Dia tahu persis di mana posisi Hazel di hati Liana. Jadi karena itulah dia tidak pernah memberi tahu Liana tentang apa yang dilakukan Justin di luar sana.Liana adalah orang yang tidak bisa menerima sedikit pun kesalahan di matanya.Ketika seseorang mencoba untuk naik ke tempat tidur Kakek Remon, keesokan harinya orang itu menghilang dari Kota Palapa.Remon juga cukup penakut, jadi bisa dikatakan kalau Liana lah yang menjadi penentu keputusan apa pun dalam Keluarga Hardwin.Liana meletakkan informasi itu di atas meja dan menoleh ke arah Irma. "Kamu sudah baca ini?"Irma menunduk, tidak berani menarik napas kuat-kuat.Liana mencibir, "Sepertinya kamu sudah tahu. Mana Justin? Minta dia ke mari sekarang juga."Irma perlahan mengangkat kepalanya dan menjawab dengan suara pelan, "Ibu, jangan terburu-buru dulu. Justin nggak sengaja melakukannya. Sekarang zaman di mana semua orang bebas mencintai. Perjanjian pernikahan sudah tidak digunakan di zaman ini."Sorot mata Liana berubah tajam saat m
Hazel terdiam, lalu teringat bahwa dia belum memberi tahu Liana tentang pernikahannya dengan Sergio.Dia mengerjap malu-malu dan tanpa sadar melihat ke arah Sergio.Kebetulan Sergio juga menatapnya dan mengangkat alis ke arahnya, seolah-olah ingin mendengar apa yang akan dikatakannya sebagai tanggapan.Hazel mengalihkan pandangannya, memikirkan apa yang harus dikatakan.Saat itulah Liana tiba-tiba menghela napas dengan penuh penyesalan dan berkata, "Kalau Om kamu belum menikah, aku pasti akan memintanya menikah denganmu."Pagi tadi, dia menerima telepon dari klien-klien lama yang mengucapkan selamat kepada Sergio yang akhirnya menikah. Mereka bahkan bertanya kapan dia akan menyelenggarakan pesta pernikahan.Saat itulah dia baru menyadari bahwa putra kecilnya ini ternyata sudah mendaftarkan pernikahannya tanpa memberitahunya.Bahkan dia tidak memberi tahu ibu kandungnya!Benar-benar bikin marah!Hazel dan Sergio saling berpandangan dan pipi Hazel perlahan memerah.Ekspresi Sergio juga t
Liana tertawa jengkel dan balik bertanya, "Justin nggak pantas buat Hazel, apa kamu yang pantas untuk Hazel?""Setidaknya aku lebih baik dari Justin. Selama sisa hidupku, aku hanya akan memiliki Hazel di hidupku. Kalau Ibu nggak setuju, aku nggak akan menikah seumur hidup.""Apa sekarang kamu mengancamku?""Nggak. Aku cuma bicara fakta."Liana menatapnya selama beberapa saat, lalu menghela napas panjang. "Rupanya kamu bisa secinta itu pada seseorang. Nggak disangka Keluarga Hardwin memiliki keturunan sepertimu."Sergio tahu bahwa ibunya sedang mengingat masa mudanya yang menyedihkan. Jadi, dia melembutkan nada bicaranya dan berkata, "Itu karena aku mewarisi gen Ibu yang luar biasa. Ini nggak ada hubungannya dengan Keluarga Hardwin.""Wah, kamu mencoba menyenangkanku rupanya. Apa matahari terbit dari barat?"Liana menatapnya sekilas, sebagian besar rasa sesak di dadanya pun menghilang.Jika itu terjadi di masa lalu, sepertinya Sergio akan terlalu malas untuk berbicara dengannya. Liana p
"Sudah kuduga. Mana mungkin Hazel mau menikah denganmu kalau kamu nggak melakukan taktik tertentu kepadanya!" Api kemarahan Liana yang baru saja diredam kembali berkobar dan matanya menatap tajam.Sergio menunjukkan ekspresi tidak berdaya dan mengingatkan, "Bu, anakmu nggak seburuk itu.""Jangan membela diri. Kalau kamu berani mengecewakan Hazel seperti yang Justin lakukan, jangan pernah memanggilku Ibu lagi!"Hazel tumbuh besar dengan pengawasan Liana. Dalam hati, Liana sudah memperlakukan Hazel sebagai cucunya sendiri.Tidak disangka, dia sekarang malah menjadi menantu perempuannya.Liana tidak bisa mengatakan apa yang dia rasakan di dalam hatinya. Namun, dia bukan orang yang tutup mata terhadap alasan. Selain itu, masalah ini juga bukan kesalahan Hazel sejak awal.Jadi, dia bisa memahami dan menerima situasi ini dengan cepat.Sergio menegakkan tulang punggungnya dan berjanji dengan wajah serius, "Bu, aku akan memperlakukan Hazel dengan baik."Hazel adalah istri yang sudah dia akui s
Namun, kemarahan di dalam hati Irma tidak bisa dihilangkan. Rasanya seperti ada batu besar yang mengganjal di hati, membuatnya merasa sangat tidak nyaman.Liana bisa melihat keengganan dan kebencian di dasar matanya, lalu mengalihkan pandangannya.Dia berjalan mendekati Hazel, memeriksa apakah Hazel terluka. Setelah itu, dia kembali menatap Irma."Justin lah yang selingkuh lebih dulu. Aku sudah janji pada ibu Hazel. Kalau Justin berbuat jahat kepada Hazel, pertunangan akan dibatalkan. Nggak masalah kalau Hazel ingin menikah dengan siapa pun yang dia inginkan."Hazel mengangkat matanya karena terkejut, emosi dalam hatinya menjadi campur aduk.Ternyata ibunya memikirkan penyelesaian lain untuknya.Pasti karena saat itu ibunya terluka oleh sikap Krisna. Jadi, dia sangat berhati-hati dalam memilih pasangan untuk Hazel, bukan?Sergio berjalan mendekat dan berdiri di samping Hazel. Lalu, dia berkata kepada Irma, "Kak, berita perselingkuhan Justin sudah menyebar. Banyak orang yang mulai menyu
"Nah, pintar! Sergio nggak bilang kalau kalian sudah menikah, jadi aku nggak menyiapkan apa-apa. Ini mas kawin yang diberikan oleh ibuku dan akan menjadi milikmu mulai sekarang."Liana tersenyum sumringah dan melepaskan gelang zamrud dari pergelangan tangannya. Lalu, dia memakaikannya ke pergelangan tangan Hazel.Kelopak mata Hazel pun tertuju pada gelang itu. Dia langsung melambaikan tangannya untuk menolak. "Bu, ini terlalu berharga. Aku nggak bisa menerimanya."Sikap Liana tegas. "Ambillah. Ini tanda ketulusan Ibu. Mulai sekarang Ibu akan meminta tolong kepadamu untuk menjaga Sergio. Ibu masih punya banyak perhiasan yang awalnya memang dipersiapkan untuk mas kawinmu. Jadi, kamu bisa bawa sekalian nanti ketika pulang."Hazel kehabisan kata-kata dan menatap Sergio untuk meminta bantuan.Melihat Sergio mengangguk kepadanya, dia dengan ragu-ragu mengambil gelang itu. "Terima kasih, Bu."Sergio berdiri di sampingnya, bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari Hazel.Terutama ketika melih
Irma tahu bahwa dia salah dan langsung mengambil alat makannya lagi.Hanya saja, makanan ini terasa sangat tidak enak.Ketika melihat Sergio yang terus mengambilkan makanan untuk Hazel dan menatapnya dengan lembut, hatinya terasa tidak nyaman.Kenapa sebelumnya dia tidak tahu bahwa Sergio ternyata memiliki sisi lembut seperti itu?Dia juga tidak tahu pesona seperti apa yang dimiliki Hazel sampai bisa membuat pria berdarah dingin seperti Sergio berbuah sedrastis ini.Hazel menyadari arah pandangan Irma dan menatapnya balik, lalu tersenyum tipis.Gigi Irma bergemeletuk karena marah, merasa bahwa keagungannya telah diprovokasi.Meskipun Hazel sudah menarik diri dari pernikahannya dengan Justin, dia tetaplah orang yang lebih tua dari Hazel.Karena itulah cara dia menatap mata Hazel juga menunjukkan kesan provokasi yang kuat. Dia ingin menunjukkan statusnya.Namun sebelum dia sempat melakukan sesuatu, tatapan tajam Sergio dan Liana melayang ke arahnya.Ditatap oleh dua tatapan yang begitu s
Mobil yang dikendarai Hazel dan Sergio sampai di Grand Permata jam sepuluh malam.Sergio tidak bisa menahan tawanya saat melihat gadis kecil yang sedang tertidur lelap, yang kepalanya bisa terjatuh kapan saja kalau bergerak sedikit saja."Hazel, sudah."Hazel membuka matanya dan menggaruk-garuk kepalanya karena tidak enak. "Ah, aku hampir ketiduran."Sergio langsung tersenyum. "Hmm. Kamu tidur sangat nyenyak barusan."Wajah kecil Hazel memerah, lalu membantah secara tidak sadar, "Nggak tidur, cuma hampir ketiduran saja!"Dia terlalu mengantuk sampai tidak bisa menahannya."Ya, aku salah bicara. Kamu hampir tertidur." Sergio tersenyum cerah, lalu membuka pintu mobil dan turun.Mendengar ada suara di depan vila, Adam langsung keluar menyambut kedatangan mereka.Lampu di vila masih menyala. Para pelayan sudah beristirahat di sisi vila yang lain, hanya menyisakan Adam yang berjaga di sini.Hazel turun dari mobil dan menyapa Adam.Adam melihat Sergio, ingin mengatakan sesuatu, tetapi mengur
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya