Sekelebat rasa malu melintas di wajah Irma saat mendengar jawaban Firdan.Namun, dia tidak bisa membalas fakta itu.Karena dalam Keluarga Hardwin, selama Liana dan Sergio masih ada, dia tidak memiliki hak untuk memutuskan apa pun.Irma diam-diam menggertakkan gigi penuh kemarahan dan mengancam Hazel dengan suara dingin, "Hazel, kamu dan Justin akan menjadi suami-istri. Kamu nggak ingin reputasi Justin hancur, bukan? Jadi, cepat hapus video itu."Kenapa memangnya kalau Justin benar-benar tidur dengan Darra?Saat ini, pria berkuasa mana yang tidak memiliki wanita lain di luar sana?Apalagi Justin sangat baik dan tampan. Dia juga satu-satunya cucu tertua Keluarga Hardwin. Jadi apa salahnya memiliki wanita lain di luar sana?Hazel saja yang membesar-besarkan masalah ini. Bagaimana dia bisa menjadi istri yang baik untuk Justin jika pemikirannya sesempit ini?Hazel tertawa saat mendengar perkataan Irma. "Bagaimana kalau aku nggak mau? Tante lah yang mengusulkan pernikahan ini sejak awal. Sek
"Boleh saja kalau mau mengakhiri pernikahan ini."Irma sangat senang sampai matanya berbinar.Detik berikutnya, dia mendengar Hazel melanjutkan, "Tapi apa yang menjadi utang anak Tante padaku, semuanya harus dikembalikan. Nggak perlu bahas masalah keuntungan yang kalian dapatkan dulu. Anak Tante harus memberikan kompensasi kepadaku atas rasa sakit dan penderitaan yang aku alami ketika bersamanya selama bertahun-tahun. kalian harus mengganti kerusakan mental dan hilangnya masa mudaku."Hazel mengatakannya dengan sangat tenang dan tidak tergesa-gesa, bahkan ketika menghadapi Irma, orang yang lebih tua darinya."Kerusakan mental apa? Apa yang sudah dilakukan anakku? Kamu yang nggak bisa menjaga pasanganmu, tapi malah minta uang kepada kami? Jangan harap!"Irma marah bukan main. Ini pertama kalinya dia melihat wanita yang tidak tahu malu seperti Hazel.Bukan hanya menguasai masalah pernikahan, Hazel juga mengajukan keinginan yang tidak tahu diri."Nggak mau ngasih? Kalau begitu aku akan me
Sergio menghela napas tak berdaya dalam hati. Sepertinya Hazel masih belum cukup mempercayainya.Itu juga salahnya. Dia tahu bahwa Hazel adalah orang yang tidak memiliki sandaran, tetapi dia tidak dengan tegas mengatakan kepada Hazel bahwa, apa pun yang terjadi, dia akan tetap berada di sisi Hazel.Dia mengulurkan tangannya ke arah Hazel. "Kemarikan ponselnya."Hazel tidak ingin memberikannya. Dia menatap mata Sergio, ragu-ragu sejenak sebelum memberikannya.Dia ingat bahwa sebelum datang ke mari, Sergio mengatakan kalau pria itu akan membantunya keluar dari pernikahan dengan Justin.Dia percaya bahwa Sergio adalah orang yang memegang teguh janjinya.Sekarang, mereka juga sudah menikah dan berada di dalam perahu yang sama.Mungkin Hazel bisa mencoba untuk mempercayainya kali ini.Sekali ini saja, jika Sergio berani mengkhianati kepercayaannya, dia tidak akan pernah mempercayainya lagi.Hazel berkata pada dirinya sendiri dalam hati.Sergio melihat perubahan ekspresi di wajah Hazel, teta
Liana menuruni tangga dibantu oleh Firdan dan tatapannya melihat ke bawah. "Apa yang terjadi? Ribut sekali sampai aku bisa dengar keributan kalian dari lantai atas."Hazel beranjak dari sofa dan menyapanya dengan sopan, "Nenek Liana!"Begitu Liana melihatnya, senyum penuh kasih langsung muncul di wajahnya.Dia mengulurkan tangannya ke arah Hazel dan menatapnya dengan lembut. "Hazel, akhirnya kamu datang menemui Nenek. Sudah lama kamu nggak ke sini. Nenek pikir kamu sudah melupakan Nenek."Liana melihat Hazel tumbuh dewasa. Dia pun menyayangi Hazel dengan tulus.Dia memang menginginkan seorang anak perempuan ketika masih muda.Sayang sekali setelah berusaha keras cukup lama, dia hanya melahirkan anak laki-laki saja.Hal yang paling menjengkelkan adalah, Sergio, anak nakal ini tidak dekat dengannya. Setiap hari dia hanya menunjukkan wajah dinginnya dan tidak tahu bagaimana harus bersikap.Huh, Sergio benar-benar tidak mengikuti sifatnya.Hazel memperlihatkan senyum lembut yang manis dan
