Wajah Krisna berkedut, tetapi dia hanya diam.Suasana hatinya saat ini benar-benar sangat buruk.Ini juga pertama kalinya dia menyadari secara mendalam apa artinya menjatuhkan batu ke kaki sendiri.Demi kerja keras Kirana? Itu hanyalah alasan yang digunakan untuk menipu Hazel, seorang gadis kecil yang belum berpengalaman.Pada saat itu, dia mendapatkan saham perusahaan dengan cara ini.Sangat disayangkan dia terlalu terbawa suasana hingga lupa kalau Sergio juga telah berkecimpung di dunia bisnis selama bertahun-tahun dan bisa melihat pikirannya secara sekilas.Melihatnya terdiam, Sergio tersenyum sinis, "Tuan Krisna, kalau nggak ikhlas sebaiknya jangan mudah berjanji. Aku jadi menganggapnya serius, 'kan!"Krisna tercekat hingga tidak bisa berkata-kata, wajahnya pun langsung memerah.Hazel menghampirinya dan mencibir, "Kamu nggak pantas menyebutkan ibuku! Kalau ibuku masih di sini, mana mungkin kamu akan punya kesempatan mengurus perusahaan? Aku sarankan, kalau nggak punya kemampuan, le
Kedatangan Krisna menjadi alarm bagi Hazel.Pengambilan warisan miliknya di tangan Krisna harus dipercepat. Jika tidak, semuanya akan terlambat kalau sampai JY Group dihancurkan oleh Krisna."Butuh bantuanku nggak?"Hazel menggeleng, lalu menjawab, "Aku masih bisa menyelesaikan masalah ini sendiri."Melihat ekspresi penyesalan di wajah Sergio, entah kenapa Hazel menjadi bahagia. Dia memegang wajah Sergio, lalu mencium dan menghiburnya, "Kalau ada hal yang nggak bisa aku selesaikan, aku pasti akan minta bantuan kepadamu."Dia sebenarnya tidak ingin terlalu bergantung pada Sergio, ingin menangani sendiri segala sesuatu tentang ibunya.Hati Sergio meleleh ketika melihat binar di mata Hazel yang jernih. Mana mungkin dia memedulikan hal lain. Seketika, dia mengangguk dan menyetujuinya tanpa berpikir.Setelah mengambil keputusan, keesokan harinya Hazel berniat menemui pengacara yang bertanggung jawab menangani surat wasiat ibunya, Dendra Handika.Terakhir kali Hazel bertemu dengan Dendra ada
Hazel hanya memakan sedikit sarapannya dan pergi dengan tergesa-gesa.Adam ingin membujuknya, tetapi sebelum dia mengatakan sesuatu, mobil yang ditumpangi Hazel sudah pergi.Hanya menyisakan asap mobil di sana.Melihat mobil perlahan menjauh, Adam menggelengkan kepalanya tanpa daya.Anak muda zaman sekarang memang tidak pandai menjaga kesehatan. Bahkan sarapan saja dilakukan dengan asal dan terburu-buru.Menghitung mundur beberapa dekade, makanan bukanlah sesuatu yang mudah untuk disiapkan.Hazel yang sedang melihat-lihat informasi di dalam mobil merasa hidungnya gatal, lalu dia bersin.Dia menggosok ujung hidungnya dan meminta sopir untuk menaikkan suhu di dalam mobil.Sopir yang mendengar kata-kata itu dan segera mengikuti instruksinya.Mobil melaju ke kawasan apartemen biasa. Hazel langsung menuju lantai enam, sesuai alamat yang diberikan Dendra.Orang yang membukakan pintu adalah seorang wanita berperawakan gemuk dengan wajah yang terlihat baik hati.Melihat Hazel, wanita itu terte
Hazel menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku khawatir ayah dan ibu tiriku mengincar uang ini. Aku ingin mendapatkannya secepat mungkin agar menghindari masalah yang nggak perlu."Hazel langsung bergidik saat memikirkan saat di mana Dania mencarikan sembarang pria untuk menikahi Hazel demi bisa mendapatkan warisan ini.Dendra juga mendengar berita tentang Keluarga Vandana. Hal itu pun membuatnya marah. "Mereka benar-benar nggak manusiawi! Mereka bisa hidup seperti sekarang juga karena Nona Kirana. Bukan hanya memperlakukanmu dengan buruk, mereka juga ingin memanipulasimu."Hazel mengatur dokumen di depannya, lalu berkata sambil tersenyum pada Dendra, "Om Dendra, semuanya sudah berakhir. Aku nggak akan membiarkan siapa pun memanipulasiku lagi."Setelah memilah-milah informasi dan dokumen, Hazel tiba-tiba teringat sesuatu, lalu bertanya, "Om Dendra, aku ingat warisan ibuku berisi lima belas persen saham JY Group. Kenapa hal ini nggak ada di dalam dokumen?"Dendra pun tercengang dan ber
