Sudut pandang Valerie:Semuanya terjadi terlalu cepat. Aku hanya menutup mata sebentar setelah Marcel membuat pilihannya. Detik berikutnya dia sudah di lantai sambil menahan kursi Alisa dengan tubuhnya yang menggantung di udara. Aku tidak melihat apa yang membuat Liam terjatuh.Aku hanya tahu bahwa saat dia berbalik ke arah Marcel, dia tiba-tiba terhuyung ke samping dan hal berikutnya yang aku rasakan adalah tendangan keras di kursiku. Ini dia. Ketakutan mengerikan akan jatuh dari ketinggian menyerangku dan aku tidak bisa menahan teriakan untuk mengeluarkan rasa takut yang membara di dadaku. Dalam waktu yang singkat itu, aku bahkan tidak merasakan kebencian. Marcel mencintai Alisa, jadi dia memilihnya. Aku tidak bisa mengharapkan lebih dari itu. Saat ini, yang aku rasakan hanyalah kesedihan yang luar biasa, kesedihan karena mengetahui bahwa dia akan mengetahui tentang bayinya yang mati bersamaku ketika aku menghantam tanah. Apakah dia akan sedih atas bayi kecil yang tak berdos
Sudut pandang Valerie:Kehangatan yang menenangkan. Aku tidak pernah mengerti kenapa di film-film para korban selalu diberi selimut oranye, bahkan jika mereka tidak basah. Sekarang aku tahu. Di saat syok, selimut bisa bekerja seperti sihir yang menenangkan saraf yang menegang. Namun, setelah ketenangan, rasa malu datang. Aku memeluk diri sendiri, duduk di belakang ambulans, merasakan telingaku memanas.Apa yang baru saja aku lakukan?Aku menangis dan meringkuk di pelukan orang yang masih asing bagiku! Seseorang yang akan menjadi bosku dan akan kutemui setiap hari? Bolehkah aku mengundurkan diri sekarang ...? "Nih." Secangkir minuman hangat menyentuh pipiku dengan lembut. Aku mendongak terkejut, hanya untuk melihat Adrian tersenyum kecil. Di tangannya ada secangkir susu hangat. Bagaimana dia bisa mendapatkan susu di sini? Aku bergumam berterima kasih, mengambil cangkir itu dan menundukkan kepala, tidak berani menatapnya. Namun, aku tidak melewatkan sedikit pun getaran di t
Sudut pandang Valerie:Aku tidak bisa. Bahkan jika aku harus memberikan ambulans ini kepada Alisa, aku tidak akan pergi bersamanya. Aku tidak bisa membiarkan mereka tahu tentang bayiku, tidak setelah ini. Tidak setelah Marcel lebih memilih nyawa Alisa daripada nyawaku. Tidak ketika aku masih berada di bawah cengkeraman ayah angkatku. Mungkin hanya Tuhan yang tahu rencana mengerikan apa yang mungkin dia miliki untuk bayiku ... yang kemungkinan besar akan memiliki golongan darah langka sepertiku. Mereka tidak boleh tahu tentang keberadaan bayi ini. "Aku sudah memanggil ambulans, Ayah." Marcel beralih ke ayah angkatku. "Pendarahan Alisa sudah berhenti. Dia nggak dalam bahaya." "Lalu? Alisa terluka! Dia tetap harus ke rumah sakit!" gerutu ayah angkatku dengan frustrasi. "Apakah aku meminta terlalu banyak darinya, hanya untuk berbagi ambulans? Itu hal paling dasar yang bisa dilakukan oleh orang yang punya rasa kemanusiaan!" Entah bagaimana, aku selalu menjadi pihak yang jahat di m
Sudut pandang Valerie: Aku bahkan tidak akan tahu bahwa Marcel belum menandatangani surat-surat itu jika polisi tidak menemukan map tersebut di antara barang-barang milik Liam dan memeriksa isinya. Marcel mengangkat tangannya dan aku menyerahkannya, hanya untuk menyadari bahwa tangan kami berdua bergetar."Kamu baik-baik saja?" Marcel meraih lenganku alih-alih map itu, tangannya yang lain memegang bahuku. "Kamu kedinginan! Apa kamu sudah minum cokelat panas ...?"Matanya tertuju pada susu di sampingku. Aku hanya sempat meminumnya beberapa teguk. "Aku belum makan apa pun selama lebih dari sehari, apa yang kamu harapkan?" Aku mendorongnya menjauh sambil duduk di belakang ambulans, aku melihat bintik hitam di depan mataku saat aku mencoba menyesuaikan kepalaku yang pusing. Aku terlalu syok dengan pengalaman nyaris mati tadi. Tim medis menyarankan untuk beristirahat sebentar. Berbicara dengan Marcel bukanlah istirahat. Itu hanya menguras energiku yang tersisa. "Aku tahu kamu seda
Sudut pandang Valerie:Luar biasa. Sepertinya aku harus bertemu dengan semua orang yang kubenci sebelum akhirnya bisa mendapatkan ketenangan. Dengan napas terengah-engah dan keringat dingin, penglihatanku perlahan kembali. Namun, saat aku melihat Alisa yang bergelayut di lengan Marcel, rasanya aku lebih memilih untuk pingsan saja. "Apa yang kamu lakukan di sini? Kembalilah ke brankarmu." Marcel mengerutkan kening pada Alisa, kekhawatiran terpancar dari matanya. "Aku khawatir padamu ...." Alisa berkata dengan nada polos yang dibuat-buat, lalu bergumam, "Aku mendengar teriakan ... kamu baik-baik saja?" Setelah darahnya berhenti mengalir, ratu akting itu kembali. Aku belum pernah melihat Alisa kehilangan kendali di depan Marcel seperti saat pisau itu melukainya, tetapi yang paling mengesankan adalah betapa mudahnya dia bisa berpura-pura seolah-olah itu tidak pernah terjadi. Tidak ada yang lebih penting baginya selain hidupnya yang rapuh, namun Marcel tetap mempercayai kata-katan
Sudut pandang Valerie:Melihat "pasangan cinta yang malang" ini berusaha sekuat tenaga melindungi satu sama lain dariku, sang naga jahat, membuatku ingin mentertawakan diriku yang dulu karena begitu bodoh. Alisa mencuri identitasku untuk berteman dengan pahlawanku, menghabiskan seluruh hidupnya berpura-pura menjadi orang lain demi tetap berada di sisinya. Menggunakan Marcel untuk menyakitiku dengan segala cara, hingga titik di mana dia ingin aku mati dan Marcel membiarkannya. Kemudian aku yang menjadi penjahat dalam cerita ini? "Bagian mana tepatnya yang dia maksud sebagai niat baik?" Aku begitu marah hingga harus memaksa kata-kata keluar dari mulutku yang terkatup rapat. Aku menatap ular licik yang bersembunyi di balik pakaian domba, sulit bagiku untuk memahami bagaimana seseorang bisa dimanja hingga menjadi sejahat ini."Anggap saja aku membuat kesepakatan dengannya untuk membawanya ke dalam pernikahan kami, bukankah kamu juga mendapatkan keuntungan dari itu? Dia bisa melindung
Sudut pandang Valerie:Marcel berbalik menatapku. Tepat saat aku hendak mengajukan tawaran, dia berkata kepada Joshua, "Dia seharusnya nggak menggunakan kekerasan, untuk itu aku minta maaf atas nama istriku." Hah. Ini yang pertama kali. "Kamu nggak punya hak untuk meminta maaf atas namaku." Aku bersembunyi dengan baik di belakang Adrian, menantang ayah angkatku. "Putrimu pantas mendapatkan tamparan itu dan bahkan lebih karena telah memancingku hingga diculik. Kalian berdua harus meminta maaf padaku atau aku akan menuntutnya." "Kamu sudah lihat? Lihat siapa yang sedang kamu lindungi!" Ayah angkatku menunjukku dengan jari gemetar. Marcel menghela napas, matanya terpaku pada lengan Adrian yang kupeluk seolah itu bisa menghentikanku untuk terus bersandar padanya. Melihat Marcel membelaku melawan orang-orang yang memperlakukanku dengan buruk adalah sesuatu yang di luar impianku sebelumnya. Aku mencoba merasakan manisnya atau kesenangan yang seharusnya aku rasakan, tetapi aku gagal
Sudut pandang Valerie:Aku tidak tahu tentang itu. Dari semua orang, aku pikir Alisa adalah orang yang paling ingin aku tetap berada di sisinya. Dia takut mati dan aku adalah pelindungnya. Aku pikir dia menawarkan namaku kepada Liam sebagai pertukaran untuk menyelamatkan hidupnya sendiri. Aku tidak suka nada suram yang digunakan Liam. "Masukkan dia ke dalam mobil!" Seorang pria bertubuh besar dengan wajah bulat dalam seragam polisi mengerutkan kening pada petugas yang menahan Liam. Mereka sedang memindahkannya, tetapi Liam berjuang untuk tetap tinggal demi mengatakan apa yang harus dia katakan. "Jeremy, biarkan dia bicara." Adrian memanggil pria bertubuh besar itu, suaranya lebih dingin dari biasanya. "Kita mungkin bisa menggunakannya di pengadilan." "Ucapannya nggak dapat dijadikan bukti." Marcel menatap tajam ke arah Adrian, lalu menambahkan kepada Liam, "Apakah kamu punya bukti untuk mendukung klaimmu?" Liam mengabaikan mereka berdua. Yang mengejutkan kami semua, matan
"Nona Salim, senang bertemu denganmu." Okto membungkuk pada Val dengan sikap sopan, tetapi Val bersumpah dia melihat sekilas senyuman mengejek yang coba ditahannya saat dia menundukkan kepala.Apa-apaan ini? Okto adalah "pangeran misterius" yang akan diumumkan Keluarga Wibowo hari ini? Dia adalah putra dari Erawan Wibowo? Okto tahu kalau Val sedang menghindari ayahnya dan dia membantunya? Apakah Okto tahu tentang Nico? Apa arti semua ini?Begitu banyak kejutan meledak di kepala Val."Sudah lama nggak ketemu, Okto!" Alisa menyambutnya dengan senyum cerah, matanya berbinar penuh suka cita."Kami baru saja ketemu kemarin di gedung Tanzil." Okto membalas senyuman itu dengan antusiasme yang setara, kalau tidak lebih. "Mungkin kamu lupa karena waktu itu kamu cuma melirikku sekilas dan nggak berhenti buat ngobrol pas aku nyapa kamu. Nggak ngenalin aku, ya?"Alisa terkenal karena tidak pernah melempar senyum pada siapa pun, kecuali targetnya. Dia bersikap seperti malaikat di hadapan orang-oran
Val mulai serius mempertimbangkannya sekarang.Dia tidak bisa menuntut mereka kalau mereka cuma menyaksikan kecelakaan mobil, seburuk apa pun itu, menyaksikan seorang ibu mati saat mencoba menyelamatkan bayinya. Mereka bisa dan Val yakin mereka pasti akan, mengklaim bahwa Erin memohon agar mereka menyelamatkan bayinya.Faktanya, itulah versi pertama dari "kebenaran" yang diceritakan oleh Joshua ketika Val mencoba mencari keluarganya sendiri.Namun, kalau mereka terlibat langsung dalam kecelakaan itu? Mungkin Val bisa menuntut mereka! Dengan catatan kalau Val bisa membuktikannya, sebelum masa kedaluwarsa penuntutan berakhir.Berapa lama batas waktu untuk kasus tabrak lari? Val tidak yakin."Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi waktu itu," tuntut Val, tetapi dia tidak bergerak meski tatapan Nyonya Wibowo mulai curiga, matanya tajam menelisik bisik-bisik mereka."Jangan maksa!" Aveline memperingatkan.Nyonya Wibowo menatap Val dengan mata penuh kecurigaan, begitu juga dengan semua o
Nenek mengatakan itu?Aveline jelas tidak mengetahuinya, berbeda dengan Alisa. Namun, Alisa juga tidak menyangka Marcel akan menyebutkannya di sini. Val sebenarnya merasakan keterkejutan yang sama ....Apakah Marcel sadar bahwa dia sedang menginjak lapisan tipis dari kebohongan Alisa?Namun, tak ada yang lebih terkejut daripada Nyonya Wibowo ...."Tunggu, bukankah kamu sudah mendapatkan pernikahan yang dijanjikan itu lima tahun lalu? Aku datang ke pernikahanmu!"Lima tahun yang lalu, tepat setelah dokumen perceraian resminya dengan Val selesai, Marcel menikahi Alisa dengan perayaan yang megah. Seluruh kota merayakan hari bahagia mereka, melupakan mantan Nyonya Tanzil yang dibiarkan membusuk dalam penjara.Val mengatupkan bibirnya, berusaha keras menahan senyum.Jadi, bukan hanya Alisa yang mengaku sebagai wanita Marcel di depannya, tetapi juga di depan semua orang? Seorang ibu yang penuh kasih, membawa putri kesayangannya untuk mengunjungi orang berpengaruh yang ingin mereka dekati set
Nyonya Wibowo berbalik, mendorong lengan Aveline seperti seekor bulldog di atas ring. Diam-diam, Marcel melangkah maju dengan senyuman cerah, menghalangi Val darinya."Dia menolak datang hari ini hanya karena aku mengundangmu! Aku nggak menyangka dia benar-benar nggak datang, tapi ternyata benaran!" Nyonya Wibowo langsung melupakan Val. "Masalah sebesar apa yang membuatnya bahkan nggak mau bicara dengan cucunya sendiri yang begitu baik selama bertahun-tahun?"Marcel bahkan terhenti sejenak ....Bukankah Gloria melakukan hal yang sama kepada putrinya? Dia bahkan tidak datang ke pemakaman Erin. Sebenarnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang datang, atas perintahnya, tampaknya.Kata-kata itu juga menghentikan amarah Val sesaat ....Bertahun-tahun? Dia mengira Nenek mengusir Marcel hanya sebagai bentuk sikap, sebagian untuk memberinya kesempatan menantang dirinya sendiri tanpa nama Tanzil yang membuka jalannya. Namun, dia tidak menyangka Nenek benar-benar tidak berbicara dengannya se
Acara ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Aveline. Yah, kecuali fakta bahwa dia yang menyelenggarakannya sebagai cara untuk menjilat Nyonya Wibowo.Nyonya Wibowo ada di sini untuk mengumumkan kembalinya si bajingan, putra dari Erawan Wibowo yang hilang, ke publik. Acara ini bukan untuk Aveline dan sudah pasti bukan untuk Val. Aveline sudah bersusah payah menjaga Val tetap jauh dari Keluarga Wibowo dan dia tidak akan gagal sekarang.Satu-satunya celah, hal yang terus-menerus dipikirkannya sejak melihat Val adalah ....Bagaimana Val bisa mendapatkan undangan?Untuk mencegah mimpi buruk terbesarnya menjadi kenyataan, Aveline bahkan tidak mengundang Keluarga Demian. Putri mereka adalah salah satu sahabat Val. Ditambah lagi, ada Adrian, yang tiba-tiba saja membela Val tanpa alasan.Mereka telah membuat hidup Keluarga Salim sulit di dunia bisnis. Mereka akan berperan besar dalam kejatuhan Rumah Z, yang keuntungannya bisa lebih dari dua kali lipat bisnis Keluarga Salim dalam beberapa
Setiap Natal, Aveline akan membawa Alisa dalam kunjungan "keluarga", di mana Joshua tidak ikut serta. Alasannya selalu berkaitan dengan bagaimana keluarganya tidak menyetujui pernikahannya dengan Joshua, yang dianggap berada di bawah standar mereka. Sementara itu, Val akan ditinggalkan bersama Joshua, dengan alasan untuk menjaga keseimbangan antara orang tua dan anak-anak.Jika itu benar-benar alasan utamanya, maka Aveline seharusnya tidak membawa Gerry bersamanya juga.Val dulu berpikir bahwa itu karena Alisa tidak menyukainya. Namun, sekarang dia tahu alasan sebenarnya di balik semua itu ....Dari bagaimana Aveline dan Alisa berusaha menjilat Nyonya Wibowo, sudah jelas bahwa mereka tidak ingin Val memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang berkuasa seperti ini. Terlebih lagi, sebagai putri Aveline sendiri.Bagaimana jika Nyonya Wibowo mulai menyukai Val? Kemudian, akan ada seseorang di "keluarga" ini yang benar-benar memperlakukannya dengan baik. Itu adalah hal yang haru
Itulah frasa yang tidak pernah bisa dipahami Val, rasa ingin tahu yang kelam.Sambil melihat sekeliling, Val perlahan menggeleng, matanya dipenuhi rasa jijik saat melihat penghinaan di mata para penonton yang ingin tahu. Apa yang mereka tunggu? Agar dia menangis karena dipermalukan oleh seorang wanita tua yang bahkan tidak mengenalnya?Agar dia merasa malu karena seseorang yang menyebutnya "saudari" justru secara terbuka menunjukkan cara untuk mempermalukannya, sambil berpura-pura bersikap baik dengan akting canggungnya?Dia bukan orang yang seharusnya merasa malu di sini."Terima kasih atas undangannya, Nyonya Wibowo," Val menunduk ringan, nadanya tenang dan sopan.Nyonya Wibowo akhirnya menatap Val, seolah melihatnya untuk pertama kali. Dia mengamati Val selama beberapa detik yang terasa lama dan kerutan di wajahnya semakin dalam. Pada titik ini, Val cukup terkejut. Apa yang bisa Alisa katakan sampai membuat Nyonya Wibowo langsung membencinya terlebih hanya dengan melihatnya?"Hmph."
Val sempat kehilangan fokus sejenak.Apa yang barusan Marcel katakan?Selama ini, Val mengira Joshua ada hubungannya dengan kematian ibunya. Setidaknya, dia menyaksikannya dan tidak menolong, hanya melihat Erin meregang nyawa lalu membawa Val pulang. Val sudah menyelidiki kecelakaan mobil itu dengan memanfaatkan sumber daya Nico dalam waktu yang cukup lama. Belum lagi, sumber daya itu sangat besar.Hasilnya? Tidak ada.Val tidak menemukan satu pun bukti yang menunjukkan keberadaan Joshua di dekat lokasi kecelakaan dan dia berpikir mungkin semua jejaknya telah dihapus. Lagi pula, Joshua pasti telah berusaha menutupi jejaknya juga.Namun, jika yang dikatakan Marcel benar ...."Gimana kamu bisa tahu? Kamu punya bukti? Sudah berapa lama kamu mengetahuinya dan menyembunyikannya dariku hanya untuk ...?" Val meledak dengan rentetan pertanyaan seperti senapan mesin.Ting, ting, ting!Suara dentingan gelas yang tajam memecah keheningan, membuat Val langsung berhenti. Bahkan sebelum dia bisa men
"Aku baru sadar, kamu terlihat menggemaskan saat marah."Saat itu, Val benar-benar ingin menghantam kepala pria konyol itu dan langsung pergi. Namun, seluruh lobi sudah sunyi dan semua mata tertuju pada orang-orang di tengah. Jika dia berani bertindak sekarang, dia akan menjadi pusat perhatian. Jadi itu alasan Marcel begitu berani sekarang?"Kalau kamu sudah nggak peduli lagi dengan ular kecilmu itu ...." Val menggertakkan giginya, tetapi dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Marcel menyeringai percaya diri dan menyelanya dengan santai ...."Kamu bahkan belum mendengar tawaranku."Val berbalik untuk pergi, tetapi Marcel sudah lebih dulu membaca gerakannya dan menarik pinggangnya sebelum dia bisa menghindar. Walaupun dia gagal membuat keributan dan hanya menarik perhatian segelintir orang di sekitar mereka, dia kini berada dalam pelukan Marcel, dengan erat."Kamu ...!"Val nyaris berteriak. Nyaris.Val tidak pernah suka berdandan, tidak seperti sekarang. Dia belajar merias di