Dia tahu persis di mana posisi Hazel di hati Liana. Jadi karena itulah dia tidak pernah memberi tahu Liana tentang apa yang dilakukan Justin di luar sana.Liana adalah orang yang tidak bisa menerima sedikit pun kesalahan di matanya.Ketika seseorang mencoba untuk naik ke tempat tidur Kakek Remon, keesokan harinya orang itu menghilang dari Kota Palapa.Remon juga cukup penakut, jadi bisa dikatakan kalau Liana lah yang menjadi penentu keputusan apa pun dalam Keluarga Hardwin.Liana meletakkan informasi itu di atas meja dan menoleh ke arah Irma. "Kamu sudah baca ini?"Irma menunduk, tidak berani menarik napas kuat-kuat.Liana mencibir, "Sepertinya kamu sudah tahu. Mana Justin? Minta dia ke mari sekarang juga."Irma perlahan mengangkat kepalanya dan menjawab dengan suara pelan, "Ibu, jangan terburu-buru dulu. Justin nggak sengaja melakukannya. Sekarang zaman di mana semua orang bebas mencintai. Perjanjian pernikahan sudah tidak digunakan di zaman ini."Sorot mata Liana berubah tajam saat m
Hazel terdiam, lalu teringat bahwa dia belum memberi tahu Liana tentang pernikahannya dengan Sergio.Dia mengerjap malu-malu dan tanpa sadar melihat ke arah Sergio.Kebetulan Sergio juga menatapnya dan mengangkat alis ke arahnya, seolah-olah ingin mendengar apa yang akan dikatakannya sebagai tanggapan.Hazel mengalihkan pandangannya, memikirkan apa yang harus dikatakan.Saat itulah Liana tiba-tiba menghela napas dengan penuh penyesalan dan berkata, "Kalau Om kamu belum menikah, aku pasti akan memintanya menikah denganmu."Pagi tadi, dia menerima telepon dari klien-klien lama yang mengucapkan selamat kepada Sergio yang akhirnya menikah. Mereka bahkan bertanya kapan dia akan menyelenggarakan pesta pernikahan.Saat itulah dia baru menyadari bahwa putra kecilnya ini ternyata sudah mendaftarkan pernikahannya tanpa memberitahunya.Bahkan dia tidak memberi tahu ibu kandungnya!Benar-benar bikin marah!Hazel dan Sergio saling berpandangan dan pipi Hazel perlahan memerah.Ekspresi Sergio juga t
Liana tertawa jengkel dan balik bertanya, "Justin nggak pantas buat Hazel, apa kamu yang pantas untuk Hazel?""Setidaknya aku lebih baik dari Justin. Selama sisa hidupku, aku hanya akan memiliki Hazel di hidupku. Kalau Ibu nggak setuju, aku nggak akan menikah seumur hidup.""Apa sekarang kamu mengancamku?""Nggak. Aku cuma bicara fakta."Liana menatapnya selama beberapa saat, lalu menghela napas panjang. "Rupanya kamu bisa secinta itu pada seseorang. Nggak disangka Keluarga Hardwin memiliki keturunan sepertimu."Sergio tahu bahwa ibunya sedang mengingat masa mudanya yang menyedihkan. Jadi, dia melembutkan nada bicaranya dan berkata, "Itu karena aku mewarisi gen Ibu yang luar biasa. Ini nggak ada hubungannya dengan Keluarga Hardwin.""Wah, kamu mencoba menyenangkanku rupanya. Apa matahari terbit dari barat?"Liana menatapnya sekilas, sebagian besar rasa sesak di dadanya pun menghilang.Jika itu terjadi di masa lalu, sepertinya Sergio akan terlalu malas untuk berbicara dengannya. Liana p
"Sudah kuduga. Mana mungkin Hazel mau menikah denganmu kalau kamu nggak melakukan taktik tertentu kepadanya!" Api kemarahan Liana yang baru saja diredam kembali berkobar dan matanya menatap tajam.Sergio menunjukkan ekspresi tidak berdaya dan mengingatkan, "Bu, anakmu nggak seburuk itu.""Jangan membela diri. Kalau kamu berani mengecewakan Hazel seperti yang Justin lakukan, jangan pernah memanggilku Ibu lagi!"Hazel tumbuh besar dengan pengawasan Liana. Dalam hati, Liana sudah memperlakukan Hazel sebagai cucunya sendiri.Tidak disangka, dia sekarang malah menjadi menantu perempuannya.Liana tidak bisa mengatakan apa yang dia rasakan di dalam hatinya. Namun, dia bukan orang yang tutup mata terhadap alasan. Selain itu, masalah ini juga bukan kesalahan Hazel sejak awal.Jadi, dia bisa memahami dan menerima situasi ini dengan cepat.Sergio menegakkan tulang punggungnya dan berjanji dengan wajah serius, "Bu, aku akan memperlakukan Hazel dengan baik."Hazel adalah istri yang sudah dia akui s
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya