Hazel kebetulan bertatapan dengannya saat mendongak. Seketika, senyuman langsung meluap dari dasar matanya. "Om sudah pulang? Kenapa pulang kerja secepat ini?""Hmm." Sergio berjalan ke depan Hazel, sudut bibirnya sedikit terlihat mengait. "Hari ini kantor nggak sibuk, jadi aku pulang lebih awal.""Apa Om haus? Akan aku ambilkan segelas air."Hazel berdiri dari sofa dan bersiap untuk berjalan ke arah dapur.Namun baru dua langkah, pergelangan tangannya dipegang oleh sebuah telapak tangan yang lebar dan hangat. "Nggak. Aku nggak haus."Hazel merasa pergelangan tangannya seperti tersiram air panas, jadi dia langsung menarik tangannya. Setelah itu, rona merah mulai menjalar di wajahnya.Merasa cengkeraman tangannya kosong, Sergio kembali menarik tangannya dengan penuh penyesalan. Lalu, dia melirik dengan curiga ke arah meja kopi yang berantakan."Apa yang kalian lakukan?"Adam segera menjelaskan, "Tuan, saya sudah mencetak semua informasi yang Tuan minta untuk diselidiki. Semuanya ada di
Tidak yakin apakah kegugupannya terlalu berlebihan, Hazel tiba-tiba merasa sedikit pengap saat berada di dalam mobil yang tertutup rapat.Dia melirik ke arah Sergio dan diam-diam menurunkan jendela.Angin sepoi-sepoi dari luar berembus melalui celah-celah kaca dan menerpa wajah Hazel, membuat napasnya jadi lebih santai.Perasaan sesak di dadanya juga akhirnya sedikit mereda.Namun, tangannya masih mengepal dengan gugup.Sergio yang sedang mengerjakan pekerjaannya pun menoleh saat melihat suara kaca mobil diturunkan. Dia menatap Hazel, lalu bertanya, "Nggak nyaman?"Hazel menggelengkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa.Meski sebelumnya dia sudah pernah mengatakan akan pergi ke kediaman utama untuk membatalkan pernikahannya, entah kenapa dia mulai gugup ketika benar-benar harus melakukannya.Bukan karena Hazel masih memiliki perasaan yang tersisa tentang pernikahan itu, tetapi dia takut Liana akan kecewa padanya.Sergio yang merasakan ada yang tidak beres dengan suasana hati Hazel
Meskipun Hazel sudah berusia 22 tahun, dia tetaplah seorang anak kecil yang belum dewasa di mata Sergio.Dia seharusnya tumbuh dengan orang tua yang memanjakannya. Namun, dia dipaksa untuk mengalami banyak hal dibanding gadis pada seusianya.Orang-orang di sekitar Hazel yang peduli kepadanya sudah meninggalkannya satu per satu. Dia hanya bisa memendam semua keluh kesahnya di dalam hati dan tidak ada tempat untuk melampiaskannya. Mungkin hal itulah yang memaksa Hazel untuk menjadi lebih bijaksana.Setiap kali melihat Hazel berpura-pura mengerti, hati Sergio serasa mau hancur.Dia ingin memeluk Hazel dan memberikan yang terbaik yang dia bisa.Dia ingin Hazel menjalani sisa hidupnya dengan tenang dan bahagia.Hazel terkejut dan langsung terdiam setelah mendengar kata-kata Sergio. Lalu, dia menatap Sergio dengan tatapan kosong.Ini adalah pertama kalinya dia mendengar seseorang memberitahunya kalau dia bisa bersikap seenaknya.Semua orang biasanya meminta Hazel untuk menjadi lebih pengerti
Pengurus rumah tangga di kediaman utama keluar. Ketika melihat Hazel, senyum penuh kasih langsung muncul di wajahnya."Nona Hazel datang untuk bertemu Nyonya? Tadi pagi Nyonya bahkan sempat membicarakan Nona.""Kakek Firdan, lama nggak berjumpa. Aku juga sangat merindukan Nenek Liana."Kakek Firdan adalah pengurus rumah tangga dari Keluarga Hardwin. Kabarnya, dia bahkan sempat ikut berperang bersama Kakek Remon saat itu.Kemudian, ketika situasi di dalam negeri mulai stabil, Kakek Remon mulai terjun ke dalam dunia bisnis.Kaki Kakek Firdan terluka di medan perang, jadi tidak nyaman kalau digunakan untuk berlari. Karena itulah dia tinggal di Keluarga Hardwin sebagai pengurus rumah tangga.Pak Adam adalah anak laki-laki Kakek Firdan.Hazel baru mengetahui semua ini dari Sergio beberapa waktu lalu.Sergio mengatakan kalau Pak Adam tidak pintar dan tidak punya kemampuan. Dia bergaul dengan teman yang membuatnya jadi penjudi dan pecandu. Dia bahkan hampir kehilangan nyawanya di meja judi.S
Sekelebat rasa malu melintas di wajah Irma saat mendengar jawaban Firdan.Namun, dia tidak bisa membalas fakta itu.Karena dalam Keluarga Hardwin, selama Liana dan Sergio masih ada, dia tidak memiliki hak untuk memutuskan apa pun.Irma diam-diam menggertakkan gigi penuh kemarahan dan mengancam Hazel dengan suara dingin, "Hazel, kamu dan Justin akan menjadi suami-istri. Kamu nggak ingin reputasi Justin hancur, bukan? Jadi, cepat hapus video itu."Kenapa memangnya kalau Justin benar-benar tidur dengan Darra?Saat ini, pria berkuasa mana yang tidak memiliki wanita lain di luar sana?Apalagi Justin sangat baik dan tampan. Dia juga satu-satunya cucu tertua Keluarga Hardwin. Jadi apa salahnya memiliki wanita lain di luar sana?Hazel saja yang membesar-besarkan masalah ini. Bagaimana dia bisa menjadi istri yang baik untuk Justin jika pemikirannya sesempit ini?Hazel tertawa saat mendengar perkataan Irma. "Bagaimana kalau aku nggak mau? Tante lah yang mengusulkan pernikahan ini sejak awal. Sek
"Boleh saja kalau mau mengakhiri pernikahan ini."Irma sangat senang sampai matanya berbinar.Detik berikutnya, dia mendengar Hazel melanjutkan, "Tapi apa yang menjadi utang anak Tante padaku, semuanya harus dikembalikan. Nggak perlu bahas masalah keuntungan yang kalian dapatkan dulu. Anak Tante harus memberikan kompensasi kepadaku atas rasa sakit dan penderitaan yang aku alami ketika bersamanya selama bertahun-tahun. kalian harus mengganti kerusakan mental dan hilangnya masa mudaku."Hazel mengatakannya dengan sangat tenang dan tidak tergesa-gesa, bahkan ketika menghadapi Irma, orang yang lebih tua darinya."Kerusakan mental apa? Apa yang sudah dilakukan anakku? Kamu yang nggak bisa menjaga pasanganmu, tapi malah minta uang kepada kami? Jangan harap!"Irma marah bukan main. Ini pertama kalinya dia melihat wanita yang tidak tahu malu seperti Hazel.Bukan hanya menguasai masalah pernikahan, Hazel juga mengajukan keinginan yang tidak tahu diri."Nggak mau ngasih? Kalau begitu aku akan me
Sergio menghela napas tak berdaya dalam hati. Sepertinya Hazel masih belum cukup mempercayainya.Itu juga salahnya. Dia tahu bahwa Hazel adalah orang yang tidak memiliki sandaran, tetapi dia tidak dengan tegas mengatakan kepada Hazel bahwa, apa pun yang terjadi, dia akan tetap berada di sisi Hazel.Dia mengulurkan tangannya ke arah Hazel. "Kemarikan ponselnya."Hazel tidak ingin memberikannya. Dia menatap mata Sergio, ragu-ragu sejenak sebelum memberikannya.Dia ingat bahwa sebelum datang ke mari, Sergio mengatakan kalau pria itu akan membantunya keluar dari pernikahan dengan Justin.Dia percaya bahwa Sergio adalah orang yang memegang teguh janjinya.Sekarang, mereka juga sudah menikah dan berada di dalam perahu yang sama.Mungkin Hazel bisa mencoba untuk mempercayainya kali ini.Sekali ini saja, jika Sergio berani mengkhianati kepercayaannya, dia tidak akan pernah mempercayainya lagi.Hazel berkata pada dirinya sendiri dalam hati.Sergio melihat perubahan ekspresi di wajah Hazel, teta
Liana menuruni tangga dibantu oleh Firdan dan tatapannya melihat ke bawah. "Apa yang terjadi? Ribut sekali sampai aku bisa dengar keributan kalian dari lantai atas."Hazel beranjak dari sofa dan menyapanya dengan sopan, "Nenek Liana!"Begitu Liana melihatnya, senyum penuh kasih langsung muncul di wajahnya.Dia mengulurkan tangannya ke arah Hazel dan menatapnya dengan lembut. "Hazel, akhirnya kamu datang menemui Nenek. Sudah lama kamu nggak ke sini. Nenek pikir kamu sudah melupakan Nenek."Liana melihat Hazel tumbuh dewasa. Dia pun menyayangi Hazel dengan tulus.Dia memang menginginkan seorang anak perempuan ketika masih muda.Sayang sekali setelah berusaha keras cukup lama, dia hanya melahirkan anak laki-laki saja.Hal yang paling menjengkelkan adalah, Sergio, anak nakal ini tidak dekat dengannya. Setiap hari dia hanya menunjukkan wajah dinginnya dan tidak tahu bagaimana harus bersikap.Huh, Sergio benar-benar tidak mengikuti sifatnya.Hazel memperlihatkan senyum lembut yang manis dan
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya