Hazel mengatupkan bibirnya, lalu menjawab sambil tersenyum, "Mana mungkin aku nggak peduli?"Erlina merasa lega. Dia memang sudah menduganya, bagaimana mungkin seorang wanita tidak peduli suaminya menyukai wanita lain?Namun detik berikutnya, dia mendengar Hazel melanjutkan, "Tapi itu semua masa lalu, selama yang disukainya sekarang adalah aku, itu sudah cukup. Terima kasih karena Nona Erlina begitu peduli pada hubunganku dengan suamiku. Tapi, setelah ini kamu nggak perlu repot-repot melakukannya."Setelah selesai berbicara, Hazel langsung menutup telepon tanpa memberi kesempatan pada Erlina untuk berbicara.Mendengarkan bunyi panggilan berakhir, Erlina langsung tertegun, sorot matanya dipenuhi rasa tidak percaya.Dia membuang ponselnya ke samping dengan kesal. Amarahnya hampir tidak bisa dia kendalikan.Selama bertahun-tahun, dia tidak pernah kalah dari siapa pun. Dia tidak menyangka Hazel ternyata tidak mudah untuk dihadapi.Dia harus memikirkan cara agar Hazel mundur secepat mungkin
Kata-kata Sergio tiba-tiba terngiang di telinga Hazel, membuatnya ketakutan.Rasa asam yang telah dia tekan kembali melonjak. Kini, gejolaknya jauh lebih mendesak dibandingkan sebelumnya.Hazel merasa dia hampir kehabisan napas.Dia menelan ludah dengan gugup, lalu menjawab gagap sambil masih terus membelakangi Sergio, "Om, maaf, aku ... mungkin belum siap."Pernikahan mereka hanyalah sebuah kerja sama.Sergio lah yang terlalu baik, memberikan kelembutan dan keutamaan yang belum pernah Hazel alami sebelumnya. Jadi, Hazel tersentuh oleh sikap Sergio.Namun, perasaan ini mungkin seharusnya tidak ada.Jika Sergio tahu kalau Hazel memiliki ketertarikan yang tidak seharusnya ada, apa yang akan Sergio pikirkan tentangnya?Hazel tidak berani memikirkannya lagi. Dia memejamkan mata kuat-kuat dan menekan kepahitan di hatinya.Selagi perasaan ini masih belum berkembang cukup lama, lebih baik hentikan fantasi yang tidak realistis ini.Hubungan ini tidak akan berhasil karena Sergio sudah memiliki
Dugaan Hazel benar. Detik berikutnya, suara Krisna perlahan terdengar di balik telepon, "Hazel, apa kamu benar-benar sudah menikah dengan Tuan Sergio?""Benar atau nggak, apa ada bedanya untukmu?"Krisna tercekat oleh pertanyaan Hazel, tidak tahu harus menjawab apa.Setelah lama terdiam, dia akhirnya menemukan kembali suaranya dan berkata sambil tersenyum, "Tentu saja ada bedanya. Kamu ini putriku, kenapa nggak membicarakan masalah pernikahanmu denganku?"Hazel mencibir, "Kalaupun aku membicarakannya denganmu, apa kamu punya hak untuk membuat keputusan akhir?"Krisna kembali tersedak oleh pertanyaan Hazel hingga wajahnya terasa panas.Dia benar-benar tidak bisa membuat keputusan akhir.Sergio menjadi keberadaan mutlak di Kota Palapa. Siapa yang berani memprovokasi dia?Wanita mana yang dia inginkan, bukankah dia hanya perlu menyebutkannya saja?Namun, Krisna tidak ingin kehilangan harga dirinya di depan Hazel. Jadi, dia menjawab datar, "Hazel, kenapa kamu bicara begitu sama ayahmu send
Krisna merasa sangat malu hingga ingin menggali lubang dan mengubur dirinya sendiri.Dia tidak pernah menyangka kalau ada saat di mana dia akan dimarahi seperti ini oleh Sergio.Namun, dia tidak bisa menemukan alasan untuk membantah, jadi dia hanya bisa berkata dengan marah, "Tuan Sergio, ini urusan Keluarga Vandana. Kamu nggak boleh ikut campur!"Lekukan dingin di sudut bibir Sergio makin dalam, sorot matanya pun makin dingin."Hazel itu istriku, masalahnya juga jadi masalahku. Atau menurutmu aku nggak layak kadi menantu Keluarga Vandana?"Tiba-tiba jantung Krisna berdebar kencang dan dia langsung menyangkal, "Nggak, aku nggak bermaksud seperti itu, Tuan Sergio. Aku akui sikapku terhadap Hazel barusan sedikit keterlaluan. Aku akui kalau aku salah."Saat ini, dia tengah meminta bantuan Sergio, jadi harus menundukkan kepalanya.Meski dalam hati, dia tidak merasa kalau dia sudah berbuat salah.Hazel adalah putrinya, wajar saja jika seorang ayah mendidik putrinya.Menurutnya, alasan Hazel
"Sepertinya kondisimu kurang baik. Apa karena kamu kurang istirahat tadi malam?"Meski terlihat dingin, nada bicara Sergio penuh perhatian.Hazel tenggelam dalam rasa bersalah dan keningnya berkerut.Dia mengerutkan bibirnya. Rasa bersalah memenuhi hatinya, membuatnya tertekan hingga tidak bisa bernapas dengan baik."Om, aku minta maaf."Sergio duduk di sebelahnya, tetapi tidak sedekat sebelumnya, sedikit menjauh.Dia terdiam lama sebelum bertanya padanya, "Hazel, kamu takut padaku?"Hazel langsung menyangkal, "Nggak, kok!"Sergio memperlakukannya dengan sangat baik, mana mungkin Hazel takut kepadanya."Terus kenapa kamu menghindariku? Kamu menghindariku sejak tadi malam. Katakan, apa yang sebenarnya terjadi? Bagian mana yang masih harus aku perbaiki?"Hazel menelan ludah dengan gugup, mengerucutkan bibir dan tidak berkata apa-apa.Dia tidak takut kepada Sergio, dia juga tidak menghindari Sergio.Hanya saja, dia khawatir ....Khawatir melakukan kesalahan yang sama seperti ibunya.Krisn
Setelah meninggalkan Grand Permata, Sergio langsung masuk ke dalam mobil.Ervan duduk di kursi pengemudi dan merasakan tekanan udara rendah datang dari kursi belakang, membuatnya bergidik.Dia mencoba menahan diri, tetapi akhirnya memutuskan untuk bertanya, "Tuan, apa kita akan kembali ke perusahaan?"Sergio perlahan membuka matanya dan menatapnya dengan tatapan tajam.Punggung Ervan langsung menegang, tidak berani bernapas keras-keras.Untungnya, Sergio segera membuang muka dan berkata kepadanya, "Pergi ke Locusa Bar.""Baik, Tuan."Meski agak terkejut, Ervan tetap mengikuti instruksi Sergio dan menyalakan mobil menuju Locusa Bar.Sergio menatap pemandangan di luar jendela mobil, lalu mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Rafael dan Vexal."Ketemu di Locusa Bar 20 menit lagi."Sekitar 20 menit kemudian, Ervan memarkir mobilnya di tempat parkir bawah tanah Locusa Bar.Sergio turun dari mobil, langsung keluar dari lift di tempat parkir menuju lantai paling atas dan masuk k
Ini juga tujuan Sergio mencari Rafael dan Vexal.Di antara mereka bertiga, Rafael lah yang paling paham soal wanita.Sedangkan Vexal, dia hanya pelengkap saja. Di usianya, dia bahkan belum pernah menjalin hubungan, jadi dia pasti tidak bisa membantu apa pun.Sergio berpikir sejenak dan memberi tahu keduanya tentang hubungannya dengan Hazel dalam dua hari terakhir.Dia menyalakan sebatang rokok dan mengisapnya dalam-dalam. Kabut yang dihembuskannya menyebar di udara, mengaburkan wajahnya yang dingin dan tajam.Rafael merenung sejenak lalu berkata dengan nada dilebih-lebihkan, "Sergio, kamu payah sekali. Sudah menikah lama, kenapa baru ciuman sekali?"Sergio, "..."Apakah ini intinya?Setelah menerima tatapan maut dari Sergio, Rafael segera mengalah, "Ya, ya, aku salah. Tolong jelaskan lebih lanjut. Apa sikap Hazel tiba-tiba jadi aneh? Apa nggak ada tanda-tandanya sebelumnya?"Sergio berpikir keras, lalu menggelengkan kepalanya, "Nggak."Jelas-jelas mereka sempat makan malam bersama kema
Jam sepuluh malam Sergio masih belum kembali.Setelah mandi, Hazel berbaring di ranjang dan tidak bisa tidur.Dia bangun dengan kesal, lalu menelepon Sergio.Ini adalah panggilan ke sepuluh yang dia lakukan kepada Sergio. Namun, Sergio tidak menjawab panggilannya sekali pun.Mendengar nada sibuk di ujung telepon, pikiran Hazel langsung bergerak liar.Jangan bilang Sergio marah karena apa yang terjadi siang tadi!Hazel juga tidak sengaja ....Saat itu perasaannya sedang kalut, tidak tahu harus bersikap seperti apa untuk menghadapi Sergio.Jadi saat Sergio mendekat, dia menghindar tanpa sadar.Sebenarnya Hazel sangat menyesal saat melihat sorot mata Sergio yang penuh keterkejutan siang tadi.Terlepas dari apakah Sergio memiliki wanita lain di hatinya, setidaknya saat ini Hazel adalah istri sahnya.Dia harus bertanya dengan jelas. Jika Sergio benar-benar memiliki wanita lain di hatinya, setidaknya Sergio harus menjelaskannya padanya.Jika tidak ada ....Apa yang harus dilakukan jika Sergi
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya