“Apa maksudmu?” tegur Rave yang tidak suka mendengar ucapan Levana barusan.“Aku ingin kita bercerai, Rave. Semuanya sudah berakhir sekarang dan setelah ini, pastikan untuk tidak menemuiku lagi,” ucap Levana dengan tegas dan berusaha menggerakkan kursi rodanya sendiri.“Angkat tanganmu,” perintah Rave yang hendak dibalas oleh Levana, tetapi suaminya itu langsung mendorong kursi roda mereka.Para keluarga dan kerabat yang datang ke pemakaman Orion ternyata tengah menunggu Levana dan Rave. Tatapan iba dari mereka semua tidak dipedulikan Levana sampai dirinya mendengar Rave bersuara.“Terima kasih untuk semuanya yang menyempatkan hadir dan mendoakan putra kami. Maaf tidak bisa membersamai hingga akhir,” ujar Rave yang kini memberi hormat kepada semuanya.Kursi roda Levana pun kembali di dorong ke arah Audi putih yang sangat Levana kenal. Dengan cekatan, Rave pun langsung menggendong Levana masuk ke dalam mobil, duduk tepat di samping pengemudi.“Ke mana kau akan membawaku?” tanya Levana
Saat Levana bangun dari tidurnya, ia berusaha seorang diri untuk membersihkan dirinya. Tubuhnya masih cukup lemah dan bekas jahitan di perutnya masih terasa sakit. Jika dirinya tidak berusaha untuk bangkit, sampai kapan ia harus merepotkan banyak orang untuk membantunya.Terdengar suara Rave sedang berbicara dengan seseorang ketika dirinya hendak turun. Ia cukup penasaran dengan siapa Rave mengobrol sepagi ini dan dari suaranya terdengar begitu serius.“Dad, sungguh aku tidak ingin membahasnya sekarang. Levana belum pulih seutuhnya dan jujur saja aku masih ragu untuk mengungkap semuanya,” ujar Rave yang membuat langkah Levana terhenti.“Mengungkap semuanya? Apa yang sebenarnya dia bicarakan dengan Tuan Maverick,” gumam Levana bingung ketika mendapati Rave tengah melakukan panggilan video di dapur.“Levana wajib tahu yang sebenarnya, Rave. Kau tidak bisa terus-terusan membela Lilian dan mengorbankan ibumu sendiri!” tegur sang ayah mertua yang terlihat begitu marah dalam panggilan video
“Jangan mencariku,” pesan Levana pada kedua orang tuanya saat Damian pulang setelah mengantarkannya.“Ke mana kau akan pergi, Levana?” tanya sang ibu sembari menggenggam erat tangan Levana.Kepala Levana menggeleng pelan. Dirinya sendiri belum menentukan ke mana dia ingin bersembunyi sementara waktu ini. Yang pasti, ia ingin pergi dan menghilang untuk sementara waktu.“Bagaimana jika tinggal di rumah lama kita untuk sementara waktu?” usul sang ayah yang menawarkan pada Levana.“Jangan!” Kepala sang ibu menggeleng dengan cepat. “Kau lupa jika kita dahulu tinggal di lingkungan yang sama dengan keluarga Maverick? Para pekerja di sana pasti mengenali Levana dan kemungkinan besar mereka akan menghubungi Rave.”Ucapan sang ibu membuat Levana dan ayahnya tersadar dan memilih diam. Pikiran Levana kini terbang begitu jauh saat dirinya mengingat jika hubungan keduanya mungkin saja terikat takdir. Baik saat di Wiltshire hingga ke London, hidup mereka tak jauh dari keluarga Maverick.“Aku tahu te
“Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya?” tanya seorang pelayan di kediaman Ethan Xander yang berada di Yorkshire.Senyum hangat Levana terlihat dan kepalanya menggeleng pelan. “Aku akan mencarimu ketika aku membutuhkan sesuatu nantinya.”“Baik, Nyonya. Aku selalu ada di lantai bawah, jika Anda merasa kesulitan untuk berjalan, bisa lakukan panggilan telepon saja, aku yang akan datang menghampiri,” jelas pelayan tersebut dengan senyum hangatnya.“Terima kasih,” balas Levana pelan, tetapi sang pelayan tersebut tidak juga pergi dari hadapan Levana. “Apa kau membutuhkan sesuatu?”Sang pelayan yang terlihat sepuluh tahun lebih tua darinya itu memandangnya dengan pandangan khawatir. “Maaf jika aku lancang, Nyonya, tetapi Tuan Ethan memberitahuku jika Anda baru saja melakukan operasi caesar. Boleh aku melihatnya? Saat ini aku memang bukan seorang perawat, tetapi dulu aku pernah menjadi perawat cukup lama. Aku ingin memastikan luka Anda baik-baik saja.”“Oh, ya ampun. Tentu saja boleh!” sahut Levan
“Levana, kau tak perlu khawatir karena tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaanmu saat ini,” ucap Ethan saat sahabatnya itu menghubungi Levana untuk menanyakan kabarnya.“Aku tahu, tetapi Ethan, aku takut bagaimana jika Rave tiba-tiba datang menemuiku?”Rasa khawatir Levana benar-benar membuat dirinya ketakutan sendiri. Ia tidak tahu apa yang membuatnya begitu ketakutan bertemu dengan Rave saat ini.“Levana, dengarkan aku. Kau aman di sana karena tidak ada satu orang pun yang melihatmu pergi atau melihat kedatanganmu, dan sejak kau tiba kau bahkan tidak pernah ke mana-mana, bukan? Jadi kau tidak perlu khawatir berlebihan. Kau baik-baik saja, aku sendiri yang akan memastikan Rave tidak datang ke sana,” ujar Ethan yang berusaha menenangkan diri Levana.“Ethan.. terima kasih dan maaf karena aku sudah merepotkanmu,” tutur Levana dengan suara yang bersungguh-sungguh.“Oh, Levana, aku adalah sahabat terbaikmu dan kau tidak pernah merepotkanku sekalipun. Sungguh.” Ada jeda cukup lama
Tubuh Levana bergetar hebat ketika dirinya mendapati Rave berdiri tepat di depan pintu kamarnya. Rasa takut yang begitu besar karena kedatangan sang suami membuat Levana tanpa sadar berteriak histeris hingga berjalan mundur.“Levana!” tegur Rave yang semakin membuat Levana histeris dan berjongkok menyembunyikan wajahnya sendiri. “Ada apa denganmu?”“Pergi!” teriak Levana dengan suaranya yang bergetar.“Tuan, sebaiknya Anda pergi dari sini,” usir Diana yang kini melangkah mendekat ke arah Levana.“Aku datang ke sini untuk menjemput istriku. Bisa-bisanya kau menyuruhku pergi!” keluh Rave yang hendak melangkah mendekat ke arah Levana, tetapi teriakan Levana kembali terdengar.“Pergi! Aku mohon pergi dan tinggalkan aku sendiri!”“Aku tak akan pergi, Levana. Aku datang untuk menjemputmu pulang!” Emosi Rave mulai terdengar ketika dirinya berusaha membujuk Levana.“Tuan, ada baiknya kau biarkan Nyonya Levana tenang dahulu. Kau tidak paham apa yang menimpa dirinya,” ujar Diana yang berusaha m
Saat mendengar penjelasan dari pelayan yang bekerja di kediaman Ethan Xander, Rave mulai merasakan amarah serta emosi yang sangat besar pada dirinya sendiri. Ia tidak tahu jika Levana merasa sangat ketakutan akan kedatangannya.Ia juga menyaksikan sendiri betapa histerisnya Levana saat dirinya tiba sebelumnya. Dirinya tidak pernah menduga jika Levana bahkan berani melukai dirinya sendiri.“Tuan,” panggil Max yang tiba-tiba menghampiri Rave tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. “Tuan Xander ada di depan.”Rave yang begitu terkejut pun langsung melangkah hendak keluar kamar rawat inap Levana. Namun, belum sempat dirinya keluar, tubuhnya tiba-tiba terlempar begitu saja karena tendangan seseorang.“Ethan!” teriak seorang wanita yang datang bersama Ethan kini menahan tubuh pria itu.Rave yang begitu terkejut pun perlahan bangkit dibantu oleh Max. Dirinya hendak melawan Ethan Xander yang penuh amarah saat ini, tetapi lagi-lagi, di saat dirinya belum siap membalas, Ethan sudah lebih dulu mel
Kabar tentang Levana yang mengalami gangguan stress pasca-trauma pun sampai ke telinga kedua orang tuanya. Mereka langsung datang ke Yorkshire dan memilih untuk menemani Levana selama proses penyembuhan.“Francis meminta untuk memindahkanmu ke rumah sakit di London,” ujar sang ibu yang kini tengah mengupaskan apel untuknya.Kepala Levana menggeleng cepat. “Aku tidak mau kembali ke London.”Sang ibu pun hanya membalas dengan anggukan pelan. “Mom memutuskan untuk berhenti bekerja,” ucap sang ibu yang berhasil membuat Levana mengurungkan memakan potongan apel.“Kenapa? Bukankah pekerjaan Mom baik-baik saja? Apa ada masalah selama aku dirawat di rumah sakit?” tanya Levana yang tidak mengetahui apa pun tentang kondisi sang ibu.Gelengan kepala dari ibunya membuat Levana semakin bingung. “Tidak ada masalah apa pun, Levana. Mom memutuskan untuk menemanimu karena selama ini Mom merasa tidak pernah ada untukmu.”“Oh, Mom, tak perlu mengorbankan pekerjaanmu untukku,” sahut Levana yang merasa ti