungannya di depan kediaman Ashkings sampai keinginan Ratu untuk mendapatkan hidupnya bahkan sampai rencana Aricia yang memalsukan kematiannya."Sulit dipercaya." Tabib Agung Gilovich menanggapi semua ucapan

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 55 : Duke Tidak Mengenal Kekasihnya

    "Di mana Gadis itu?!" tanya Duke Ashkings yang baru tiba di Markas Penyembuh dengan penuh amarah. Betapa tidak? kekasihnya ia yakini kembali melarikan diri ke Markas Penyembuh. Kehadirannya yang penuh murka itu membuat Para Murid Markas Penyembuh jadi siaga. Barikade manusia dari para murid menghadang jalan Sang Duke yang hendak memasuki Markas Penyembuh. Duke jadi semakin kesal saat ini. "Jadi kalian benar-benar menyembunyikan Aricia," gertak Duke sembari mengepalkan kedua tangannya yang telah berapi-api. Sebelum terjadi bentrok serangan Tabib Agung Gilovich segera keluar untuk menengahi. Ia menghadap Sang Duke seorang diri. "Wahai Duke, aku mengerti kedatanganmu kemari tapi ... kami tidak mampu menolong kekasihmu yang telah sekarat itu," ucap Tabib Agung Gilovich."Kau Pria Tua yang penuh siasat!" bentak Duke. "Itu sungguh tuanku, Anda bisa melihat sendiri jasadnya," ucap Tabib Agung Gilovich. "Aricia tidak akan semudah itu mati," elak Duke sembari menggeleng."Tubuhnya tercabik

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 56 : Je crois en moi

    "Duke ... Je crois en moi," ucap Ellis sembari beranjak pergi meninggalkan Duke dengan seringai tipisnya. "Apa ... yang sudah kau katakan?" Duke membelalakkan kedua matanya sembari menatap punggung Ellis yang semakin menjauhinya. "Aricia tidak mungkin memiliki ekspresi seperti itu," ucap Duke.Aricia atau kini Ellis berkata bukan tanpa sebab. Semua itu karena selama ini sosok Aricia tidak pernah percaya diri serta senantiasa meredup maka dari itu dia mencoba merubah karaktek Aricia selama ini jadi sosok yang sama angkuhnya seperti Duke Ashkings yang dulu. Je Crois en mo, ucapan dari prancis yang pernah Aricia baca melalui buku-buku sastra asing di masa lalunya, perkataan yang jadi semboyan para bangsawan yang bertakhta tinggi untuk menjunjung tinggi kepercayaan diri dan mempercayai diri.Aricia kini berjalan memasuki koridor Markas usai mengabaikan Duke Ashkings. Aricia tertegun sejenak. "Aku bisa, pasti bisa melakukan semuanya sendiri," ucap Aricia dengan pipi memerah karena menahan

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 57 : Belenggu Sistem

    "Jadi ... setelah ini kau memutuskan untuk kemana, Ellis?" tanya Ksatria Rever disela-sela makan malamnya.Aricia bergerak tidak nyaman, tubuhnya yang kini dikenal sebagai Ellis tidak akan bisa bertahan lama karena ramuan tipuan ini akan hilang setelah tujuh hari. "Aku berencana menyelidiki Rimba," jawab Aricia.Ksatria Rever membelalakkan kedua matanya. "Kau gila!" jerit Pria itu. Aricia mendelik terkejut, ia sampai menghentikan aktivitas makannya. Di bangku antara meja ini terdapat Tabib Agung Gilovich yang memandangi interaksi Aricia dan Ksatria Rever, semula ia bahagia seolah menemukan nostlagia lamanya namun Aricia menjawab rencananya untuk menyelidiki Rimba yang membuat Ksatria Rever jadi naik darah. "Rever, hargai keputusan adikmu," sahut Tabib Agung Gilovich. "Itu sama saja cari mati!" bentak Ksatria Rever, Pria yang senantiasa ramah itu berubah jadi emosional. Aricia memahami tindakannya. Semua itu bukan tanpa sebab justur Aricia semakin yakin jika Ksatria Rever menyayang

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 58 : Badai Salju

    Aricia tertegun sembari tersenyum haru. Ia memeluk gurunya itu kemudian mengangguk. "Terima kasih, Guru," ucap Aricia."Kalahkan Iblis, bawa kemenangan ... balaskan dendam kematian anakku, Gracewill," ucap Tabib melepas kepergian Aricia. Aricia mengangguk sembari beranjak berangkat melakukan perjalanan menuju rimba. Saat Aricia baru saja keluar dari Markas Penyembuh, ia terkejut dengan hamparan putih salju. Aricia tersenyum kecil, rambut pirang emasnya terdapat beberapa bulir saljut yang menyangkut. Tubuhnya yang kini menjadi Ellis Francielli pun melakukan perjalanan yang tak singkat, Aricia menaiki kudanya melalui jalanan bersalju. Saat menjelang malam ia mulai keluar dari Kerajaan Plumeria kemudian menuju hutan berkabut namun saat ini sedang badai salju membuat seluruh alam jadi putih. Aricia mulai kedinginan bahkan kudanya menolak berjalan maju. Aricia turun dari kudanya sembari menutupi lehernya dengan syal. Kedua tangannya sudah memakai sarung tangan tapi dingin masih menjalar

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 59 : Terperangkap di Badai Salju

    "Demammu tidak akan kunjung membaik jika bajumu basah terkena salju," ucap Duke sembari melemparkan jubahnya pada tubuh Ellis kemudian berdiri sembari membalikkan tubuhnya."Apa ... apa maksudmu?" Aricia memerah."Buka bajumu, setelah itu aku akan mengeringkan pakaianmu," jawab Duke yang masih memunggunginya. Aricia langsung menarik seluruh jubahnya ke sekujur tubuhnya, mendadak ia mengigil kedinginan dan tubuhnya jadi jauh lebih memanas. "Aku bisa dehidrasi jika seperti ini terus," ucap Aricia berusaha membangkitkan tubuhnya tapi berujung ia malah terjatuh kembali karena tubuhnya tidak memiliki tenaga.Duke yang sedari tadi memunggungi Aricia bergegas membalikkan badannya kemudian menghampiri Aricia yang semakin terasa panas. "Panasmu tidak kunjung membaik." Duke memengangi dahi Aricia. Ia pun dengan terpaksa melucuti pakaian yang Aricia kenakan meski berujung Aricia terus memberontak dengan tenaga seadanya. "Sungguh, kau seperti anak kucing yang marah," celetuk Duke yang kinisudah

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 60 : Dialog dengan Sang Iblis

    Aricia tiba di hamparan rumput yang luas usai menuruni bukit, kedua mata emasnya menatap sebuah lorong dari jejeran pohon beringin yang rindang. Di dalam sana, tampak begitu gelap tapi Aricia yakin jika sesuatu di dalam sana jauh lebih gelap. "Kurasa dia ada di dalam sana," ucap Aricia sembari melangkah maju dengan tekat yang kuat.[Quest : Petak Umpet][Pemain harus mengikuti quest][Bertahan tanpa ditemukan selama satu jam dari Iblis][PInalti pemotongan usia jika menolak quest][Kegagalan quest ditanggung peserta berupa hukuman fisik][Ya/Tidak]Aricia menggengam kedua tangannya dengan kepalan yang keras. Rahangnya mengeras hingga Aricia mengigit bibir bawahnya sendiri. Perasaan murka jadi emosi dominannya saat ini. "Yang benar saja!" bentak Aricia menatap panel yang muncul dihadapannya itu.Dia merasa dipermainkan karena tidak ada kesempatan bagi Aricia untuk menghindari bencana ini. "Kau membuat seolah-olah aku tak ada lagi pilihan," ucap Aricia dengan geram. Ia langsung melangk

Bab terbaru

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 73 : True Ending

    "Sungguh? bagaimana diriku saat itu?" tanya Victor dengan santai."Anda ... salah satu cara keabadian dari Iblis yang gagal didapatkan," jawab Aricia. "Aricia kau tahu, aku benci dongeng ...," ucap Pria itu segera Aricia sela."Dan aku mencintaimu, di versi apa pun itu!" jerit Aricia sembari memundurkan langkahnya. Kedua matanya membelalak karena menatap hal yang tak dapat ia percayai, ia baru saja mengungkapkan perasaannya karena rasa rindu menghantui dirinya. Aricia terisak sendiri. "Aku menderita karena harus berpisah darimu meskipun semua ini karena kebodohanku," ucap Aricia. Aricia berlutut sembari terus terisak. "Meski kau menipuku, memakai wujud dan rupanya, berbicara dengan suaranya, tapi ... aku ....," ucap Aricia tertahan. Ia menyeka air matanya sendiri. "Kau tetap licik, menggunakan penderitaanku untuk menjebakku Iblis!" bentak Aricia. Wajah Aricia menanggah, ia menatap sosok Victor Katsh Braun yang sedang menyeringai tipis padanya. Bagaimana Aricia baru bisa menyadariny

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 72 : Gagal Abadi

    "Memangnya kenapa?" "Jika benar maka kau tak dapat luput dari hadapanku,""Ya, kenapa?""Demi membuktikan jika dongeng turun temurun itu benar maka jika Healer Gracewill bereinkarnasi maka keluarga Katsh Braun bertanggung jawab atas keselamatannya," "Tidak perlu,""Kalau begitu bagaimana jika kita menikah saja?""Apa katamu?!" kedua mata Aricia melotot sempurna. Sudahlah kembali pada hidup yang tak diinginkan tapi ia dijebak lagi untuk menikah dengan Victor lagi. Sejenak saat itu Aricia terdiam, dia pernah menolak Victor meski bertolak belakang dengan perasaannya. "Beri aku waktu untuk memikirkannya," ucap Aricia. Victor Katsh Braun mengangguk. Ia beranjak berdiri untuk pergi dari ruang perawatan ini. Pria itu sempat menatap Aricia sejenak. Samar-samar benaknya menampilkan kilas sosok wanita yang mirip dengan Aricia meski ia sendiri yakin belum pernah bertemu dengan Aricia. "Tuan Braun?" tanya Aricia menatap Pria yang melamun di hadapannya itu.Victor menggeleng. "Maaf, aku akan p

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 71: Kehidupan Tak Diinginkan

    "Aku mengenalmu, jauh sebelum kau bertemu denganku," ucap Aricia. Perasaannya bergemuruh tentu saja, sosok lelaki yang membuatnya cinta setengah mati dan juga membuat Aricia rela mengorbankan dirinya. Aricia sendiri meragukan arti perasaannya pada Victor tapi saat kehidupan itu ditinggalkan kemudian kembali, justru Victor kembali hadir pada sosok Pria ini.Victor Katsh Braun hanya memandangi Aricia dengan heran. Dia tak kenal Aricia sebelum Erika yang mengenalkan Gadis yang hendak bekerja sebagai perawat neneknya itu. "Jangan menatapku begitu, kau seperti orang patah hati padahal aku baru pertama kali bertemu denganmu," ucap Victor dengan nada dingin meskipun suaranya berat. "Lantas kenapa?!" sahut Aricia menginggikan suaranya. "Kenapa? apakah kau mau uang untuk membalas budi jasamu?" sahut Victor tak mau mengalah. Aricia malah menatap geram Victor. Di dunia yang ia kenal, Victor Frederick Ashkings memanglah pria yang arogan. Seharusnya ia terbiasa tapi ini dunia asalnya. Bagaimana

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 70 : Reset

    [Sistem akan melakukan reset pada protagonis]"Eh? apa maksudnya? apakah aku selesai?" tanya Aricia yang bergumam dalam kehampaan itu. Aricia terdiam mendapati dirinya di ruang hampa. Aricia menatap keheningan semua ini. Ia seorang diri kemudian beranjak berdiri. "Aku di mana?" Aricia bergumam seorang diri. Aricia menatap cahaya-cahaya yang berkilau ke sekitarnya kemudian berkumpul membentuk sosok seorang wanita yang bercahaya. Aricia bahkan tak bisa melihat jelas rupa wajahnya. "Siapa kau?" tanya Aricia."Aku selama ini membimbingmu," jawab Wanita itu.Kedua mata Aricia membulat sempurna. "Kaukah Sistem?" Aricia menunjuk Wanita itu. Sang Wanita hanya mengangguk pelan. Sekujur tubuhnya hanyalah cahaya, sampai ia mendekati Aricia kemudian menyentuh pipi kanannya. "Kau memilih Ending yang menyakitkan dirimu sendiri, Aricia." Sang Wanita berucap sembari membelai wajah Aricia. "Kalau begitu, apakah semua orang yang mengenalku sudah melupakanku?" tanya Aricia bernada sendu. Ia memikirkan

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 69 : Protagonis Utama Yang Mati

    "Kalian datang berdua?" Ratu Clara bertanya dengan nada angkuhnya. Ia duduk di singasana hitam, istana yang sudah suram dan banyak monster besar yang menjadi bawahannya. Sekejab mata, Plumeria yang putih sudah jadi gelap. Aricia berdiri di sebelah Victor, Duke yang seharusnya tak perlu bersikap sejauh ini. "Aku berniat mati sendiri, asal kau tahu." Aricia berceletuk sembari tersenyum kecil. "Katakan, bagaimana cara memulihkan semua kekacauan yang kau buat, bedebah!" bentak Aricia yang langsung merubah raut wajahnya.Ratu Clara tertawa terbahak-bahak. Ia menertawakan Aricia yang berani menantang mautnya sendiri. "Clara sudah tiada, aku baru saja melahap habis jiwanya seperti yang ia inginkan ... dia hanya mau kematianmu!" bentak Ratu Clara sembari menuruni singasananya. Aricia langsung waspada. "Victor, aku tak mau kau yang berkorban," tegas Aricia.Duke Victor tertegun mendengar ketangguhan Aricia. Seorang Wanita yang berdiri lebih dulu di depannya bagaikan ksatria yang tangguh. Sek

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 68 : Takdir Masa Depan

    "Tabib Agung ... Helian memberi sinyal meminta bantuan!" "Victor!" teriak Aricia panik. Ia mengabaikan deretan para bangsawan yang menatap Aricia. Saat itu Aricia merasakan jika tangannya digenggam oleh Tabib Agung Gilovich. Aricia langsung menoleh mendapati wajah cemas dari Pria Tua itu. "Guru, anggaplah aku manusia dari antah berantah ... yang telah siap mati," ucap Aricia tersenyum lembut. Tabib Agung Gilovich menggeleng. "Belati itu masih bisa menyegelnya tapi kekasihmu jadi kunci keabadiannya," sahut Pria itu."Aku tahu, aku tahu." Aricia menurunkan tangan Sang Tabib. "Aku tak akan mengambil takhta, aku tidak tahu apakah aku masih hidup usai berhadapan dengan Ratu kalian ... sebaliknya, carilah garis keturunan yang aku yakin masih ada," perintah Aricia dengan suara mengalun lembutnya. Aricia keluar dari Markas Penyembuh. Ia menghela napas, terasa penat karena semuanya tak kunjung usai. Aricia berhenti di depan gerbang Plumeria. Ia merasakan angin senja berhembus pelan membelai

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 67 : Pengorbanan

    "Apa yang sedang kau coba katakan?" tanya Aricia. "Berhenti membuatku penasaran.""Aku ... jantung seorang Naga Suci dapat membuat Iblis hidup abadi sekaligus mendapatkan tubuh manusianya," "Apa!" kedua mata Aricia membelalak. Ia mendadak melangkah mundur. Ternyata usaha kerasnya menghunus belati peninggalan Ellis Francielli sebuah kesia-siaan. "Rever tewas untuk harga yang sia-sia," ucap Aricia dengan suara yang bergetar. Penyesalan dan merasakan diri sendiri yang salah menjadi-jadi karena semua itu Aricia berlari keluar dari kediaman Ashkings. "Aricia!" teriak Duke Victor hendak menghentikannya tapi mengurungkan niatnya.Davis yang sejak tadi telah kembali hanya bisa menatap prihatin tuannya itu. "Sire ... alangkah lebih baiknya kita membiarkan Healer menenangkan dirinya, Ksatria Rever orang yang cukup dekat dengan Healer jadi wajar jika dia berduka," ucap Davis. Duke kembali duduk di kursi kayu kemudian menompang dahi dengan kedua tangannya sembari menunduk. "Seharusnya aku kata

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 66 : Tidak Seutuhnya Sirna

    Tiga hari seorang Aricia terbaring tak sadarkan diri. Pagi ketika matahari menaiki permukaan angkasa semesta sosok Aricia membuka kedua kelopak matanya. Ia terbangun dengan keadaan tubuh seutuhnya terasa nyeri. Gadis itu mengerang pelan sembari menduduki dirinya. Ia menyibak rambut hitam panjangnya."Seingatku rambutku itu masih pendek?" tanya Aricia seorang diri dengan suara serak paraunya. Tenggorokannya terasa sakit. "Aku haus, butuh air." Aricia berucap sembari beranjak berdiri. Tubuh rampingnya memakai gaun tidur dengan jubah yang menutupi kedua lengan polosnya. Aricia berjalan keluar dari kamarnya. Ia berada di kediaman Ashkings dengan tatapan heran. "Bukannya kediaman ini hancur oleh ulah Ratu Clara," ucap Aricia sendiri. Tak lama ia mendapati Duke tengah menyeduh teh. Aricia tersipu karena Pria itu yang biasanya berpakaian resmi dan formal kini menggunakan kemeja putih yang sebagian lengannya digulung hingga ke sikunya. "Duke ... aku," ucap Aricia tertahan."Oh, iya, selamat

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 65: Cinta yang Buta

    Ratu Clara tiba di istana dengan wajah masamnya. Seisi istana masih belum menyadari jika Sang Ratu sudah terpengaruh oleh iblis termasuk Ksatria Rever. Ratu tiba menatap Ksatrianya yang sibuk karena penyeranga diseluruh penjuru kota yang ada di Plumeria. Pria itu langsung mendatangi Ratu kemudian menggengam tangannya."Ya Tuhan, kemana saja Anda sedari tadi yang mulia?" tanya Ksatria Rever dengan cemas.Ratu Clara sudah buta mengenali segalanya. Selain perasaan benci yang teramat sangat dengan Aricia. "Apakah kau mencemaskanku?" tanya Ratu Clara.Pria itu mengangguk kemudian mendekap Sang Ratu. "Clar bagaimana bisa aku tidak mencemaskanmu sementara Sang Iblis di luar sana sudah mulai memporak-porandakan Plumeria?" Ksatria Rever berbalik melontarkan pertanyaan dengan senyuman hangatnya. "Apa yang sudah kau lakukan?" celetuk Ratu Clara sembari menepis tangan Ksatria Rever. Ia mengamuk tanpa sebab sembari mengayunkan kedua tangannya yang telah berupa cakaran tajam. Ratu Clara yang kehil

DMCA.com Protection Status