“Itu sebabnya aku tidak mau menceritakan semuanya padamu karena aku sadar dengan statusku sendiri,” ujar Levana tiba-tiba yang berhasil menghentikan langkah kaki Rave.Sang suami pun langsung membalikkan badannya dan menatap lekat ke arah Levana, menandakan jika suaminya itu menginginkan penjelasan dari Levana. Namun, Levana sendiri hanya memilih diam hingga Rave yang kini memilih bersuara.“Jujur saja aku tidak peduli padamu, Levana, tapi aku benci fakta jika aku tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padamu, hingga membuat ayahku yang harus turun tangan mengurusnya.” Rave pada akhirnya bersuara.Baru saja Levana hendak menjawab ucapan sang suami, Rave kembali melanjutkan ucapannya. “Terlebih saat kau lebih memilih menuruti apa yang dikatakan oleh ayahku dibanding apa yang aku tawarkan padamu.”Levana langsung bereaksi dengan cepat. “Bukankah sudah kukatakan sebelumnya karena Tuan Maverick, maka perjodohan itu terjadi. Dari awal semuanya atas kehendak ayahmu, itu sebabnya aku m
Embusan napas berat Levana kini terdengar, membuatnya berulang kali menarik dan mengeluarkan napas panjang. Bicara berdua dengan Rave dari hati ke hati cukup sulit dan butuh banyak bersabar.“Sebelumnya kau sendiri yang bilang tidak peduli padaku, lalu kenapa kau kini menanyakan tentang alasan aku pindah?” ujar Levana berusaha mengontrol emosinya.“Tidak ada hubungannya aku peduli padamu atau tidak. Yang aku tanyakan alasan kau mendadak pindah, Levana.” Rave masih teguh pada pertanyaannya.Tangan Levana pun perlahan melepaskan pegangan tangan Rave di lengannya. “Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, kau harus menjawab pertanyaanku dahulu. Apa kau peduli padaku?” tegas Levana yang justru membuat Rave mengembuskan napas beratnya.“Apa susahnya hanya memberitahuku tentang alasanmu pindah!” keluh Rave.Levana yang mendengar keluhan Rave pun tertawa. “Tentu sulit bagiku untuk menjelaskannya padamu karena itu tidak ada gunanya. Kau saja tidak peduli padaku, untuk apa aku menceritakannya padamu
“Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika tidak bertemu denganmu, Levana,” seru Freya yang terlihat lega.Baik Levana maupun Freya kini tengah berada di klinik hewan milik Levana. Anjing milik Freya harus dirawat selama beberapa hari dan wanita itu tidak cukup percaya ada yang merawat anjing miliknya. Itu sebabnya Freya memilih anjingnya dirawat di klinik milik Levana.“Kau yakin Winki tidak dirawat di klinik sekitaran Belgrave saja, Freya? Mengingat jarak dari rumahmu lumayan jika Winki dirawat di sini,” ujar Levana yang kembali memastikan.“Tidak, Levana. Aku justru jauh lebih tenang jika kau dan karyawanmu yang merawat Winki,” sahut Freya yang kini dibalas anggukan kepala oleh Levana. “Kau sibuk, Levana? Bagaimana jika kita mengobrol di café?”Tawaran Freya langsung disetujui oleh Levana. Lagi pula dirinya tidak tahu apa yang hendak dilakukan di rumah, walau kedua orang tuanya sedang berada di rumah. Dirinya sedang butuh udara segar sekarang.“Um.. Freya, apa kau tahu café yang cukup
Berulang kali Levana menenangkan dirinya berada di ruang kerja milik Francis Maverick saat ayah mertuanya itu belum juga datang. Dirinya benar-benar gugup untuk menghadiri rapat bersama untuk pertama kalinya.“Ah kau sudah datang rupanya,” ujar Francis yang baru saja datang ke kantor.Segera Levana bangkit berdiri dan basa-basi menyapa sang ayah mertua. “Selamat pagi, Tuan. Bagaimana hari Anda?”“Bersemangat tentunya,” sahut Francis sembari melirik ke arah Levana. “Aku menantikan kerja sama denganmu, Levana. Kau sudah mempelajari apa yang aku kirimkan tadi malam?”Kepala Levana mengangguk cepat merespon ucapan sang mertua. “Ya, Tuan, aku sudah mempelajarinya. Sepertinya aku belum terlalu dibutuhkan saat rapat nanti.”“Keberadaanmu di ruang rapat nanti sudah sangat dibutuhkan, Levana, tapi setidaknya aku lega kau sudah mempelajari proposalnya.” Francis pun bangkit berdiri setelah selesai menandatangani beberapa laporan yang ada di mejanya.“Oh ya, Levana. Kau tidak perlu sungkan jika a
Tangan Levana mengepal kuat saat mendengar Francis Maverick yang membahas kehamilannya di hadapan Kieran dan Peter Newall. Entah kenapa dirinya merasa tidak suka ketika keluarga Newall tahu tentang kehamilannya.Kenapa aku seolah ingin menyembunyikan kehamilanku dari mereka? Bukankah hubunganku dengan keluarga Newall terutama dengan Kieran sudah berakhir, lantas kenapa aku takut jika mereka tahu masalah ini, batin Levana.“Oh selamat, Levana. Maafkan karena aku tidak tahu kau tengah mengandung sekarang.” Terdengar suara Peter Newall yang mana membuat Levana melihat ke arah kakek tua yang berhadapan dengannya. Levana sendiri bisa melihat wajah Peter terlihat terkejut sekaligus tidak nyaman.“Tapi jika Levana hanya memantau nantinya aku tidak akan keberatan. Aku hanya tidak ingin dia terlibat dengan pekerjaan yang berat,” sahut Francis seolah memberi izin kepada Levana.“Aku dan Kieran pastinya akan sangat senang jika Levana bergabung dan turun langsung saat pameran nantinya. Dedikasi L
“Oh Levana, kau naik di mobil belakang bersama Kieran. Ada yang ingin aku bahas berdua saja dengan Peter,” ujar Francis tiba-tiba yang mana kini fokusnya beralih pada Kieran. “Tak masalah bukan jika kau berangkat bersama dengan Levana?”Pertanyaan Francis yang ditujukan pada Kieran barusan membuat pemuda itu mengangguk paham. “Tidak masalah, Tuan. Sampai bertemu di resto nanti,” respon Kieran yang kini berdiri memperhatikan Francis yang masuk ke dalam mobil yang tengah menunggunya.“Kita pergi sekarang?” tawar Levana saat mobil yang membawa Francis dan Peter pergi.Kieran terlihat menoleh ke arah di mana Rave dan Lilian berada. “Kau tidak ingin menyapa suamimu dulu?” tanya Kieran yang membuat Levana refleks melirik ke arah Rave dan Lilian.Bisa dilihat oleh Levana jika tatapan Rave begitu tajam saat melihat ke arahnya. Namun, Levana tidak peduli akan hal itu karena pada dasarnya Rave memang tidak ada urusan apa pun dengannya, terlebih ketika mengingat pembicaraan mereka tempo hari.“A
“Kita pulang ke rumah, Nyonya?” tanya Damian saat keduanya berada di dalam mobil.“Ya, langsung pulang saja, Damian,” sahut Levana yang mana didengarkan oleh Damian.Tubuh Levana rasanya remuk padahal dirinya hanya duduk dan berdiskusi membahas kegiatan amal. Dirinya sekarang merasa benar-benar kelelahan dan ingin segera beristirahat di rumah.Saat masuk ke dalam rumah Levana dikejutkan oleh sosok laki-laki yang sudah menunggu kedatangannya di ruang keluarga. Levana yang melihatnya hanya mengembuskan napasnya dan memilih pergi ke kamarnya sendiri.“Kau mengabaikanku?” tanyanya yang seolah tak percaya dan mengikutinya dari belakang.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Levana yang mana tidak memedulikan kehadiran pria itu.“Bagaimana kerja samanya?” Bukannya menjawab, pria itu justru mengajukan pertanyaan baru dan tangannya dengan cepat menahan pintu yang hendak ditutup.“Lepaskan jika kau tidak ingin tanganmu putus!” seru Levana yang hendak mendorong pintu agar tertutup, tetapi pintu
Embusan napas yang begitu berat terdengar keluar dari mulut Levana. Tatapannya saat ini juga menatap tajam ke arah sang suami yang mana duduk di ranjang yang sama tepat di hadapannya.“Ya, karena perasaan seseorang tidak bisa berubah secepat itu!” tegas Levana yang mana setelahnya dikejutkan dengan amukan dari sang suami.Kursi yang biasa digunakan oleh Levana saat dirinya tengah memakai riasan pun dibanting oleh Rave. Tak hanya itu, beragam alat make up, serta segala produk perawatan kulit milik Levana dihancurkan oleh sang suami.“Rave!” teriak Levana yang kini bangkit dan berdiri tak jauh dari sang suami.Tatapan tajam Rave terlihat jelas, begitu juga kulit wajahnya yang putih kini terlihat merah karena menahan amarah. Keduanya tidak ada yang berbicara dan hanya fokus menatap wajah masing-masing, hingga bunyi dering ponsel Levana terdengar.Dengan sigap Levana melangkah mendekat ke arah meja kerjanya untuk mengambil ponsel yang diletakkannya di sana. Wajahnya mendadak pucat saat me