Dendra merenung sejenak dan berkata dengan nada serius, "Kecuali kita bisa menemukan cukup bukti untuk membuktikan kalau kamu ditipu oleh Krisna dan tanda tangan itu dilakukan bukan karena keinginan pribadi, mungkin akan sulit mendapatkan saham itu kembali."Hazel pun memahami kalau Krisna adalah orang yang sangat berhati-hati dan pasti tidak akan meninggalkan petunjuk apa pun dengan mudah.Mungkin tidak mudah untuk menemukan bukti yang dibutuhkan.Melihat Hazel raut muram Hazel, Dendra pun turut merasa sedih.Kirana memperlakukan dia dan istrinya dengan baik. Tanpa Kirana, kehidupan mereka tidak akan seperti sekarang ini. Jadi, Dendra pun tidak tega saat melihat Hazel diperlakukan seperti ini.Jadi, dia mengatakan, "Aku akan tanyakan sama pengacara yang lain, siapa tahu masih ada ruang untuk membalikkan keadaan."Hazel tersentuh dengan sikap Dendra. Dia pun berterima kasih dengan tulus.Setelah meninggalkan apartemen Dendra, Hazel langsung meminta sopir menuju Keluarga Vandana.Sopir
"Kamu sendiri yang sudah menandatangani dokumen ini. Aku ini ayahmu, apanya yang aneh dari memberikan saham ini kepadaku?"Hazel mencibir, "Kenapa aku nggak ingat pernah tanda tangan dokumen ini? Saat kamu memintaku tanda tangan saat itu, kamu bilang aku belum dewasa dan perusahaan harus ada yang urus. Jadi, kamu memegang saham ini atas namaku untuk sementara!"Krisna terus bersikeras, "Waktu itu kamu pasti sedang mabuk, jadi kamu salah sangka. Dokumen yang aku kasih saat itu hanya dokumen pengalihan saham!"Hazel tertawa marah saat melihat raut menjengkelkan Krisna. "Saat itu aku dirawat di rumah sakit dan nggak minum alkohol atau apa pun itu. Aku bahkan belum berusia delapan belas tahun!"Krisna mengalihkan pandangannya, tidak berani menatap mata Hazel.Mata itu terlalu jernih, kebencian di dalamnya makin mengejutkannya.Krisna menjawab samar, "Kenapa memangnya kalau aku sengaja memintamu tanda tangan? JY didirikan sama aku dan ibumu, kenapa memangnya kalau kamu memberikan saham itu
Sebelum hari ini, Krisna tidak pernah menganggap serius Hazel.Dalam hatinya, Darra yang akan bertingkah manja dalam pelukannya, berbicara manis dan selalu peduli dan memikirkannya adalah putrinya.Namun, ada terlalu banyak bayangan Kirana dalam diri Hazel.Dia mirip sekali dengan Kirana, terutama alisnya, yang seperti diukir dari cetakan yang sama.Setiap kali melihat Hazel, Krisna akan teringat bakat Kirana dalam bisnis dan penampilannya yang kuat dan acuh.Ini adalah semacam rasa rendah diri dan ketakutan yang datang dari lubuk jiwa.Jadi, karena itulah Krisna tidak menyukai Hazel.Namun, Krisna melupakan fakta bahwa segala sesuatunya akan berbalik melawan satu sama lain. Hazel sudah tertekan terlalu lama dan jejak kasih sayang terakhir Krisna di dalam hati Hazel sudah terkikis habis oleh tangan Krisna sendiri. Karena itulah situasi berkembang sampai tahap ini.Krisna menggertakkan gigi dan melembutkan nada suaranya, "Hazel, ibumu sudah tenang di surga. Dia pasti juga nggak mau hubu
Namun, sikap Sergio selama ini sepertinya terlalu lunak, membuat sikap Krisna makin keterlaluan dan bahkan tidak sadar tentang statusnya.Krisna enggan, tetapi tetap harus mengalah saat mendengar ancaman Sergio.Dia hanya bisa menahan diri dan berkata, "Hazel, apa yang ayah katakan tadi terlalu kasar, maafkan ayah!"Hazel berjalan mendekat dan memandang Krisna dengan sikap merendahkan. "Apa maksud ucapanmu barusan? Keberadaanku merupakan penghinaan bagimu?"Mata Krisna berkedip beberapa kali dan dia menutup mulutnya rapat-rapat, tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.Kali ini, suara Dania yang penuh kebencian dan kegembiraan pun terdengar, "Kamu mau tahu? Tentu saja karena ibumu yang seorang pelacur dan sudah ditiduri oleh banyak orang ....""Diam!"Krisna naik pitam dan memotong perkataan Dania dengan teriakan marahnya.Melihat mata merah Krisna, Dania kaget dan segera menutup mulutnya.Hati Hazel tercekat, lalu mengedipkan mata kepada sopir di belakang, "Perkataanmu jelek sekali,
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya